Prolog

147 11 0
                                    

"Maaf, Yan! Gak bisa," suatu kalimat penolakan yang terlontar dari lisan Azkia, begitu menyesakkan bagi Ryan.

"Kenapa kamu egois sama diri kamu sendiri? Jelas-jelas aku tahu, kamu masih sering menulis namaku di buku harianmu. Kita itu masih menyimpan rasa yang sama, Ki!" balas Ryan begitu tegas sembari menatap mata wanita di hadapannya yang kini malah menunduk.

Tak ada lagi suara. Suasana hening seketika. Semuanya terasa canggung di antara keduanya. Mungkin saja, pikiran tengah mengajak berpikir untuk merangkai sebuah kata agar tiada yang saling menyakiti. Bagaimana pun juga, perasaan tak bisa dibohongi. Keduanya memiliki rasa yang sama, namun hanya sepihak yang telah mengungkapkannya.

"Oke! Aku pergi," keputusan akhir yang diambil adalah menggantungkan masalah. Ryan melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Azkia.

"Mencintai seorang lawan jenis adalah hal yang wajar," ucap Azkia tiba-tiba, membuat Ryan menghentikan langkahnya.

"Dalam hal ini kita harus bisa menata hati agar cinta itu tidak menjadi cinta yang salah. Jika memang rasa itu ada, simpan dan jangan diobral atau mengumbar rasa itu pada orang tersebut. Sayyidah Fatimah juga memendam perasaannya pada Sayyidina Ali, dan baru diucapkan setelah mereka menikah," jelas Azkia dengan lemah lembut seraya memandang punggung Ryan.

Tak lagi mendengar suara pujaan hatinya, membuat Ryan memutar badannya kembali menghadap Azkia. Lalu dengan segera, Azkia membuang pandangnya ke arah lain.

"Jadi?" tanya Ryan pada Azkia, karena merasa ia belum mendapat jawaban atas pertanyaannya.

Azkia menarik lalu menghembuskan napasnya lembut, lalu membalas, "Dalam Qur'an Surah An-Nur ayat 26, Allah berfirman yang artinya, wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

"Maksudnya?" tanya Ryan lagi, tak paham dengan jawaban Azkia.

"Cari tahu sendiri maksudnya dan kamu bisa paham nantinya. Aku pamit, ya? Assalamu'alaikum!" kali ini Azkia yang melangkah pergi meninggalkan Ryan dengan beribu pertanyaan atau bahkan lebih. Mungkin saja.

Ryan masih saja diam termangu di tempatnya, menatap Azkia yang semakin jauh termakan oleh langkah.

****

To Be Continued!

Hijrah Cinta [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang