Kawasan Daegu disambut hujan pagi ini, hujan gerimis yang mampu membuat pekarangan rumah Taehyung basah hingga tercium bau tanah yang khas. Segelas kopi hangat menemani Taehyung, seharusnya laki-laki itu sudah berangkat kerja sejak setengah jam yang lalu. Namun tidak pagi ini, Ia memilih diam memandang hujan melalui jendela rumahnya.
"kau belum berangkat?" Taehyung tidak terkejut mendapati Suzy yang tiba-tiba muncul dibelakangnya, kiranya Ia sudah terbiasa dengan kehadiran perempuan itu selama dua minggu ini. Ya, pernikahannya dengan Suzy sudah berjalan selama dua minggu. Hubungan keduanya cukup baik, meski pun tidak jarang mereka selalu berselisih karena perbedaan pendapat atau lainnya.
Selama dua minggu ini Taehyung sedikit bisa mengetahui kebiasaan perempuan itu, Suzy si penyuka musik dan kopi di malam hari. Ah jangan lupakan kebiasaan perempuan itu mandi sebelum tidur. Ia juga pandai memasak, tak heran mendengar cerita Ibunya bahwa perempuan itu memiliki cafe di sini.
Taehyung melirik sekilas, perempuan itu sudah rapih dengan pakaiannya. Akhir-akhir Suzy terlihat sibuk, tak jarang Ia menerima telpon sampai larut malam. Entah siapa yang menelponnya, namun dari obrolannya Taehyung yakin itu bukan kekasihnya karena obrolan keduanya terdengar cukup serius.
Mengenai kekasih Suzy, Taehyung tidak tahu dan tidak ingin tahu. Toh dalam kesepakatan yang meraka buat, keduanya tidak boleh mencampuri urusan masing-masing sebelum surat perceraian ada di tangan mereka.
"aku akan melihat cafeku, aku butuh uang. Tidak mungkin kan aku terus menerima uang darimu." Taehyung menatap punggung Suzy dalam diam ketika perempuan itu pergi menuju dapur, mencari sesuatu untuk dimakan. Mungkin. Sebenarnya bukan masalah bagi Taehyung membiayai Suzy selama perempuan itu berstatus menjadi istrinya, namun Suzy bersikeras Ia akan mengembalikan pemberian Taehyung termasuk membayar sewa rumah yang ditempatinya ini.
"Kau tidak sarapan lagi?" Suzy sedikit berteriak dari arah dapur ketika melihat sarapan yang Ia buat masih utuh, Ia berkacak pinggang menatap Taehyung kesal. Perempuan itu paling tidak suka jika ada orang yang tidak memakan habis masakan buatannya, menurutnya masakannya sangat layak dimakan. Lalu kenapa Taehyung tidak memakannya? Percuma saja Ia bangun pagi untuk memasak.
Taehyung mendekati Suzy. Ia tahu, Suzy pasti akan marah karena Ia tidak sarapan pagi ini. Selama ini Taehyung tidak pernah mengenal sarapan, Ia tidak terbiasa untuk itu. Nayeon dan keluarganya pun sudah memaklumi kebiasaan buruk Taehyung, namun kebiasaan itu berubah setelah Ia tinggal bersama Suzy. Perempuan itu terus memaksa dan terus mengomelinya dengan alasan Ia tidak menghargainya dan dengan terpaksa Taehyung membiasakan diri untuk sarapan.
"aku sudah meminum kopi," Taehyung mengangkat gelas kopinya membuat Suzy berdecak sebal.
"aku sengaja membuatkanmu bubur untuk sarapan, itu lebih ringan. Cepat kau makan. Pola makanmu itu sangat buruk melebihi Haru, kalau saja kau kekasihku sudah kusuapi kau dengan mulutku."
"aku suamimu kau bisa melakukan hal lebih." Suzy mendelik dan bergidik ngeri membuat Taehyung terkekeh kecil.
"kau mau kemana?" Taehyung bertanya ketika melihat Suzy hendak pergi, Ia kira perempuan itu juga akan ikut sarapan.
"heol.. Harus berapa kali aku mengatakannya. Aku akan ke cafe."
"kau tidak sarapan?"
"roti sudah cukup bagiku." Taehyung mendengus kecil, bisa saja perempuan itu memaksanya memakan bubur sedangkan Ia hanya sarapan dengan roti.
"tunggulah, biar aku yang mengantarmu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Taehyung menghentikan mobilnya di depan cafe yang sering Ia datangi bersama Nayeon, Ia tidak menyangka ternyata pemilk cafe dekat sekolah Nayeon ini adalah Suzy. "kenapa? Kau ingin masuk?" Taehyung mengangkat alisnya dan menggeleng kecil.