Chapter 16

40.4K 790 9
                                    

Nadia POV

Ahh pasti Ara sudah salah paham dengan perkataanku tadi, Affa sih kaya Toa masjid. Aku menarik Ara ke toilet cafeku. Aku menggunakan toilet khusus, karena aku juga anak pemilik cafe ini jadi tak apalah.

"Ara jangan nangis, aku akan jelaskan" Aku menyeka air mata Ara yang mulai turun. Begitu menyayat hati saat melihat butiran air mata itu jatuh dari orang yang aku sayang.

"Hiks..Nad..Kamu jahat" Masih terdengar jelas isakan Ara.

"Dengarkan aku. Hervin kemarin kerumahku, aku sudah mengusirnya. Tapi dia masih bersikokoh untuk menjelaskan hubungannya dengan Vandra walau aku tak mau tau sedikitpun. Saat itu aku berkata padanya untuk menjauhiku , dan tiba-tiba saja dia menciumku. Aku tak membalas, seketika bayangan wajahmu menghampiriku membuatku kembali ke akal sehatku dan menampar Hervin"

"Nad aku takut, hiks.. kamu pergi, kamu ninggalin aku . Kamu hiks..sama Her--" Aku tak tau cara menghentikannya, aku mencium bibir Ara. Wow ciuman pertama kami, Ara masih shock dengan ciuman tiba-tibaku. Aku ingin menyecap bibir Ara tapi dewi fortuna belum berpihak kepadaku karena bunda mengetuk pintu lumayan keras katanya sudah kebelet di ujung tanduk. Bunda oh bunda gak tau apa anaknya lagi enak-enaknya malah di ganggu. Benar-benar gak pengertian.

"Ih Nadia kok main cium-cium sih" Hemm Ara ternyata gengsinya tinggi juga. Malu-malu tapi mau .

"Habisnya kamu sih , ngomongnya aneh-aneh aja"

"Ih , Nad aku kan bicara seandainya . Siapa tau suatu saat nanti hatimu berpa--" Ini jurus ampuh ku menghentikan celotehnya Ara. Dengan mencium bibirnya.

"Ternyata kamu diemnya kalau dicium ya. Udah belom celotehnya? aku cium lagi nih" Aku menyeringai , Ara salah tingkah dibuatnya.

"Nadia. buruan Bunda kebelet" Suara gedoran pintu membuatku tersadar lagi . Ih bunda kenapa sih masih aja ganggu. Padahal waktu bunda mesra-mesra an sama ayah aku gak ganggu.

Dengan wajah yang masih menunduk Ara berjalan keluar dibelakangku. Aku senang , tapi belom bisa lega karena masih ada masalah lain yang menungguku. Belom lagi acara talent, Oh iya Vandra kan punya grup Dance yang gak kalah bagus bagaimana aku bisa lupa sih. Apakah bandku ini bisa mengalahkannya? kurasa begitu kami harus optimis bukan pesimis.

***

Ketika sinar matahari mulai menganggu hibernasiku. Aku tersadar kalau ini Sudah hampir telat. Oh sial kenapa aku bisa kesiangan? Padahal ini masih jam 6 pagi kok bisa di sebut kesiangan ya ? entahlah aku juga belom bisa memecahkan misteri itu. Mungkin sekarang sedang di selidiki oleh sosiolog.

Aku merasa aneh dengan tatapan anak-anak di sekolah. Seakan aku ini Konglomerat yang harus di sambut dengan red carpet. Mereka menunduk ketika melihatku, apa aku menyeramkan ? Tepukan di pundakku menyadarkanku.

"Ah, Iwan bikin jantungan aja !"

"Cieh yang jadi trending topic"

"Ada apa sih wan ? emang ada yg salah dengan penampilanku hari ini" Iwan mengacak-acak rambutku pelan.

"Ih apaan sih ditanya malah kek gitu" Aku menatapnya garang.

"Nadia Shafira, kamu tau gak sih.."

"Enggak " jawabku santai tanpa dosa.

"Ish, dengerin dulu napa sih . Kamu itu jadi trending topic gara-gara mukulin preman sekolah kemarin. Secara mereka kalah dengan cewe , anjloklah pamor mereka. Dan sekarang yang paling di takuti di sekolah itu kamu 'Branis' " Apa aku ditakuti? gila kali ya ! aku bukan hantu, aku juga ga makan besi, paku, beling tapi kenapa harus takut sih. Ah pasti banyak yang menghindari aku deh. Tunggu , Iwan tadi bilang Branis ? apaan sih ? Kalau brownies mah tau.

Forbidden Love (Lesbian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang