18

179 13 2
                                    

Cuaca hari itu sangat damai, matahari tidak sepanas seperti biasanya. Dan itu membuat yibo tidak membawa mobil, justru dia membawa motor kesayangan nya. Seperti yang sean minta, dia meminta yibo untuk menjemput dirinya jam 08.00 pagi.

Tuk.. Tuk.. Tuk..
Kebiasaan sean jika dirinya sedang gelisah menunggu seseorang, pasti dia akan mengetuk benda apapun yang ada disekitarnya. Menarik lengan kirinya dan memicingkan mata, dia lagi lagi hanya untuk melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 08.10 tapi yibo tidak kunjung datang menjemputnya. Semua pikiranya sempat melayang, ketika tiba-tiba suara ponsel nya berdering dan itu pesan dari yibo yang sudah menunggu nya di luar rumah.

Tidak mau seseorang di luar sana menunggu nya terlalu lama, sean sedikit berlari kecil menuju pintu. Padahal jelas dirinya yang sudah menunggu lama orang itu karna telat menjemput, lantas kenapa jadi dia yang khawatir untuk orang di depan sana? Tidak mau terlihat mencolok, sebelum sean membuka pintu dia sedikit menghembuskan nafas nya pelan "oke, tenang sean. Bersikap normal". Pintu terbuka, sean berjalan bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa. Yibo menyimpan kembali ponsel nya, melihat sean keluar dia melambaikan tangannya dengan senang.

"Ge sorry gue telat, tadi mampir dulu ke bengkel". Yibo sedikit tidak enak pada sean karna sudah telat untuk menjemputnya. Beberapa kali dia menggaruk kepala belakang nya yang tidak gatal, untuk meminta maaf pada sean.
"It's oke, gue juga baru selesai siap-siap ko. Lo dateng di waktu yang tepat, gue malah takutnya tadi lo yang bakal nungguin gue lama". Sama-sama saling menggaruk kepala yang tidak gatal itu, membuat mereka tertawa bersama.
"Ko tumben bawa motor?" Tanya sean
"Ah itu.. lagi pengen bawa motor aja, biar kena angin" Sedikit tertawa mencari alasan, yibo kembali bertanya "apa lo mau naek mobil aja ge, biar kita balik dulu aja ke rumah buat ambil mobil" Yibo menawarkan pilihan itu pada sean, tetapi sean menolaknya "udah naek motor aja, biar cepet ngga bolak-balik".

"Oke, cepetan naek. Nanti telat, ada kelas jam 9 kan". Yibo memberikan 1 helm lain nya yang sengaja dia bawa untuk sean.
"Thanks.. ". Ujar sean seraya meraih helm itu dan memakainya. Tapi entah kenapa, saat sean akan mengunci helm itu tiba-tiba pengunci tidak bisa di kaitkan.
"Helm lo butut banget sih, ini.. " Sebelum sean menyelesaikan ucapan nya, yibo sudah turun dari motornya dan berdiri di hadapan sean untuk membantunya.
"Gini loh, masa gini aja ngga bisa". Melihat yibo berdiri di depan nya terlalu dekat, sean berusaha menghindari untuk menatapnya.

this is too close. hurry up a little, and get away from in front of me..

"Yo Selesai, ayo naek". Yibo kembali menaiki motornya, dan menyalakan nya. Tapi dia sadar kalau sean belum naik juga
"Ge.. Ge, sean gege..!!" Panggilan itu cukup keras. Sean akhirnya tersadar kembali menemukan roh nya yang berapa sepersekian detik tadi hilang meninggalkan raga nya.
"Ya.. Yaa ayo" Sedikit tergagap, sean menaiki motor yibo dengan masih linglung di otak nya.
"Are you okay ge?" Yibo bertanya, memastikan sean akan baik-baik saja selama perjalanan nanti. Dia merasa salah kenapa tidak membawa mobil saja hari ini.
"Sure, cepetan nanti gue telat"..

Satu tarikan gas, motor itu membawa dua insan yang saling berdiam diri setelah kejadian yang cukup membuat mereka canggung hanya untuk saling mengobrol. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, terutama sean. Yibo adalah orang yang sangat mudah untuk mengeluarkan suara hanya untuk bertanya pada sean, jadi dia mencoba mengalah lagi dan memulai obrolan
"Ge, bisa nanti kita ketemu di caffe depan kampus"? Angin saat itu cukup bertiup kencang, sehingga sean tidak mendengar jelas apa yang yibo ucapkan, di tambah lagi dia sedang menggunakan helm saat ini. Dengan otomatis sean sedikit memajukan tubuhnya, mencondongkan ke samping telinga yibo
"Lo ngomong apa, gue ngga denger". Sean masih mempertahan posisi itu sampai yibo menjawabnya
"Nanti lo temuin gue di caffe depan kampus setelah jam selesai". Yibo sedikit melirik ke samping kiri nya, dan Sean masih sedekat itu pada dirinya.
"Oh, oke".

Love HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang