☘Awal☘

2.9K 138 16
                                    

Selamat datang di cerita amatir sya, sya harap kalain menyukainya.。^‿^。
.
.
.
.
.

Jam 00.00, jalanan yang jauh dari jangkauan para polisi. Segerombolan anak muda berseru, senang. Suara gas motor begitu membuat mereka semakin bersemangat. Bahkan mereka melupakan kalau malam semakin larut. Bagi mereka dunia malam adalah dunia yang begitu asik. Begitu juga denganku, dunia malam sudah menjadi bagian dari diriku.

Bruum...
Bruum...

Aku memainkan gas motorku. Membuat para remaja meneriaki namaku, Holy! Aku seorang wanita yang sering melakukan balam liar untuk mendapatkan uang. Hanya itu satu-satunya pekerjaan yang bisa aku lakukan. Ibuku seorang pengangguran dan kerjaannya hanya minum-minum dan mabuk. Kelakuannya itu membuat aku menjadi wanita malam. Bukan wanita malam yang sering bermain dengan para pria berduit, bukan! Aku tak serendah itu, biar bagaimanapun aku masih punya harga diri.

Seorang gadis cantik dan seksi maju di tengah jalan dengan membawa kain warna putih. Kami semua bersiap untuk memulai permainan. Tangan wanita itu terangkat ke atas. Saat kain itu terlepas dari tangannya dan menyentuh aspal. Aku langsung tancap gas dan melaju.

"Huuu!" teriak para penonton serentak.

Aku terus melajukan motorku, tentu saja aku yang terdepan. Namun saat melewati tikungan satu motor berhasil melambungku. Sial! Aku menarik gas sampai habis. Saat aku ingin mengambil cela di sampingnya. Orang itu dengan sengaja mengambil jalanku. Situasi semakin menegangkan saat aku dan dia saling beradu siapa yang akan sampai duluan. Finis sudah di depan sana. Suara teriakkan semakin kencang.

Priiittt!

Suara pruit. Menandakan kalau permainan telah berakhir. Aku menghentikan motor dan turun setelah menurunkan standar. Helm di kepala aku lepas. Aku tatap orang yang hampir saja merebut tempatku. Orang yang menjadi saingan terbesar bagiku. Kami saling melempar senyum.

"Sial, gue terus berada di bawah lo." Dia berjalan ke arahku sambil merapikan rambut yang sedikit berantakan karena melepas helm.

"Jangan bermimpi untuk merebut tempat gue," sombongku.

"Bagi tips dong biar gue bisa ngalahin lo."

"Ogah, lo itu udah jadi saingan terberat gue," ucapku. Mimik wajahnya langsung berubah senang.

"Tapi, jangan lupa janji lo tadi," sambungku dan hampir saja tertawa saat melihat wajahnya menjadi murung.

Dia berdecak. "Mata duitan, minta sama Jj uang gue ada sama dia. Gue mau samperin cewek gue dulu." dia langsung pergi begitu saja. Aku membalikan badan menatap dia yang sedang berpelukan dengan pacarnya. Sebelum pergi dia masih sempat-sempatnya bermain mata dan melempar cium jauh padaku. Membuat aku bergidik geli.

Namanya Vano, aku cukup akrab dengannya. Kami berdua itu satu falkultas di kampus. Pertemuan kami juga tidak terlalu menyenangkan. Vano itu seorang playboy. Semua wanita cantik di rayunya termasuk aku. Untung saja aku masih punya otak jerni dan menolaknya.

Seorang cowok tampan dengan rambut merah melintas di hadapanku. Dengan cepat aku menghalangi jalannya. Membuatnya menatapku heran. Dengan senyum lebar di wajahku, aku mengangkat tangan meminta uang.

"Kata Vano uangnya di titip sama lo. Mana? Sini uangnya?"

Saat ini Jj seperti orang linglung. "Uang apa?"

Aku mendengus mendengar perkataan bodohnya itu. "Uang 10 juta yang di titipin Vano sama lo!"

"Oh itu," jawabnya polos. Tangannya mengeluarkan sesuatu dalam jas hitam miliknya. Amplop putih tebal berada dalam tanganku. Aku langsung melihat isi di dalamnya. Mataku berbinang seperti bintang-bintang tengah mengelilingiku. Aku bahkan membuka mulutku saking senangnya.

"Awas nyamuk masuk." Jj langsung mendorong daguku. Membuatku menutup mulut.

"Senang aku tuh," ujarku girang sambil menggoyang pantatku.

"Vano mana?" tanya Jj. Aku berhenti bergoyang.

"Lagi cipokkan bareng Citra."

Jj terkejut. "Fana di kemanai?"

Aku menaiki bahuku. Fana itu wanita polos yang di pacari Vano satu minggu yang lalu. "Di buang di tong sampah kali," inisiatifku.

"Hush, jangan ngomong gitu, Vano gak mungkin kek gitu."

"Jangan sok polos, elo kan tau sendiri Vano orangnya kek mana. Abis di kasih jatah di buang gitu aja kek sampah." Aku mengibaskan rambutku yang terurai.

"Bilang aja lo cemburu," ujarnya sambil terkekeh.

"Muka lo mau gue jadiin samsak?!" kesalku

"Jj!" seorang wanita dengan pakaian terbuka. Langsung mergelayur manja di tangan Jj. Lihat senyum Jj itu, membuat aku merasa jijik. Wanita itu langsung mencium bibir Jj dan di balas hangat olehnya.

"Gusti nuh agung. Mata gue ternodai." Aku menutup mata dengan tangan. Dasar manusia! Kalau sudah di kuasai nafsu. Di mana saja mereka akan bercumbu. Sekaligus itu di tempat ramai seperti ini. Tapi, ini hal yang bukan tak biasa lagi. Aku sudah sering melihat orang yang bercumbu lebih parah di keramaian. Ya, begitulah dunia malam. Jika tak suka maka jangan mendekat.

"Kayak sok suci aja lo."

Aku menarik tanganku menatapnya marah. Saat aku ingin memakinya alarm ponselku berbunyi. Aku segera mengeluarkan dari jaket dan mematikannya.

"Pulang sono, besok lo ada kelas pagi," usir Jj. "Gue mau goyang dulu bareng pacar gue, iyakan sayang?" Jj meminta pendapat pacarnya dan mendapat anggukan darinya. Kemudian dia menatapku dengan senyum mengejek.

Aku menghentakan kaki kesal. "Malam ini lo selamat, tunggu aja besok!"

Aku menaiki motor ninjaku sambil memasang helm di kepalaku. Kuputar kunci dan langsung tancap gas.

"Bye bye Holy." Teriakan Jj yang masih aku dengar.

Malam sudah sangat larut. Jalan raya juga sudah renggang dan tokoh-tokoh kecil sudah pada tutup. Tak ada satu pun kendaraan yang ada di jalan, kecuali aku. Lampu jalan menerangi setiap perjalananku.

Motorku masuk dalam arena rumah-rumah mewah. Jangan pikir aku adalah anak orang kaya. Aku juga sendiri bingung kenapa ibuku membeli rumah di kalangan orang kaya. Dari mana uang yang dia terima setiap bulan. Padahal ibu tidak punya pekerjaan.

Aku tidak punya ayah. Entah di mana sosok panutan bagi setiap anak itu. Saat aku lahir dan mengenal dunia. Tak pernah sekalipun bertemu ayahku. Ingin bertanya pada ibu, percuma dia tak akan menjawabnya. Jika dia masih hidup kenapa tak mencari keberadaan kami. Apa mungkin dia sudah mati. Jika iya aku akan berterima kasih pada Tuhan. Karena telah membawa orang yang paling brengsek di duniaku. Setidaknya aku dan ibu masih bisa hidup tanpa kehadirannya.

"Masih ingat rumah ternyata." Teguran itu membuat aku yang baru masuk ruang tamu berhenti melangkah.

Pandanganku tertuju pada botol minuman keras yang ada di meja. Dan kemudian ku tatap wanita yang telah melahirkanku. Helaan nafas berat keluar dari mulutku. Ini sebabnya aku tidak suka berada di rumah. Aku kembali melangkah menuju kamarku.

Brak!

Aku sengaja membanting pintu kamar. Tak peduli jika wanita itu mengomel. Tanpa mengganti baju, aku langsung mehempaskan tubuh di kasur empuk. Malam ini sudah cukup bermain-mainnya. Waktunya untuk beristirahat, menyiapkan tenaga untuk besok.

Bucin husband, naughty wife (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang