Sekian

637 107 17
                                    

"Ih bodoh! Itu enam bukan sembilan!"

"Tau ih Jun! Bisa main uno gak lo?"

"Ih gak ada Sembilan!"

"yaudah ambil kartu kalo gitu!"

"Gue gak mau kalah!!!"

Minghao memutar bola mata nya malas. Ia lalu mengambil salah satu kartu yang warna nya sama dengan yang ada di meja setelah mengintip kartu milih Yeonjun. "Ini ada warna merah! Kenapa gak dikeluarin aja?"

"Loh bisa?"

"Ih Jun mah gak ngerti!"

"Tau ah si Jun mah."

Minghao, dan para pekerja di Grosir sang ibu sedang bermain permainan kartu uno di depan grosir. Mereka duduk di kursi yang disediakan dan bermain dengan berisik. "Gue pengen banget coret muka lo Jun!" ucapnya lalu mengambil spidol yang sedari tadi menjadi saksi bisu permainan mereka.

"Ih! Gue kan belum kalah anjir!"

Tak hanya Minghao, Anak anak yang lain juga mulai menggambar di wajah Yeonjun. Berbagai gambar dan tulisan terbentuk di wajah putih Yeonjun. "Bararangsat ah saria mah!"

"Eh gaes."Soobin menghentikan aksi mencoret wajah Temannya itu. "Ini mah spidol permanen!"

"ANJING!"

Semua nya tertawa. Termasuk Minghao yang sangat sangat terhibur melihat wajah marah Yeonjun yang sudah hitam penuh gambar aneh. Ia beberapa kali melempar kartu miliknya pada Yeonjun dan anak anak lain karena tak kuat tertawa.

4 Hari lagi tahun baru. Harusnya Minghao sedang sibuk dengan ini itu. Tapi ia tahu jelas, Pekerjaan nya maupun Mingyu sedang ringan sekarang. Jadi tanpa merasa khawatir Minghao memilih menetap di Bandung dari pada Kembali ke jakarta walaupun seharusnya ia kembali bekerja.

"Ih Atuh ini gimana!"

"Udah jun gak papa!"

"Ganteng gitu Jun! Pede aja hahaha!"

2 hari menetap di bandung tanpa menyentuh ponsel membuat Minghao sedikit banyak merasa tenang. Ternyata hidup tanpa mesin pipih tersebut lumayan menyenangkan. Minghao jadi lumayan terobati. Apalagi ditemani keluarga dan teman teman ini. Ah... Lama lama Minghao mau saja di suruh menjaga grosir.

Soal Soonyoung, Manusia sipit itu sudah sembuh. Kemarin ia sempat menelepon Minghao lewat Handphone Kyulkyung. Jujur, Minghao benar benar merasa bersalah. Tapi Sahabatnya itu memaklumi. Walau tak bicara panjang lebar, Keduanya seolah bertelepati. Soonyoung dengan kata katanya menenangkan Minghao yang tiba tiba menangis saat bertelepon. Minghao bilang katanya dia menangis gara gara merasa bersalah pada Soonyoung. Padahal Soonyoung tau, Sahabat nya itu sedang patah hati.
Oh iya, Soonyoung dan Wonwoo masih di jakarta.

"Beli seblak gih Kai."

"Pake ceker gak?"

"Mmmm enak gak?"

"Enak sih, Tapi jujur ya bang hao. Gue lebih suka tulang dari pada ceker."

Minghao yang sedang pusing memilih tiba tiba merasa badmood. Sebuah mobil yang Minghao tau jelas siapa pemiliknya berjalan mendekat. Mobil mahal itu semakin dekat lalu berhenti tepat di depan grosir milik Minghao.

"Kiw mantap!"

"Mobil sapa tuch."

"Keren anjir!"

Minghao sama sekali tak menghiraukan pujian anak anak grosirnya. Ia malah pura pura tak peduli dengan membereskan uno miliknya yang berserakan.

"Hao...."Yap. Itu Mingyu. Pria dengan setelan kerja itu keluar dari mobil dan berlari menghampiri Minghao."Hao demi tuhan kenapa gak bisa dihubungi?"

"Hari ini kerjaan saya gak terlalu banyak."

"No sayang, kamu kemana aja 2 hari gak bisa dihubungi?"

"Cih... Sayang katanya."

Minghao selesai dengan uno nya. Berdiri dan dengan berani menatap Mingyu yang juga sedang menatapnya Bingung. Mingyu sepertinya Dari kantor dan langsung kesini. Dan Minghao lihat jelas keringat yang mengalir di wajahnya, Ya siang ini bandung memang lumayan panas.

"Bapak mending pulang. Saya bakal ke kantor kalo saya ada kerjaan."

"Maksudnya?"

Minghao kembali keluar dari dalam Grosir setelah menyimpan uno dan mengambil beberapa uang receh. Lalu menarik Beomgyu dan hueningkai berniat mengajaknya pergi."Makasih udah nyusul. Bapak silahkan pulang."

"Minghao...."


"pssst! Pstt! Itu pacarnya selebgram ya?"

"Kok bang Minghao gak bilang sekretarisnya Mingyu sih."

Mingyu mengerutkan dahi saat mendengar kata 'pacar selebgram' dari salah satu anak tadi. Tapi ia tak peduli, Ia malah menarik Minghao untuk kembali. Tarikannya keras, cukup membuat Minghao memekik kesakitan. "Aw! Sakit!"

"Kamu kenapa?!"

"Menurut bapak?!"

"Kenapa kamu teriak teriak gitu?"

"Bapak yang pertama teriak!"

"Itu karena intonasi kamu tinggi dari tadi!"

"Bapak pikir aja kenapa saya berintonasi tinggi begini!"

"Mana saya tahu! Kamu yang tiba tiba aneh Xiu Minghao... "

".....ck ck. Orang kayak bapak emang pinter banget ya segala galanya. Pinter juga pura pura bodohnya." Minghao berbalik. Berlalu sambil mendelik. Percuma bersikap sopan tadi di awal. Ternyata Mingyu malah semakin membuatnya kesal. "Bapak pulang. Saya mau beli seblak."

"Saya Jauh jauh kesini. Capek capek cari rumah kamu dan kamu nya malah bersikap kayak gitu? Wow, Xiu Minghao."

"Wow.... Maaf bikin bapak capek. Tapi saya gak minta. Kenapa bapak sok jadi pahlawan gini?"

".....what's wrong?"

"You! Ask your self for that fuck*ng question!"

"..."

"Sekian.."

Minghao benar benar berlalu. Meninggalkan Mingyu dan beberapa Pekerja grosir yang tak diajak Minghao. Mingyu membuang nafas kasar. Masih bingung dan tak tahu harus melakukan apa sekarang. Ia tak mau memaksa Minghao, tapi dia juga tak mengerti. Apa maksud dari setiap kata yang Minghao katakan?

"Pak, Pacarnya mbak Chaeyeon? Mantap pak!"

Yeonjun tersenyum sambil mengangkat jempolnya. Mingyu diam. Menatap anak itu agak sinis lalu berjalan masuk ke mobilnya. Sebelum masuk Mingyu memutar tubuhnya, entah kenapa ingin melihat rumah sederhana Yang beberapa tahun lalu ia kunjungi untuk menemui almarhum Tuan Xiu.

"......dia kenapa."

Beberapa detik kemudian Mingyu lantas sadar. Ia buru buru masuk kedalam mobil dan menyalakan mesin nya. Lalu ia melihat nyonya Xiu yang baru keluar dari rumah dan berniat berjalan ke Grosir. Mingyu berlari Menghampiri. Hanya untuk menyapa dan tersenyum sopan. Dan Pria itu kembali kedalam mobil. Berlalu meninggalkan rumah Minghao. Meninggalkan Bandung.

"Anjing emang, Gue kira beritanya beneran di take down tau nya enggak. Bangsat! Yoon Jeonghan!"

.
.
.










5 yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang