1.5

765 127 35
                                    

Taehyung berjalan sedikit cepat untuk membuka pintu dan betapa terkejutnya Taehyung ketika mendapati Nayeon di depannya. "Nayeon.."

"Apa kabar Taehyung oppa?" Perempuan itu menyapa Taehyung dengan senyum yang mengembang.

.
.
.

"Ternyata dugaan ku benar, oppa tinggal di rumah ini." Taehyung tersenyum kecil tak enak hati mendengar ucapan Nayeon, dulu Ia menjanjikan rumah ini untuk ditempatinya bersama perempuan itu.

"Ah iya, kau mau minum apa Nayeon? Aku sampai lupa." Nayeon mengangkat tangannya menolak tawaran Taehyung.

"Tidak perlu oppa, aku tidak akan lama. Aku hanya ingin mengembalikan pemberian darimu." Nayeon membawa paper bag yang berisi barang pemberian dari Taehyung.

"Kenapa?" Taehyung mengerutkan keningnya tidak paham. Sedangkan Nayeon menggaruk kepala bagian belakangnya, tidak tahu harus mulai berbicara darimana.

"aku tidak bisa dengan mudah melupakanmu oppa. Hanya dengan melihat semua ini-bararang-aku akan menangis dan terlihat menyedihkan." Nayeon terkekeh diakhir kalimatnya mencoba menguatkan diri.

"Maafkan aku Nayeon." Taehyung berkata lirih.

"Tidak. Jangan katakan itu lagi, kau masih ingat kan oppa? Aku akan mengunjungimu ketika hatiku sudah membaik dan hari itu adalah hari ini." Lagi, Nayeon memaksakan seulas senyum meskipun keadaan hatinya benar-benar tidak baik ketika dipertemukan lagi dengan Taehyung. Nayeon sadar ternyata hatinya tidak sekuat dugaannya.

Taehyung tersenyum kecil mendengar ucapan perempuan itu, setidaknya beban lelaki itu terasa lebih ringan mendengar Nayeon berkata demikian. "Ah iya sebaiknya aku pulang sekarang." Dirasa tidak ada keperluan lagi Nayeon berniat pulang, tidak baik untuk dirinya jika harus berlama-lama dengan Taehyung.

"Biar ku antar."

"Ya? Tidak. Tidak perlu oppa. Aku bisa pulang sendiri." Nayeon menolak ajakan Taehyung.

"Tak apa Nayeon, kebetulan aku akan menjemput istriku." Nayeon terdiam, hatinya tiba-tiba terasa sakit seakan tersayat mendengar Taehyung berkata demikian. Istri? Ya, Nayeon harus benar-benar sadar posisinya sekarang. Ia hanya mantan kekasih dari pria yang dicintainya.

"Oppa.." Taehyung berbalik mendengar Nayeon memanggilnya.

"Tepati janjimu untuk selalu ada di sampingku meskipun status kita hanya teman." Taehyung terdiam sesaat lalu tersenyum kecil setelahnya.

"Itu pasti Nayeon."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suzy terus tersenyum menatap Taehyung disampingnya, "kenapa? Apa ada sesuatu yang lucu di wajahku?"

Suzy menggeleng namun masih tersenyum manis, "ya sudah habiskan dulu makananmu. Maaf, aku terlambat menjemputmu hingga kita harus makan semalam ini." Suzy menggeleng kecil seolah menjawab itu bukan hal besar. Keduanya sedang makan malam diluar, mereka menyempatkan dulu makan sebelum sampai rumah. Tidak mungkin Taehyung membiarkan Suzy masak selarut ini kan?

"Kau tidak marah?"

"Harusnya aku marah, kau terlambat satu setengah jam! Juga tidak mengabariku. Aku pikir terjadi sesuatu denganmu, ternyata kau harus bertemu abeoji dulu." Taehyung menghentikan makannya dan menatap Suzy.

"Maafkan aku.." maaf lagi-lagi aku membohongimu Suzy. Lanjut Taehyung dalam hati, seharusnya mudah bagi Taehyung mengatakan Ia bertemu dengan Nayeon. Namun Taehyung takut, takut Suzy akan salah paham. Meskipun tidak ada yang harus di salahpaham kan.

"Kenapa terus meminta maaf? Sudah kukatakan aku tidak apa-apa." Taehyung tersenyum kecil mendengar jawaban Suzy.

"Ah iya, Abeoji memintaku untuk menggantikan posisinya di kantor. Bagaimana menurutmu?" Taehyung meminta pendapat Suzy, selain sebagai istrinya Taehyung juga tahu Suzy pernah berkecimpung di dunia bisnis.

ConsciousnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang