💫 NANONAWA 💫 [END] ✔

[26] Ending

—— Sudut pandang orang ketiga ——

Satu tahun sudah berlalu, banyak sekali hal di lalui selama ini. Banyak sekali perubahan yang di alami Nawa. Nawa yang tadinya pendiam, lebih sering berinteraksi, nawa yang judes, menjadi ramah, dan nawa yang tertutup, menjadi lebih blak-blakan, tapi hanya dengan Nanon.

Hubungan mereka juga sudah satu tahun lebih, dan dari hubungan mereka, trauma Nawa sedikit demi sedikit menghilang. Nawa yang sudah mulai biasa saja ketika di tempat ramai, berdekatan dengan laki-laki, hanya saja jika di tempat gelap, ia masih ketakutan.

Nanon juga selalu ada di samping Nawa selama ini. Bukan hanya Nanon, orang tua Nanon dan saudara Nanon pun selalu ada buat Nawa. Apalagi, saat Nawa harus berpisah dengan Ea yang ikut ibunya ke Kalimantan.

Nawa menghela nafas kasar, menatap langit-langit kamar kostnya yang sebentar lagi akan ia tinggalkan. Sekitar beberapa bulan lagi.

Kringg...

Ponsel yang sedari tadi hening, tiba-tiba berbunyi, membuat Nawa sedikit terkejut, dan langsung mengangkat telepon dari kekasihnya itu.

"Kenapa, Yang?" tanya Nawa.

"Keluar, yuk! Aku gabut banget ini. Masa di suruh ngitungin kacang yang mau di jadiin kue sih," keluh Nanon di seberang sana.

Nawa terkekeh. Memang selalu ada saja yang kekasihnya itu keluhkan padanya. Bahkan hal sepele seperti itu pun ia ceritakan.

"Ya udah, jemput, ya!" titah Nawa.

"Pake motor, ya? Cuaca hari ini juga lumayan bagus," ucap Nanon.

Nawa melirik jam yang di simpan di nakas, jam menunjukkan pukul 19.30.

"Ya udah, aku tunggu," kata Nawa menutup panggilan teleponnya.

Nawa bergegas mengganti pakaiannya, dengan pakaian simple yang biasa ia kenakan sehari-hari. Lagian, kalau bawa motor, pasti cuma jalan-jalan sekeliling kota aja, gak bakal jauh, kaya bawa mobil.

Outfit Nawa