[02] Dia

37 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






—— Sudut pandang orang ketiga ——







Suasana kelas saat ini cukup tenang, di karenakan dosen sedang mengadakan kuis dadakan. Bukan Pak Yanto namanya, kalau tidak mengadakan kuis dadakan seperti tahu bulat. Semua siswa langsung seketika diam dan berkutat dengan semua soal yang membuat otaknya hampir meledak karena pertanyaan yang menurut mereka sulit.

Di bangku tengah, Ea mengkode pada Nawa yang sangat fokus, untuk meminta sedikit contekan. Tapi nihil, gadis itu tidak meliriknya sama sekali. Ea mendecih pelan, lalu bersumpah akan memarahi Nawa setelah keluar kelas nanti. Kuis dadakan hanya di beri waktu 30 menit, habis itu dosen menjelaskan dan mengoreksi jawaban para siswa.

Selesai kelas, Nawa meregangkan tubuhnya pelan, dengan jari-jari yang memijit pelipis kepalanya. "Oiii Na, gue mau marah sama lo!" pekik Ea dengan wajah yang memerah.

Nawa hanya mengerutkan keningnya tak mengerti. "Apasih," ketus Nawa.

"Gue setsetset ke lo, lo gak nengok ke gue," kata Ea.

Nawa membalikkan tubuhnya menghadap Ea, lalu tangannya menyentuh pundak Ea. "Emangnya lo ular, pake satsetsatset segala. Lo tau kan, Pak Yanto sensitif kalau denger suara begituan, kagak mau kena imbas gue kalau lo ketauan," jelas Nawa.

Yang di ceramahi hanya meledek Nawa dengan menirukan gaya bicara Nawa. Tentu saja Nawa gemas dengan tingkah laku sahabatnya itu.

"Kantin, yuk!" ajak Nawa.

Tentu saja yang di ajak langsung mengangguk dan merangkul Nawa. Yups, mereka memang tidak bisa marahan terlalu lama. Bahkan 5 detik saja mereka tidak sanggup. Karena di mana ada Ea, pasti ada Nawa, begitupun sebaliknya.

Di perjalanan ke kantin fakultas, Ea terus nyerocos bagaimana kejadian kemarin yang ia di tanya oleh salah satu pemain bola kesukaannya. Ea menceritakan tanpa henti, dan sangat heboh. Sementara Nawa mendengarkan dengan seksama tanpa terlewat satu kata pun.

"Terus terus, abis si Jimli nanya jurusan, dia nanya apa lagi?" tanya Nawa tak kalah semangat.

Ea berjalan mundur karena ingin berbicara tatap muka dengan Nawa. "Udah, dia nanya itu aja sih, dia pergi dengan senyum yabg menawan, abis tu dadah-dadah ke gue. Ya Tuhan Na, gue gak tah- awww," pekik Ea yang tersungkar jatuh ke lantai.

Tentu saja sahabatnya itu panik dan menyodorkan tangannya. "Sorry," kata orang yang menabrak Ea.

Ea bangkit dan menepuk-nepuk celanannya yang kemungkinan akan kotor. Ea melihat siapa yang menabraknya. "Ah elah Non, lu jalan pake mata, kek," protes Ea ketika melihat siapa yang menabraknya.

💫 NANONAWA 💫 [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang