"Wah rame nih" Hendery berdecak kagum melihat kamar rawat Ryujin ramai dengan anak seusianya. Sejak kapan Ryujin bangun dari koma nya. Kemarin malam?
Asik temen baru
"Eh sape lo liat liat"
Salah apa gw baru dateng ada anak gadis nyolot -Hendery.
Berbeda dengan Hendery yang melotot bingung bersama Hyunjin, Lucas dan Renjun sudah mengerti. Itu teman sebangku Ryujin sekaligus ekhem pacar Ryujin.
Sedangkan para gadis dan uke disana malah terpesona pada Hyunjin. Dan si anak baru juga.
"Jangan liat liat pacar gue!! Dia gak akan mau sama lo!" Ah, begitu. Hyunjin dan Hendery hanya menganggukan kepala mengerti. Sepupu mereka sudah punya kekasih.
"Gw juga gak mau sama anak gadis. Lagian gw juga dah punya pacar. Ya gak?" Hendery melemparkan tatapannya ke Dejun yang berada di sudut ruangan. Dan Dejun cuma terkekeh.
"Njun"
Renjun yang sedang menikmati drakor gratis seketika melihat Ryujin yang baru bicara. Menghampiri Ryujin, dirinya mengabaikan tatapan mematikan Chaeryeong.
"Hm?"
Ryujin menyuruhnya mendekat.
"Kamu udah-"
"Udah tenang aja"
Renjun mengerti kemana arah pembicaraan. Ryujin itu termasuk pendendam. Siapapun yang menyakiti orang yang ada di pihak Ryujin, Renjun tak yakin akan selamat. Ryujin itu ganas.
"Apaan pak ketos deket deket. Bisik bisik lagi! Ngomongin apaan?! Kalian selingkuh ya?!"
Renjun hanya mengelus dadanya sabar.
"Enggak sayang~ udah ih jan marah marah. Pms?"
Muka Chaeryeong memerah marah. DASAR GAK PEKA! GAK MAU TAU GUE NGAMBEK!
----
Sekolah memang sengaja diliburkan. Semua sebenarnya sudah berangkat. Tapi mendengar kabar bahwa Ryujin yang sudah sadar. Guru dan kepala sekolah membuat jadwal untuk para murid menjenguk keponakan dari pemilik sekolah.Akhirnya juga semua sudah tau kalau ayah Three Siblings pemilik sekolah sekaligus paman Ryujin.
Ryujin itu anak dari adik orang tua angkat Jaejoong. Anak gadis keluarga mereka tiba tiba mengeluh sakit dan para tetua membawanya ke rumah sakit. Tidak pernah diduga para keluarga, anak yang mereka kira masih gadis ini hamil.
Ayah si jabang bayi memang mau bertanggung jawab. Tapi keduanya diusir dari keluarga. Yah tuan Shin saat itu hanya bisa kerja serabutan.
Sebelum Wendy mengandung Renjun dan Jaejoong membiayai mereka. Tuan Shin menjalankan satu perusahaan miliknya tapi dengan syarat, anaknya kelak yang akan menjaga Renjun kecil. Lelaki atau perempuan Jaejoong tak masalah.
Tuan Shin menyanggupi itu. Dia akan bekerja keras sebagai direktur agar hidupnya bahagia kelak.
Dan sampai sekarang, Ryujin menjadi bodyguard si bungsu Huang. Ah, tapi rasa rasanya tak seperti menjadi bodyguard. Dia diperlakukan dengan sangat baik. Disikapi dengan ramah. Dianggap keluarga. Ryujin bersyukur setidaknya ada salah satu keluarga dari ibunya yang masih menyayanginya. Dia tidak merasa terbuang sama sekali.
Hidupnya semakin bahagia saja ketika salah satu perempuan cantik di kelas mereka dekat dengannya. Dia perhatian, lemah lembut, dan selalu mengerti dirinya. Jujur saja perasaan nyaman itu kemudian tumbuh menjadi cinta. Orientasi seksualnya juga tak dibatasi keluarganya yang selama ini memanjakannya.
Hingga saat gadis itu, Chaeryeong, menyatakan perasaan padanya, dia menerimanya dengan mudah.
"Jika ada keluarga, Joong family, dan dia kenapa aku harus merasa nggak bahagia"
----
"Wahh gak nyangka gue lo anak motor juga. Punya sirkuit lagi. Bolehlah ya ajakin kesana lain kali" Siswa bernama Bangchan itu berbicara sambil meneguk soju yang ada di tangannya.Setelah menjenguk Ryujin tadi, Hendery menawarkan untuk pergi ke bar di dekat rumah sakit. Semua pria menyetujui.
"Gas lah besok malem. Si kembar juga baru jadi langganan gua" Hyunjin mengarahkan pandangannya ke dua J.
Tidak lama setelah itu, dering ponsel Lucas berbunyi keras, membuahkan beberapa umpatan karena acara minumnya terganggu.
Setidaknya setelah itu Lucas membelalakkan matanya dan menatap Renjun dan Hendery di sana. Untung Renjun mengerti, dengan cepat mengambil gawai mahal milik kakaknya dan mengarahkan benda persegi empat itu ke telinga. Semua ikut diam.
"Halo"
"Kamu dimana sayang?"
"Sama temen temen di bar ba. Habis jenguk Ryujin juga"
"Hm yaudah. Tapi besok tetep sekolah"
"Yaa"
Sambungan dimatikan Renjun, membuat Hendery menahan nafas. Ajaran si Lucas nih adek gw jadi gak sopan
"Ngomong apa" Jeno membuka suara setelah menghabiskan makgeolli nya
"Cuma nanyain lagi dimana" Lalu mengecup bibir Jeno.
Benar. Mengecup bibir Jeno. Di kantin rumah sakit tadi, Jeno dan Jaemin meminta ijin mendekatinya. Meluluhkan nya sebelum mereka meminta Renjun menjadi kekasih. Dan itu disambut baik oleh Renjun.
"Gw balik duluan guys. Besok ketemu di sirkuit si memble"
"Ah elah mau kemana sih Jun?" Suara Bangchan kembali mengalun.
"Udah besok ketemu di sirkuit. Bye!"
Baru beranjak dari sofa, kedua lengan mungilnya dicekal dua tangan kekar.
"Aku anter yok" Jeno dan Jaemin berucap bersamaan. Membuat yang lain mendengus. Emang beda kalo lagi bicara sama doi.
"GAK GAK! GAK ADA" Ehm Renjun berdehem canggung setelah kakak pertamanya berteriak dengan kerasnya. Ayolah, dia sedang berusaha menghapus cintanya pada sang kakak, ok?
"Gw pulang sendiri. Bye~"
Tidak mau suasana semakin riweuh, Renjun berdiri. Melangkahkan kakinya ke pintu keluar.
Dia hanya ingin mencoba barang baru. Yah, tujuannya markas. Siang tadi, ada musuh dari keluarga Yeh yang sepertinya sangat sangat berterimakasih padanya karena sudah melenyapkan keluarga Yeh. Padahal Renjun tidak ada urusannya dengan dendam orang itu.
Sebagai imbalan, pria berkepala 4 itu memberinya senjata api terbaru yang katanya dimodifikasi sendiri.
Renjun melihatnya, pistol elegan berwarna hitam pekat. Ada ukiran api dibagian bawah moncong pistol yang berwarna merah.
Mencoba menembak ke batu bata yang tadi disiapkan nya.
Dor!
Lumayan juga. Meski tidak lebih bagus dari senjata modifikasi Hendery.
Ah, dia jadi punya ide untuk kado ulang tahun sepupunya.
TBC
Okay, abis ini bakal ada sepupu Renjun. Kalian pasti tau lah siapa👀
KAMU SEDANG MEMBACA
너 뿐이야 Norenmin
FanfikceDisini Jaemin dan Jeno hanya pemuda badung pada umumnya, yang sudah tau dunia berkelip, tapi tak tau tentang dunia gelap. Dan Renjun yang merupakan orang kedua yang berani mengumpat didepan umum pada sang kakak.