[06] Nanon

23 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








—— Sudut pandang orang pertama ——







Kebisingan yang di buat oleh keluargaku, membuatku terpaksa membuka mata indah ini untuk pagi yang begitu cerah, sampai-sampai matahari menyelunup masuk ke dalam kamarku melalui jendela yang sudah di bukakan oleh ibu.

Sebenarnya sedikit malas untuk bangun pagi, tapi, mengingat kalau jam delapan ada kelas dan harus segera berangkat. Aku baru saja pulang dari kostan Nawa. Aku pulang pukul empat subuh. Sebenarnya aku ingin terus menatap wajah itu sampai ia membuka mata. Tapi, aku tidak tahan, bagaimana pun, aku seorang pria.

Melihat ia tertidur pulas pun, aku cukup bahagia. Akhirnya, bisa menatap wajah cantik itu dengan puas, walau dirinya tertidur. Tiba-tiba pintu kamarku di ketuk beberapa kali oleh kakak pertamaku.

Aku memiliki satu kakak dan satu kembaran. Yups, aku memiliki kembaran, hanya saja, dari dulu kita tidak pernah bersama, karena sedari kecil aku tinggal bersama dengan Nenekku di desa, sementara kembaranku tinggal bersama orang tua dan kakakku di Jakarta.

"Kenapa, Bang?" tanyaku.

Kakakku masuk ke dalam kamar setelah mendapat izin dariku. Ia menatap aku meminta penjelasan dari mana aku semalam.

"Apasih, natapnya gitu banget, gak gue kasih Chimon, ya," ujarku.

Salah gak sih, kalau cowok suka sama cowok? Kalau kataku enggak, itu terserah mereka. Kakakku ini naksir sama Chimon, sahabatku selain Ae.

"Semalam kamu kemana? Baru pulang subuh, kata Chimon, kamu gak bareng sama mereka," cicitnya.

Matanya seperti mengeluarkan api. Di bandingkan orangtuaku, dia yang paling posesif dan galak.

"Nemenin temen, kesian dia ada masalah," jawabku.

"Temen siapa? Temenmu semuanya lagi ngumpul," timpak Abang.

Aku menghela nafas panjang. "Abang, temenku bukan cuma mereka, ya."

"Mau Abang bilangin Ayah sama Bunda?" acam Abang.

Gak asik, ancamannya selalu itu. Memang, orang tuaku tidak seposesif Abang. Hanya saja, jika aku ketahuan pulang subuh, aku akan di ceramahi habis-habisan. Semalam saja aku masuk lewat jendela dapur, tapi, sialnya Abang lagi ambil minum, jadilah ketahuan.

"Nanti aku kasih video Chimon deh Bang, gak usah aduan!" kataku lalu bergegas ke kamar mandi.

Abang hanya diam. Aku lemah jika berusan dengan Ayah Bunda, Abang lemah jika berhubungan Chimon. Hahah, bucin memang.

Selesai dengan semuanya, aku turun untuk sarapan pagi. Di keluarga kami sangat wajib untuk sarapan. Jika tidak, ibu negara akan marah dan mengomel panjang lebar, membuat kami anak-anaknya pasrah dan tidak berdaya.

Aku melirik kembaranku yang saat ini fokus pada ponselnya. Aku langsung menyenggol kakinya, agar menyimpan ponselnya segera, sebelum ketahuan bapak negara yang terhormat.

"Kakak!"

Sudah kuduga, Frank, alias kembaranku akan kena masalah.

Frank hanya tersenyum sambil menyimpan ponselnya. Banyak yang bilang, kalau keluargaku sangat ketat. Tapi menurutku, keluargaku asik, apalagi ayahku yang selalu mebuat satu keluarga bengek, alias ketawa mulu.

"Oh ya, Adek, semalem pulang jam berapa? Bunda cek kamar kamu jam 10 belum pulang," celetuk Bunda.

Mampus, aku kelabakan mencari jawaban. Aku langsung melirik Bang Pluem yang ada di sebelahku, menyuruh untuk membantu jawab. Hanya saja abang kurang ajar itu malah mengangkat kedua bahunya acuh.

"Adek semalem pulang jam 10 lebih, Bun. Kakak yang bukain pintu," cicit Frank.

Ingin rasanya aku memeluk Frank sekarang juga karena sudah menyelamatkanku.

"Abis dari mana emangnya?" tanya Ayah.

"Biasa Yah, ngumpul sama yang lain, ada Ae, Pawat sama CHIMON juga." Aku sengaja menekan nama Chimon, agar Abang Pluem sadar.

"Oh ya udah, besok-besok jangan pulang malem lagi, Bunda khawatir," ucap Bunda.

Semua orang tua pasti selalu menganggap anaknya anak kecil, walau usia sudah kepala dua.

-----

Baru saja aku sampai di kampus, dan selesai memarkirkan motor, tak jauh dari tempatku, ada dua sejoli yang berjalan sambil bergandengan tangan. Beda ya, kalau sedang jatuh cinta, tidak mengenal tempat untuk bucin.

Aku menghampiri dua orang itu dan langsung menyelinap di tengah-tengah mereka. "Aduh bunds, pagi-pagi udah bau bucin. Bisa gak kalau pagi-pagi tuh jangan dulu," tegurku yang langsung di geplak oleh Ae.

Ketika melihatku, Ea langsung menanyakan keadaan Nawa. "Dia udah tenang kok, semalem ada beberapa rentenir gitu nagih utang tetangga kosnya pake suara keras," jelasku.

Sampai sekarang, aku masih tidak tahu apa penyebab Nawa memiliki trauma seperti ini. Aku hanya tahu, kalau dia di perlakukan tidak baik oleh teman-teman masa kecilnya, itu pun tahu dari Ea.

"Eh babi, sana pergi lo! Jangan ganggu!"

Ae mendorong tubuhku pelan, sambil mengusir dengan tangan yang di sapu-sapu. "Aish, emang ya lu berdua bucin level dewa," gerutuku yang langsung pergi ke selasar.

Selasar dekat fakultas kedokteran itu surga dunia. Selain banyak wnaita cantik, di sana tempatnya lebih adem dan teduh, banyak sekali pepohonan di sana. Terus, di sana pasti ada Nawa yang sedang membaca buku.

Dan benar, Nawa sedang duduk dengan kepala yang menunduk membaca buku. Ku simpulkan, sepertinya Nawa termasuk orang yang gila belajar, bukan sepertiku yang di kelas saja selalu tidur.

Aku duduk di depan Nawa. Kuharap, kejadian semalam bisa mengubah pikiran Nawa, dan tidak menjauh dariku, lagi.

Tapi sayang, sepertinya Nawa malah tambah ingin menjauh, karena tanpa menyapa, ia pergi meninggalkanku. Aku jadi teringat kata-kata dia semalam, kalau dia tidak ingin aku sakit hati, karena ia akan menolakku.

Justru, aku malah lebih sakit hati jika dia menghindariku. Aku lebih baik di juteki seperti biasanya, karena sikap judesnya itu membuatku merasa nyaman.

"Non, gue liat-liat lu sering banget mampir ke fakultas kedokteran, deh," celetuk Lilly yang tiba-tiba ada di depanku.

Lilly, adalah teman semasa SMAku dulu. Dia dan aku sekelas, dan kami cukup dekat.
"Gak tahu Li, gue suka aka di sini, adem aja gitu," kataku.

Aku dan Lilly lanjut mengobrol, sesekali flashback semasa SMA, dan menggosipkan anak-anak kelas ada beberapa yang sudah menikah. Tentu saja, jika sedang reuni, tidak lengkap kalau tidak bergosip dan kilas balik.












¤ NANONAWA ¤

💫 NANONAWA 💫 [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang