[14] Kencan nih yee

15 2 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









—— Sudut pandang orang ketiga ——








Di pagi hari yang cerah dan indah ini, dua sejoli yang selalu bersama itu berjalan beriringan, sambil tertawa terbahak-bahak tak kala Ea mengeluarkan lelucon dari mulutnya. Sesekali Nawa yang membagikan lelucon garingnya. Tapi tetap saja Ea tertawa. Kata Ea, ia ingin menghargai jeri payah Nawa yang sudah berpikir untuk membuat lelucon.

Saat mereka berjalan santai, Nanon menghampiri mereka berdua, sambil menyapa. Yang membuat Ea kaget, Nawa membalas sapaan dan senyuman Nanon. Padahal, ia kemarin melihat Nanon menitikan air matanya. Tapi saat ini, ia malah melihat keduanya akur.

"Jangan bilang, kalian berdua pacaran!" pekik Ea histeris.

"Pagi-pagi elah, otak lu lancar banget," pungkir Nanon.

Ea mendekatkan diri pada Nanon. "Lu udah nembak dia?" tanya Ea.

Namun jawaban Nanon membuat Ea menghela nafas kasar. Pasalnya Nanon menggelengkan kepalanya.

"Alah, cemen lo," kata Ea kembali ke tempat semula.

"Pagi Ea..." Ae tiba-tiba datang menghampiri ketiganya, tapi hanya menyapa Ea, seolah Nanon dan Nawa tidak ada.

Ea yang biasanya agresif dan ganjen jika ada Ae, ia malah pergi dari pandangan Ae setelah menjawab sapaan pria itu. Yang mana membuat dua sejoli yang berdampingan itu mengerutkan keningnya.

Nawa tidak mengerti apa yang di alami Ea dan Ae. Pasalnya, Ea tidak bercerita apapun tentangnya dan Ae.

"Ea... tunggu!" teriak Ae yang mengejar Ea.

Kini tinggal menyisakan Nawa dan Nanon yang masih kebingungan.

"Si Ea kesambet setan apaan dah, aneh banget," cicit Nanon.

Nawa menggeleng. "Gak tahu, dia gak cerita apa-apa. Biasanya dia paling semangat nyeritain Ae sampe ke ujung akar. Tapi, dia gak cerita sama sekali," kata Nawa.

Nanon melihat wajah Nawa dari samping. Entah kenapa, gadis yang hampri sejajar dengannya itu terlihat sangat cantik walau tanpa make up.

"Non... Nanon ih, kenapa sih, liatin mulu," ujar Nawa salah tingkah.

Nanon terkekeh. "Na, sumpah ya, gue baru ketemu sama cewek secantik lo," goda Nanon.

Sudah terbiasa dengan gombalan Nanon, Nawa malah mengabaikan dan bersikap bodo amat sambil meninggalkan Nanon.

"Basi," ujar Nawa.

"Na... ke rumah aku, yuk!" ajak Nanon, membuat Nawa tertohok.

"Heh, ngapain?"

"Ya main aja, Bunda aku nanyain kamu," kata Nanon.

Nawa ingat, kalau ia pernah bertemu dengan Bunda Nanon sebelumnya. Saat ia bertemu dengan Yova. Ngomongin Yova, gadis itu tidak pernah menampakkan wajahnya lagi, setelah perdebatannya dengan Ea di kantin waktu itu.

"Gimana nanti deh, aku sekarang kerja sampe malem," jawab Nawa.

"Oh iya. Kamu tahu gak, awal pertama kita ketemu?" tanya Nanon.

Nawa mengingat-ngingat. Seingatnya, ia bertemu pertama kali saat ingin ke kantin dengan Ea waktu itu.

"Pas mau ke kantin?" tanya Nawa.

Di jawab gelengan oleh Nanon.

"Bukan. Jauh dari itu sih. Tapi, kita ketemu lagi waktu aku selesai tanding, dan mampir ke kedai kamu," kata Nanon.

Ahh... Nawa tahu, Nanon adalah pria yang terus menatapnya saat itu, karena risih dengen tatapan Nanon, Nawa langsung pergi dan kembali ke kasir, sesudah menyiapkan minuman yang ia bawa.

"Inget, inget. Sumpah ya, lo emang psikopat," celetuk Nawa.

"Lah, kenapa?" tanya Nanon.

"Tatapan lo itu loh, bikin gue takut," jawab Nawa.

Nanon menggenggam jari-jemari Nawa sangat erat, seolah tidak ingin kehilangannya, lagi. Gadis itu tidak protes sama sekali. Karena ia sudah berjanji, akan membuka hati untuk Nanon.




•••••





Pertama kalinya, Nawa dan Nanon makan di kantin berdua. Yups, hanya berdua tanpa ada gangguan dari Ea, yang entah pergi kemana. Bukannya Nawa mengusir Ea, hanya saja gadis itu saat kelas sudah selesai, ia langsung pergi meninggalkan Nawa.

Keduanya duduk berhadapan, dengan masing-masing mangkuk bakso yang masih penuh karena baru datang. Sebenarnya Nawa bingung, apa yang harus ia lakukan dan bicarakan dengan Nanon. Karena seumur hidupnya, baru kali ini ia berduaan dengan seorang pria kecuali ayahnya.

"Kenapa?" tanya Nanon.

Nawa menggeleng, lalu menyicipi kuah bakso yang sangat pucat atau tidak ada warna.

"Gak suka pedes?" tanya Nanon.

"Iya, gak tahu kenapa, kalau makan pedes dikit, malamnya langsung mencret. Emang ini lambung kagak bisa di ajak makan enak," keluh Nawa.

"Na, makan enak gak harus pedes," celetuk Nanon.

"Non, seblak tuh makanan enak, sumpah. Bukan seblak kalau gak pedes," jelas Nawa.

Nanon tersenyum, lalu ia menyodorkan sendok dengan kuah yang sangat pedes. "Mau coba?" tanya Nanon.

Nawa menggeleng. Padahal air liurnya sudah masuk ke tenggorokan dengan brutal, ingin mencoba kuah bakso pedas Nanon. Tapi, ia tidak ingin berakhir di rumah sakit karena pencernaannya.

"Ya udah, kamu makan itu aja, jangan sampe sakit," tegas Nanon mengelus rambut Nawa.

Kali pertama juga gadis berkacamata ini bersemu mendengar ucapan pria di hadapannya. Benar apa kata Ea, Nanon bisa mengatasi traumanya.

Bultaorene~

"Lah, suara Suga," celetuk Nanon.

Kedua mata Nawa melotot kaget, karena Nanon tahu Suga.

"Heh, kok tahu?" tanya Nawa.

"Ya tahu lah. Tuh si Ea, kalau udah bucin kagak tau tempat, lagi main juga tetep aja bucin. Gue jadi apal, kan," ujar Nanon.

Nawa melihat siapa yang mengirim pesan padanya. Tapi, nomer tidak di kenal dan tidak ada nama. Nawa berusaha mengabaikan dan melanjutkan kencan pertamanya sebelum jadian dengan Nanon.





¤ NANONAWA ¤

💫 NANONAWA 💫 [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang