Suzy menatap Namjoon dengan mata berkaca, hari ini Namjoon harus kembali ke Thailand. Ada sesatu yang mengharuskan Namjoon ada di sana. Namun Suzy bersikeras ingin ikut, tidak mau ditinggal Namjoon. Melihat Suzy seperti ini mengingatkan Namjoon pada beberapa tahun lalu dimana Adiknya menangis ingin ikut pergi bersamanya.
"oppa hanya pergi sebentar Zy. Oppa janji, saat hari itu tiba oppa ada disana. Jangan menangis.." Namjoon mengusap air mata dikedua pipi adiknya. Sebenarnya Ia tidak tega meninggalkan Suzy di Daegu, tapi bagaimana pun adiknya harus ikut andil untuk persiapan pernikahannya.
Suzy tidak mau melepaskan tangan Namjoon, persis seperti anak kecil yang merajuk ingin balon. "kau jahat! Lalu aku dengan siapa disini?" Suzy tidak peduli Ia dianggap cengeng atau apa pun itu, Ia hanya tidak mau ditinggal Namjoon.
Namjoon memanggil Haru yang sejak tadi bersembunyi di balik pintu, lalu mengacak rambut anak itu pelan. "Haru mau kan menemani Suzy eonni selama oppa pergi?" Haru mengangguk pasti.
"Haru berjanji tidak akan membiarkan Suzy eonni merasa kesepian, eonni jangan sedih ada Haru disini." Anak itu menggenggam tangan Suzy, membuat Suzy menarik tangannya pelan.
"jangan menangis lagi, oppa tidak suka. Kau harus ingat, Ayah melakukan ini untuk kebaikanmu. Kau tahu alasannya kenapa. Oppa pergi, jaga dirimu baik-baik. Oppa akan cepat pulang." Namjoon mengecup pucuk kepala adiknya sayang. Membuat Suzy tersenyum kecil dan menghapus sisa air matanya.
"aku tahu, kehidupan kita berada ditangannya. Hati-hati, jangan lupa janjimu oppa." Namjoon tersenyum kecil dan mengalihkan tatapannya pada adik tirinya-Haru dan mengacak rambutnya pelan.
"oppa pergi, anak manis."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
$$$Ini sudah seminggu sejak terakhir Taehyung bertemu dengan Siwon dan Taehyung sudah memutuskan. Ia akan menerima permintaan Ayahnya untuk menikahi putri Tn. Bae, namun Ia membutuhkan waktu untuk membicarakan masalah ini dengan Nayeon.
"oppa melamun lagi?" Taehyung tersadar ketika Nayeon menegurnya membuat laki-laki itu terseyum kecil.
"hanya memikirkan hal kecil." Nayeon mengangguk paham dan tak berniat menanyakannya lebih lanjut. Ia tahu diri, tidak harus semua masalah kekasihnya Ia ketahui.
Seperti biasa, siang ini mereka menghabiskan waktu makan siang bersama di cafe dekat sekolah tempat Nayeon mengajar. Selama tiga tahun bersama, hubungan keduanya hampir tidak pernah ada masalah, bahkan orang-orang yang mereka kenal selalu memuji keduanya. Nayeon yang selalu mengerti Taehyung dan Taehyung yang selalu memperhatikan Nayeon. Hubungan mereka benar-benar terlihat sempurna. Memikirkan itu membuat hati Taehyung terasa sakit, ditampar kenyataan bahwa sekarang Ia harus bisa melepas Nayeon perlahan dari hidupnya.
"oppa tidak perlu mengantarkanku ke sekolah lagi ya?" Taehyung menoleh mendengar penuturan kekasihnya.
"kau mau langsung pulang?" Nayeon menggeleng kecil atas pertanyaan Taehyung.
"oppa masih ingat guru Biologi yang aku ceritakan? Ia akan menikah dalam waktu dekat ini. Dan Ia memintaku untuk menemaninya mengambil gaun pernikahannya."
"benarkah?" Nayeon tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.
"oppa mau kan menemani aku datang ke pesta pernikahannya nanti?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suzy menghela napas kasar merasa kebosanan, sekarang Ia sedang menunggu kedua wanita yang sedang berdiskusi memilih vanue untuk pernikahannya nanti. Kedua wanita itu Ibu tirinya juga Ibu Taehyung, mereka tampak antusias melebihi dirinya. Setelah ini Suzy juga harus fitting baju untuk gaun pernikahannya dan itu pasti akan membutuhkan waktu yang lama, jika bukan paksaan Ayahnya tadi pagi Suzy tidak akan pernah mau melakukan ini. Seharusnya Taehyung juga ada disini, namun lelaki itu beralasan tidak bisa ikut karena ada sesuatu yang tidak bisa Ia tinggalkan. Pekerjaan.