15

170 14 2
                                    

Flashback <————««

Bulan itu adalah hari pertama salju turun. Hari semakin dingin, tetapi lalu lalang manusia masih menyesaki jalanan hari ini. Hentakan-hentakan kaki di atas salju saling bersautan dan sangat terdengar jelas. Banyak dari mereka yang sangat menunggu musim dingin ini dengan gembira, tak ayal pun ada yang sangat membenci musim dingin ini. Mereka berpikir musim ini sangat mengganggu semua aktifitas.

Salju semakin tebal, banyak orang yang segera ingin menyelesaikan aktifitas nya hari ini dengan cepat, meminum coklat panas dan menyalakan tungku api untuk menghangatkan badan. Tapi tidak dengan seorang anak yang masih bermain di taman seorang diri.

Derit-derit suara ayunan masih menemani dia yang bermain seorang diri. Tidak.. Dia tidak bermain, dia jelas hanya duduk diam dan melamun di atas ayunan kecil itu. Dia sendiri, selalu sendiri di taman ini ..

Tiba-tiba..

"Hai.. Mau main?"
Anak itu terperanjat kaget dan menoleh ke arah sumber suara yang dia dengar tadi. Dia tidak menjawab..

"Kenapa diam saja. Ayo main". Tersenyum manis, anak itu tiba-tiba mengulurkan tangan kecilnya. Merasa tidak mendapat jawaban atau uluran tangan dari anak yang ada di depannya, dia bertanya kembali..

"Tidak usah takut. aku akan jadi temanmu mulai hari ini, oke" Dengan mengedipkan mata kecilnya, anak itu mulai menarik tangan anak yg lebih kecil darinya.

Mereka mulai berlari-lari riang kesana kemari seperti anak-anak burung kecil yang lepas dari kandangnya pada musim salju yang dingin ini. Membuat orang salju adalah pokok dari setiap musim dingin. Mereka berdua pun tidak ingin melewatinya.

"Kau temanku?" Dengan menundukan kepala, anak itu akhirnya mengeluarkan  suara kecilnya.

"Hah..?"

"Apa kau temanku sekarang?" Dia masih menundukan kepalanya

"Tentu saja kita berteman. Kau dan aku sekarang berteman" Dia tersenyum begitu cantik dan mengulurkan tangan nya kembali.

"Benarkah, kau temanku?" Anak kecil itu terus menanyakan hal yang sama, dia mengangkat kepalanya, ada sedikit air embun di mata hitam kecil itu.

"Yaa.. Kita teman" Tidak pernah melepaskan senyumnya, Dia mengukurkan tangan untuk bersalaman dengan teman barunya itu.

"Kau adalah teman pertamaku, terimakasih" Dia menerima uluran tangan teman barunya, Satu tetes air mata meluncur di pipi bulatnya.

"Ah benarkah.. Kalau begitu kita main sampai disini, ibu ku pasti sudah mencariku. Kita bertemu lagi besok disini, dan kau jangan menangis lagi hm.." Anak yang lebih tua darinya ini mengacak rambutnya gemas.

"A-aku.. Tidak tidak.." Pipi putih dan bulat itu sangat kontras dengan warna pink muda yang tiba tiba merambat dengan halus menyapa kedua pipi gempalnya.

"Ahaha baiklah, kau sangat pintar menyembunyikan nya. Pulanglah cepat, salju semakin lebat. Dah" Anak itu pergi berlari dan melambaikan tangannya.

Aku mempunyai teman, terimakasih..

Hari berikutnya..

Salju masih tetap setia menjatuhkan dirinya dengan cantik hari itu. Butiran-butiran bunga es begitu bening dan bersih menutupi semua komponen benda-benda mati. Dibalik dingin
Hamparan langit biru, kilau sinar terangi hari pantulkan cahaya-Nya di salju, tertahan di dahan dan ranting
Selalu tersenyum..

"Hai kau lebih awal hari ini?" Lagi-lagi anak ini menyapa nya lebih dulu, tetap dengan senyuman itu..

"Ah iya" Dia menggaruk kepalanya ragu. Dia melanjutkan.
"Ini adalah salju pertamaku dengan seseorang"

"Kau tidak pernah bermain salju dengan yang lain sebelum nya?" Dia tersenyum menatap teman kecil di hadapannya

Anak kecil itu menatap balik dan mengulas senyum yang membuat pipi gempal nya mengembang lucu. "Ini pertama kali nya aku bermain salju dengan temanku"..

"Jadi, aku adalah teman special mu kalau begitu hm?" Tanya anak yang lebih tua darinya.

"Sepertinya begitu" Pipi gempalnya kembali mengembang dan menyemburkan rona pink muda. Dia melanjutkan "karena kau adalah teman pertamaku, aku akan membuatkan manusia salju yang sangat besar untukmu" Dia mengangkat tangan kecilnya ke udara, membuat sebuah lingkaran yang menurutnya terlihat sangat besar.

"Wow benarkah? Kalau begitu, ayo kita mulai" Dia menarik lengan teman baru nya, dan mereka mulai membuat manusia salju pertama.

❀❀❀❀❀

Salju masih setia menemani mereka menari-nari hari itu. Cuaca menjadi sangat dingin, tapi mereka berdua tidak merasakannya sama sekali. Mereka terlalu gembira dengan pertemuan dan pertemanan ini..

"Hei ini sangat dingin, kau tidak memakai sarung tanganmu" Tanya yang anak yang lebih tua

"Aku tidak membawanya" Jawabnya.

"Hm kalau begitu, ini pakailah punyaku. Tanganmu bisa membeku. Kemarikan tanganmu" Dengan posisi ini dia langsung merebut tangan anak yang lebih muda, dan memakaikan sarung tangan nya.

"Kalau begitu, kau pakai scarf ku ini. Badanmu bisa membeku. Kemarilah" Dia mengalungkan scarf merah polos di leher teman barunya itu.

"Tuan muda.. Kau dimana.."
Terdengar suara samar laki-laki dari kejauhan

"Ayo cepat kita sembunyi" Yang muda menarik yang lebih tua untuk menemukan tempat persembunyian.

"Kau mengenali paman itu?" Tanyanya. dan mereka masih mengawasi paman itu dari tempat dia mereka bersembunyi.

"Ya. Dia orang yang disuruh ayah untuk selalu mengikutiku. Sangat menyebalkan bukan" Dia mendecihkan suara nya yang imut tapi kesal. "Tunggu.. Kau mau kemana" Mencoba mengejar tapi dia mengurungkan kembali niat nya.

"Paman.. Kau mencari siapa?" Dia berdiri di belakang laki-laki itu

"Apa kau melihat anak kecil setinggi ini,putih, tampan,dan memiliki pipi yang gempal" Laki-laki itu mencoba menjelaskan anak yang di maksud.

"Aku tidak pernah melihat anak seperti itu main disini. Coba kau cari kesana paman" Dia menunjuk sebuah taman bermain yang di penuhi orang-orang bermain dengan anjing nya. Tanpa menjawab atau berterimakasih, laki-laki itu lantas berlari menuju taman bermain itu.

"Hoho dasar paman bodoh". Membalik badan dan berlari, tapi dia merasa ada yang menahan nya.

"Sean kau mau kemana lagi hm.. Ayo pulang, ini semakin dingin. Dan kau masih bermain disini" Dia berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan sang anak

"I-ibu..ibu Kemarilah. Aku akan mengenalkan teman baruku pada ibu" Ujar Sean kecil dengan tersenyum dan menggandeng jari telunjuk ibu nya.

"Hei kau.. Loh ko. Hei kau dimana?" Dia berteriak dan berlari-lari kecil mencari teman barunya itu.

"Sean.. Mungkin temanmu sudah pergi. Ayo sekarang kita juga pulang, besok kau bisa bertemu dengannya lagi" Dengan menggendong anaknya, mereka pergi meninggalkan tempat itu. Sean berteriak..

"Hei teman kecil. aku belum tau namamu, tapi aku menyukaimu. Besok pasti kita bertemu kembali, kau harus datang dan suatu hari pasti kita akan menikah" Sean kecil melambai-lambaikan tangannya.

"Aduh.. Siapa yang mengajari anak kecil ibu berbicara seperti ini" Dia mencubit pipi kecil anaknya.

"Tapi ibu.. Aku benar-benar menyukainya" Sean melingkarkan tangan kecilnya di leher ibunya, dia menundukan kepala dan bersandar pada ceruk pundak ibunya.

"Hmm baiklah.. Ibu tahu sayangku"..

Teman kecil itu belum pergi. Dia masih ditempat itu, dan dia mendengarkan semua yang sean kecil katakan. Dia tersenyum selalu disertai dengan mengembang nya pipi gempal nya itu..

Hari itu adalah hari akhir dari segalanya..

Flashback end ~

Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang