[24] kembali

10 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







—— Sudut pandang orang ketiga ——








Satu minggu dari kejadian itu, ketiga orang yang ternyata salah satunya Nanon kenal, membuat Nanon langsung melaporkan pada rektor, dan tentu saja Nanon memarahi gadis dengan rambut panjang bernama Lilly itu.

Ternyata Lilly bergabung dengan Yova, karena tidak suka Nawa bersama Nanon, karena Lilly ada perasaan pada Nanon, tapi Nanon selalu mengabaikannya.

Nawa sekarang sudah baik-baik saja, dua hari setelahnya, Nawa sering merasakan sakit di kepalanya secara tiba-tiba, katanya sih itu akibat dari benturan keras, tapi hanya beberapa hari, dan sekarang sudah mendingan.

Tentu saja dengan penjagaan Nanon yang tak pernah lepas dari Nawa. Bahkan, jika Nawa mau, Nanon akan menyuruhnya tinggal di rumahnya, hanya saja Nawa menolaknya, karena malu.

Setelah kejadian itu juga, mereka yang tadinya ingin putus, mendadak batal dan malah tambah dekat. Yova dan kedua teman lainnya di keluarkan dari kampus, karena sudah berbuat kelewat batas, menyebabkan orang terluka, hingga tidak sadarkan diri.

Sekarang, Nawa merasa aman, ia yakin, kalau julukannya sebagai pembawa sial itu hanya omong kosong. Buktinya, Ea dan Nanon bertahan di sisinya, di tambah Ae juga yang sekarang sudah selalu ada di sisinya, dan bersedia melakukan apa pun jika Nawa terluka.

Tentunya Nawa bahagia, dan bersyukur pada Tuhan, karena sudah memberikannya kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempat tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Serumit apa pun hidup, sekejam apa pun dunia padamu, ingat, Tuhan tidak pernah tidur. Mungkin, Tuhan sedang mengujimu, hidup tidak akan seru jika tidak ada ujian. Bahkan sekolah pun harus ada ujian, jika ingin naik ke kelas selanjutnya. Begitu pun hidup, jika ingin naik ke fase yang lebih baik dan indah, harus menalami ujian. Ujian hidup yang sangat berat.

Dari kejamnya takdir dan keadaan, membuat seseorang menjadi kuat dan mandiri. Seperti Nawa, yang pergi merantau karena ingin menghilangkan trauma dan rasa sakit masa lalunya, dan jadilah sekarang ia sosok gadis yang tidak takut walau sesekali traumanya kambuh.

"Na," panggil Ea pada Nawa yang merhatikan penjelasan dosen.

Nawa memalingkan wajahnya melirik Ea, menaikkan alisnya.

"Lo udah mendingan, 'kan?" tanya Ea enath ke seberapa ratus kali.

Hanya di jawab anggukan oleh Nawa.

Kemudian keduanya kembali fokus pada penjelasan dosen.

Kelas sudah selesai, dan tidak ada kelas lagi setelah ini, rencananya kali ini Ea dan Nawa akan pergi ke mall, hanya saja batal karena Ea ada urusan yang lebih penting, ya sudah, Nawa pulang saja.

"Maaf ya Na, jangan marah," rayu Ea gelendotan di lengan Nawa.

Nawa sudah seperti ibu-ibu bawa anak terus anaknya ngerengek gak di beliin jajan.

"Ya Tuhan, Eaaa... gue bukan anak SD yang ambekan ih..."

Yang di protes melepaskan tangannya lalu berjalan normal, malu jika terus seperti itu.

"Ya udah, lo mau ke mana? Mau jalan sama Nanon?" tanya Ea.

"Enggak, gue mau tidur," jawab Nawa singkat.

"Hih, tidur mulu lo," celetuk Nanon dari belakang mereka.

"Setan emang lo, gentayangan di mana aja," cibir Ea yang terkejut dengan kemunculan Nanon.

"Gue cuma gentayangan di hati Nawa aja kok," tutur Nanon.

"Najis," ucap Nawa dan Ea berbarengan.

"Udah ah, gue duluan ya, dadah Nawa sayangku cintaku... jangan kangen sama Ea yang cantik ini, bye, muach," kata Ea sambil mengecup angin, seolah memberi ciuman untuk Nawa.

Gadis mungil itu berjalan dengan riang, dengan rambut panjang yang terurai. "Gemes banget sih," celetuk Nawa.

"Gemesan kamu, ah," ujar Nanon.

Nawa mendelik sebal, tidak suka di gombali oleh Nanon.

"Mau pulang? Aku anterin, ya," ajak Nanon.

Nawa tidak bisa nolak. Jika nolak pun, Nanon akan menyeretnya ke parkiran dan membawanya pulang.

"Na, aku trauma sama mobil ini, udah satu minggu gak di pake," ujar Nanon tiba-tiba.

"Lah, kenapa?"

"Di mobil ini, kamu mutusin aku. Takut aku tuh, tadinya mau bawa motor aja, tapi cuaca tidak mendukung," cibir Nanon.

Seketika Nawa mengingat kejadian bodoh yang ia lakukan satu minggu yang lalu. Bagaimana ia bisa terpengaruh ucapan mereka, sehingga ingin memutuskan pria yang sangat berarti baginya.

"Maaf," ucap Nawa.

Nanon meraih tangan Nawa, lalu mengelus punggung tangannya.

"Gak papa, tapi janji, jangan kaya gitu lagi," ujar Nanon, di angguki oleh Nawa.

Benar apa kata Nanon tadu, cuaca tidak mendukung, tadi yang cerah walau sedikit mendung, sekarang sudah di gantikan oleh air yang turun ke bumi, membasahi semua isinya. Untung saja mereka berdua di dalam mobil dan tidak ke hujanan.

"Dingin-dingin gini enaknya makan yang anget," celetuk Nawa.

"Mau apa? Bakso enak nih," timpal Nanon.

Nawa tersenyum sumringah, peka sekali pacarnya ini.

Mata keduanya sibuk emncari tukang bakso pinggiran, dan akhirnya nemu. Tapi mereka memilih makan di tempatnya, dari pada di mobil. Alhasil, mereka harus keluar dan menyebrangi hujan.

"Tunggu, jangan keluar dulu," kata Nanon keluar, sambil mengunci pintu.

Nawa memperhatikan Nanon yang ternyata meminjam payung pada tukang baksonya.

Nanon menghampiri Nawa dan membuka pintu, sambil memayungi Nawa agar tidak terkena hujan.

Pipi Nawa bersemu, siapa yang tidak terharu jika di perlakukan seperti itu.

"Non ih," celetuk Nawa.

"Kenapa? Biar kamu gak ke hujanan, baju aja kamu sembuh," ujar Nanon dengan tangan merangkul Nawa agar mendejat padanya.

Selesai pesan dan bakso pun datang, Nanon bahagia melihat ekspresi Nawa yang sangat heboh.

"Makan yang banyak," ujar Nanon di angguki Nawa.

Nawa memasukan cabai terlalu banyak, membuat Nanon langsung menukar miliknya dengan milik Nawa, karena miliknya belum di kasih saos, cabai atau kecap.

"Kenapa?" tanyw Nawa.

"Itu terlalu banyak buat kamu yang gak suka pedes, kamu kan paling anti sama pedes, kalau makan yang pedes, perut kamu langsung sakit," jelas Nanon.

Nawa terkejut. Bisa-bisanya Nanon masih hapal kebiasaannya. Dulu waktu SD, Nawa pernah memakan mie dengan cabai yang banyak, dan besoknya ia tidak masuk sekolah karena sakit. Dan beberapa kali pun Nawa makan pedas bersama Nanon, ia akan sakit perut.

"Masih inget?" tanya Nawa masih dengan wajah terkejut.

"Aku gak bakal lupain tentang kamu, Na."

Lagi dan lagi, kesekian ratus kalomya Nawa tersipu karena ucapan simpel dari Nanon.






¤ NANONAWA ¤

💫 NANONAWA 💫 [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang