0.4

708 127 25
                                    

Tiga jam yang lalu Namjoon dan Adiknya baru saja sampai di Daegu, namun semuanya tampak kacau setelah Ia dan Suzy bertemu dengan Ayahnya.

Di dalam sana Suzy terus menangis, perempuan itu melemparkan semua barang yang ada di kamarnya. Ia tidak terima dengan keputusan Ayahnya yang akan menikahkannya dengan lelaki pilihan pria itu. Suzy sangat marah.

Namjoon, lelaki itu menatap Suzy dari celah pintu yang terbuka. Memastikan Adiknya tidak melakukan hal bodoh. Ia tidak tahu alasan Ayahnya memaksa Ia dan Suzy pulang ke Daegu untuk ini. Jika Ia tahu mungkin Ia tidak akan pernah membawa Suzy pulang.

Perlahan, Namjoon membuka pintu kamar Adiknya. Kamar ini sudah tidak bisa dikatakan rapih sedikit pun. Semua barang sudah berserakan dilantai, termasuk isi koper yang Ia bawa kemarin. Namjoon mencoba mendekati Suzy yang masih belum berhenti menangis, perempuan itu tidak berhenti menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Suzy-ah.." Suzy tidak menjawab, Ia sibuk menelpon satu kontak yang sama, Choi Siwon.

Isakan Suzy semakin terdengar ketika lagi-lagi suara operator yang menjawab panggilannya, membuat Suzy melemparkan ponselnya kearah kaca membuat kaca itu pecah seketika.

"Bae Suzy!!" Namjoon memegang kuat bahu Suzy, namun Suzy mendorong Namjoon.

"aku mencintai Siwon oppa!! Aku mencintai Siwon!! Aku mencintainya!! Kenapa kalian melakukan ini padaku!!" Suzy berteriak didepan Namjoon membuat Namjoon tanpa sadar menampar Adiknya hingga membuat Suzy terdiam.

"Astaga!!" Namjoon segera mendekati Suzy ketika sadar apa yang Ia lakukan, Namjoon memeluk adiknya erat dan mengucapkan beribu kata maaf. Sungguh lelaki itu tidak bermaksud demikian.

Sedangkan Suzy hanya diam, pun tidak mencoba menolak Namjoon. Tatapannya kosong kemudian terisak kecil, "kau percaya Tuhan itu maha tahu. Jika Ia memang yang terbaik untukmu maka Tuhan akan menyatukan kalian. Tanpa rintangan sedikit pun."

"percayalah. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu Zy," lanjut Namjoon mencoba menenangkan Adiknya yang terus menangis meraung dipelukannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
$$$

Taehyung duduk dan menatap kosong hamparan laut didepannya, matahari sudah terbenam sejak lima belas menit lalu. Botol minuman dengan kadar alkohol tinggi yang Ia beli sudah habis tak tersisa, seharusnya Ia sudah tidak sadarkan diri. Namun kenyataannya Ia masih sadar bahkan Ia masih mengingat permintaan Ayahnya untuk menikahi putri Tn. Bae.

Taehyung berdesis lalu setelahnya melempar botol itu ke arah laut, mencoba menghilangkan bebannya. Setelahnya, lelaki itu mulai terisak. Kenyataannya Ia tidak akan pernah bisa menolak permintaan Ayahnya, lalu bagaimana dengan Nayeon? Ia tidak mungkin meninggalkan perempuan itu. Sumber kebahagiaannya.

Pluk!

Taehyung menoleh ketika seseorang melemparkan botol ke arah sampingnya, hingga botol itu tergeletak di pasir pantai.

"mau menemaniku minum?" lelaki yang melempar botol tersebut berseru, membuat Taehyung tanpa ragu mengambil botol tadi dan meneguknya langsung.

"calm dude, kau ingin cepat mati. Itu bukan soju!" lelaki itu mengambil botol dari tangan Taehyung. Taehyung terkekeh, "aku sudah menghabiskan satu botol. Lihat aku masih sadar."

Lelaki itu mengembalikan botolnya  dan ikut duduk di samping Taehyung. "apa masalahmu sangat berat? Kau tampak prustasi." lelaki itu menoleh, menatap Taehyung.

Taehyung mendengus lalu menunduk, kedua tangan yang bertumpu pada kedua lututnya, "aku dipaksa menikah dalam waktu dekat ini," ucap Taehyung yang dibalas kekehan oleh lelaki disampingnya.

ConsciousnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang