Maaf

809 127 12
                                    

Mingyu lagi lagi melirik jendela yang menampakan Sekretaris nya yang sibuk duduk disana. Meringis saat mengigat apa yang sudah ia lakukan 6 jam lalu di kamarnya. Minghao pasti merasa dilecehkan, Salahkan Khayalan Mingyu yang ia pikir tak mungkin jadi nyata itu dan malah berpikir bahwa Minghao tadi hanya lah ilusi semata.

Keduanya sama sama canggung sekarang. Mingyu bahkan tak berani memanggil Minghao keruangannya. Dan Minghao, sama sekali tak punya niatan masuk ke ruangan sang atasan.

"Permisi... Pak."

"Ya."

Pintu terbuka. Nayeon dengan senyuman cantiknya menyapa Mingyu dan izin untuk masuk.
"Laporan." Ucapnya saat sampai di depan meja Mingyu. Wanita itu menyerahkan Berkas dan berdiri menunggu tanggapan.

"Nayeon.."

"Ya pak."

"Minghao kenapa?"

Nayeon mengedip ngedipkan matanya. Melirik pada jendela yang mampu menampilkan wajah datar Minghao menatap Layar. "Mungkin dia lagi badmood? Saya belum ngobrol sama dia hari ini."

Mingyu tahu jelas apa alasan Minghao badmood.  Tentu! Alasannya kan dirinya. Mingyu hampir memperkosanya. Tak Mungkin Minghao tak hilang Moodnya hari ini.

"Kamu tau supaya dia balik lagi moodnya?"

"Pak Minghao suka bilang katanya Dia paling suka kalo sendirian. Saya pikir itu bisa ngisi batrei dia."

Mingyu agak tak setuju. Dia maunya Minghao Naik mood karena dia, tak boleh sendirian. Tapi mana mungkin Minghao mau. "Kamu bukannya suka ngasih dia coklat?"

"Ah itu, Coklat yang waktu itu oleh oleh dari Garut pak, saya gak sengaja beli banyak. Tapi dia balikin lagi katanya takut gendut. Jadi saya kasih ke anak lain."

Lihat Kim Mingyu. Itu juga gara gara dirimu.

"T-terus kira kira gimana biar dia gak badmood lagi."

Nayeon diam. Menatap Mingyu dengan tatapan seolah berkata "Kenapa bapak kepo banget? Pasti bapak yang salah kan? Iya kan? Pasti kan?" Ah tidak. Nayeon tak menatap Mingyu seperti itu. Itu hanya pikiran Mingyu. Anxiety nya naik gara gara memikirkan Minghao.

"Kalo bapak mau, coba ajak dia ngobrol."

.
.
.



"Saya lagi gak mood makan. Bapak aja, Biar Chan yang temenin bapak."

Tuhan.... Mingyu baru saja merasa senang karena berhasil mengecup dan mengandeng Minghao 2 hari lalu. Namun gara gara kepalanya, Hubungannya dan sang sekretaris malah memburuk sekarang.

Mingyu mau saja marah namun ia sadar. Ini salahnya. Pria besar itu berjalan malas menuju Lift. Katanya Chan sudah menunggunya dilobby. Namun saat pintu sudah terbuka, Mingyu memutar balik. Berlari kembali dan menarik Minghao masuk keruangannya. Mengunci Pintu dan mengukung Minghao disana.

"Karna Udah jelas. Dan saya gak peduli lagi sama semua alasan bodoh yang terus nyerang pikiran saya—" Mingyu menarik dagu Minghao, menyuruhnya tetap menatap tepat dimata elang Mingyu. "Dan saya gak peduli gimana perasaan kamu ke saya gimana."

Minghao kebingungan hebat. Memberanikan diri menatap Mingyu yang sedang menguncinya dalam kukungan. "Saya harap Bapak gak macem macem."

"Xiu Minghao saya sudah bilangkan tadi. saya sayang sama kamu."

Ya, jantung Minghao jatuh untuk kedua kalinya hari ini. Jatuh 2 kali karena kata kata yang sama.

"Dan Bodoh banget kalo kamu gak sadari itu."

Bodoh.

Minghao memang bodoh.



"Pak.... "

"Saya bahkan udah nunjukin kalo saya mau kamu ada disebelah saya tiap waktu. Itu artinya saya gak mau kehilangan kamu."

Mingyu menunduk. Walau wajah Minghao tepat dihadapan Mata Mingyu memilih menatap lantai. Pria bongsor itu tiba tiba menciut, entahlah. Mungkin ia malu. "Masa kamu gak ngerti?" ucapnya sambil curi curi pandang pada Pria kecil dikukungannya.

Minghao diam. Masih memproses apa yang terjadi. Kepalanya mungkin berhenti bekerja sejak tadi pagi. Bahkan Pria kurus itu berani menatap mata Mingyu tepat di pupilnya. Membuat Mingyu berkali kali buang muka karena gugup.

"....Pak Mingyu"

"Stop nanya keadaan saya. Saya gak kesurupan. Saya sadar dan saya berkata yang sebenarnya."

"....."

"Kamu gak percaya? Cih! Saya harus apa biar kamu percaya."

Minghao mengangkat tangannya. Menyimpan telapak ramping itu tepat di pipi kiri sang atasan. Minghao menyimpan jempol tangan kanannya itu di bibir bawah Mingyu, Mengusapnya lalu tersenyum.

"Saya bodoh ya pak?"

Mingyu terpaku. Badannya sudah tegap dan tegang sejak tadi. Dia gugup hanya karena dihadapkan dengan Minghao sedekat ini dan lihat, bibir ranumnya sedang dielus jari indah minghao. Siapa yang tidak gila?

"....enggak." Mingyu menjawab gugup. Minghao agak mendominasi sekarang. Maju satu langkah membuatnya lebih dekat dengan direktur tampan itu. "Kenapa kamu mikir gitu?"

"Bapak sendiri yang bilang tadi."

Tangan Minghao sudah turun. Sekarang ekspresinya berubah marah kecil. Alisnya menaut, bibir nya maju sedikit dan pipi di kembungkan. "Bapak belum minta maaf soal tadi."

"Ah... Iya!" Mingyu seperti tercerahkan. Diambilnya kedua tangan Minghao. Menggenggamnya sambil mengusap punggung tangannya lembut. "Maaf, saya pikir itu cuman mimpi. Saya bener bener gila."

"Mimpi?"

"Huum."

"Apa bapak gak curiga mimpi bisa senyata tadi?"

"Iya makanya tadi pagi saya bilang keren kan... Maaf." Wah lihat! Benar benar aneh. Sekarang Mingyu menunduk dengan tangan masih menggenggam tangan Minghao. Ekspresi bak anak anjing yang dimarahi majikan. Dan tebak siapa majikannya? Tentu saja Minghao.

"Bapak kemarin minum?"

Mingyu mengangguk sambil menatap Minghao.

"Berarti tadi bapak masih ada bekas mabuknya."

Mingyu mengangguk lagi.

"Sekarang juga masih? Saya gak mau ngomong sama bapak kalo bapak masih belum sadar."

Sekarang Mingyu menggeleng Cepat sambil menahan pundak Minghao agar tak kemana mana. "Ini beneran. Saya sadar total."

Minghao diam. Menatap lagi lagi tepat kedalam Mata Mingyu sambil menahan senyum. Mingyu benar benar tak seperti Mingyu sekarang. Matanya turun kebawah memelas. Bibir bagian bawahnya dimajukan dan tangan dengan gemasnya dimainkan dengan jari Minghao. Yang gila sekarang? Tentu saja Minghao.

"Jadi?"

"Apa?"

"Dimaafin?"

Minghao mengangguk. "Masa saya gak maafin bapak." Pria manis itu tersenyum. Moodnya membaik sekarang. Senyumannya makin mengembang saat Pria bongsor dihadapannya berteriak senang. Mingyu bahkan menarik Minghao kedalam pelukan dan bilang kalau ia tak akan melakukannya lagi.

Sementara tepat diluar ruangan Chan yang kena php karena Si bos tak kunjung datang sudah berdiri sambil melihat betapa manisnya Mingyu dan Minghao yang terlihat dari jendela. Pria itu meringis karena alergi keuwuan "Ada ada aja itu sekretaris sama pak bosnya."









Manis manisan dulu baru nanti pait paitnya ^^

5 yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang