[19] suporter

10 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





—— sudut pandang orang ketiga ——





Sudah agak lama Nanon tidak bermain sepak bola bersama klubnya. Di karenakan Nanon selalu sibuk dengan kerjaan yang lain, selain membucin. Tentu saja, setelah jadian, bucin iti wajib, apalagi memiliki kekasih yang jutek dan berbeda dari yang lain.

Di siang hari yang lumayan panas ini, Nanon tengah pemanasan sebelum bertanding melawan fakultas kedokteran. Setiap beberapa bulan sekali, klub sepak bola antar fakultas selalu mengadakan turnamen dadakan, dan kebetulan fakultas teknik bertanding dengan kedokteran.

Ae membisikan sesuatu pada Nanon. "Non, kita kudu kalahin fakultas kedokteran," bisik Ae.

"Kenapa?"

"Biar tu dua cewek marah, nanti kita bujuk deh," kata Ae menunjuk dua gadis yang sudah duduk di bangku penonton.

Senyum Nanon berseri ketika melihat Nawa yang tidak melihatnya. "Nawa sih dia pasti dukung gue, soalnya yang main di fakultasnya aja dia kagak tahu. Jelas-jelas gue pacarnya," cicit Nanon mengangkat satu alisnya.

Ae menimpuk kepala belakang Nanon pelan, lalu pria itu berlari menghampiri Ea dan Nawa. Tentu saja Nanon yang memang sedari pagi belum bertemu Nawa, langsung mengikuti jejak Ae.

"Semangat," ucap Ea pada Ae.

Ae mengangguk lalu merangkul kekasihnya itu. Tapi berbeda dengan Nawa, gadis itu malah menatap Nanon dengan datar, sementara si pria menunggu ucapan semangat dari kekasihnya.

"Gak ada niatan nyemangatin gitu?" celetuk Nanon.

Terlihat bibir Nawa yang mencibir. "Gak puas apa semalem teleponan aku ngucapin semangat mulu," cibir Nawa.

Memang, mereka berdua bukannya malah tambah romantis ketika sudah jadian, malah tambah sering berantem, tapi itu membuat Ae dan Ea gemas, karena perdebatan mereka membuat keduanya semakin dekat.

"Ya udah," lesu Nanon.

Nawa menghampiri Nanon, lalu berjinjit kemudian tangannya mengusap puncak kepala Nanon, memberi senyum manis, dan berkata. "Semangat ya, bayi besarku!"

Ingin rasanya Nanon menarik Nawa kedalam pelukannya, hanya saja mereka sedang berada di tempat umum.

"Makasih, sayang," ujar Nanon.

"Jijik," protes Nawa.

"Ini nih, kalau es batu di beri nyawa, dingin banget. Padahal pacarnya pengen uwu-uwu, malah di kata jijik," cerocos Ea.

"Ya gitulan pentingnya memberi ASI sejak kecil, Bund," timpal Ae.

"Lu berdua banyak bacot," protes Nawa.

Pertandingan sebentar lagi di mulai, Nanon dan Ae juga sudah di panggil ke dalam lapangan. Nawa dan Ea tuntu saja ikut semangat juga.

Kalau sudah berada di lapangan dan bertemu dengan bola, aura semua pemain bola pasti berubah. Menjadi lebih berkarisma dan menawan. Contohnya saja Nanon dan Ae. Apalagi Ae, dengan poni sedikit yang membelah dua, panjang hampir mengenai mata, dan saat di sibakkan ke belakang, membuat para gadis berjerit, di tampah keringat yang membuatnya semakin seksi.

Sama juga dengan Nanon, ketika menyetak gol, pria itu langsung melebarkan senyumnya, tak lupa lesung pipi yang sangat dalam, yang menjadi ciri khasnya, membuat para gadis bersorak.

"Gue benci sama Ae!" celetuk Ea membuat Nawa kebingungan.

"Lah, lu kenapa, ngab?"

"Ae ganteng banget... mana tebar pesona banget sih nyet!" cetus Ea geram.

Nawa tertawa. Memang benar, kekasih sahabatnya itu sangat tebar pesona, lihat saja sekarang, pria itu tengah mengedipkan sebelah matanya, dan memberikan flying kiss pada para gadis, yang langsung heboh.

Mata Nawa mencari Nanon yang ternyata sedang duduk di waktu istirahat. "Gue ke sana dulu, ya," kata Nawa pamit pada Ea.

Ternyata Nawa memberikan Nanon air mineral dan duduk di sebelah Nanon, sambil mengusap keringat kekasihnya menggunakan sapu tangan yang sengaja ia bawa.

"Ih banyak banget keringetnya," kata Nawa.

Nanon bersaha menahan nafas ketika wajah Nawa sangat dekat dengannya.

"Kan aku abis main bola, Na, bukan abis tidur," jawab Nanon.

"Ih, jawab aja lagi. Nih, minum dulu, bentar lagi main." Nawa menyodorkan botol yang berisi air putih.

Tentu saja Nanon membawa botol itu, lalu meneguknya. Mata Nawa tidak berpaling dari Nanon yang sangat menggoda jika tengah minum. Apalagi saat Nanon mengadahkan kepala ke atas, kemudian jakunnya turun naik karena air masuk tenggorokannya, membuat Nawa meneguk ludahnya susah.

"Jangan tebar pesona kaya si Ae, ya. Ea aja yang gak pernah marah bisa ngambek, apalagi aku yang hobi marah," ujar Nawa pelan, tapi masih bisa di dengar Nanon.

Nanon mengacak rambut Nawa. "Kamu itu marahnya bikin gemes, sama ngangenin," elak Nanon.

"Ih, udah ah, sana main lagi, aku mau kembali ke Ea, bye!" kata Nawa kemudian pergi.

Sementara Nanon malah mengulum senyum melihat tingkah Nawa, yang selalu membuatnya gemas. Ternyata, setelah jadian dan kenal satu sama lain, Nawa memiliki kepribadian yang lucu, sopan dan polos. Berbanding terbalik dengan apa yang ia tunjukkan selama ini.

Di sisi lain, ada seorang gadis yang tidak suka melihat kemesraan Nanon dan Nawa, gadis itu menunjukkan smirk, lalu mengangkat alis, mengasih kode pada seornag gadis di sebrangnya, seolah memberikan perintah.






¤ NANONAWA ¤

💫 NANONAWA 💫 [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang