Nadia POV
Setelah kami menyampaikan perasaan beberapa hari lalu , kami semakin dekat. Entah mengapa aku merasa ada yang aneh dengan rasa yang gak wajar ini. Ara mikirnya untuk saat ini yang penting kita bersama , tapi tidak denganku. Aku selalu memikirkan apa yang terjadi nanti. Apa kita masih bisa bersama? Walaupun di sekolah aku terkenal troublemaker, pembuat onar bahkan dijuluki mak lampir oleh beberapa guru. Untung nilaiku menolong, kalau tidak entah mau ditaruh dimana mukaku ini. Senakal-nakalnya aku , aku pasti memikirkan apa yang akibat yang terjadi setelah kelakuanku ini. Begitu juga dengan hubunganku ini, bagaimana nantinya ? jika orang tuaku tau pasti sangat sedih. Pasti mereka merasa gagal mendidik anaknya. Tapi kan ini salah ayah juga ? Argghhh aku mengacak-acak rambutku dan ponselku berbunyi beberapa menit kemudian.
"Hallo kak" Dari kak Nando
"Iya dek.."
"Ada apa kak?"
"Dek , tolong kasih kabar semua tentang Amanda "
"Ceritanya aku disuruh jadi mata-mata ini?"
"Ya maybe lah" Aku teringat kejadian didepan kafe saat melihat kak Manda
"Oh iya kak , beberapa hari yang lalu aku ketemu kak Amanda di depan kafe. Sama om-om gitu , bokapnya kali ya"
"Serius???" kenapa sih Kak Nando kan ama bokapnya kok heboh.
"Sepuluh rius kalau perlu"
"Bokapnya udah meninggal, kamu ikuti dia terus ya. Minggu depan kakak balik"
"Kok cepet banget kak?"
"Udah ntar kakak jelasin , ada masalah yang musti aku selesain"
Seneng sih denger kabar kakaku mau pulang . Tapi sedih juga sih kakakku yang mirip artis korea itu punya masalah yang kayanya berat banget pasti taraf keunyuannya berkurang.
Hari - hari sekolah aku lalui dengan biasa. Aku selalu membuat tingkah yang bikin guru greget. Kemarin aku dihukum karena gak ikut pelajaran dan make sepatu warna di hari senin . Alhasih aku nyeker sampe pulang sekolah. Kemarin aku latihan band untuk lagu baru kami sampai jam 7 malam. Aku lupa mengerjakan PR matematika 1 bab. Fake bukan ? Yang dijelasin sih aku paham dan bisa eh giliran tugasnya kok beda banget susah pokoknya. Aku gak terlalu pandai matematika karena orang yang pintar matematika itu kelihatan tua / penuaaan dini makanya aku gamau ya pintar matematika biar awet muda. Aneh gak ? aku gak aneh cuma rada gila dan sinting. Aku mengetikkan pesan ke Ara , entah apa status kami . Kami menyebutnya partner bukan pacar. Layaknya orang pacaran , kami saling memberi kabar seperti ABG biasanya.
"Ehemm.." aku mendengar suara deheman dan tepukan di bahuku dari belakang , aku yakin itu Indra anak resek yang duduk di belakangku.
"Apaan sih ndra, ganggu aja" Aku masih gak nengok ke belakang.
Dan dia masih menepuk bahuku sambil berdehem.
"Apaan ? bisa diem gak sih gue tabok lo" Aku semakin kesal sama Indra. Dia berdehem sekali lagi. Membuatku menoleh kebelakang.
"OIII APAAN KAMPRET !" emosiku udah naik ke ubun-ubun , dan kampretnya yang aku maki itu Guruku hell kan !
"Nadia Shafira , siniin hp kamu. Dan bersihkan toilet sekarang"
"Tapi bu .."
"Oke , sekalian pel kalau gitu" Aku gak mau protes ntar nambah hukumannya. Ah rese ni Fernandha gak bilang-bilang terus temen-temen juga.
"Sory nad, gue tadi diancem sama Ratu sihir. Sumpah gue mau ngasih tau elu . Eh gue diancem" Ucap Fernandha memelas, ternyata ia diancam sama ratu sihir yang tak lain itu guru Matematika sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love (Lesbian)
Fiksi RemajaDisini aku, dulu waktu SMP ayah melarang keras aku berpacaran, karena itu gak penting katanya. Kalau cinta sudah datang apa yang bisa aku lakukan? Demi ayah aku rela menepis cintaku, memandang lelaki itu tak menarik sama sekali. Dan inilah awal masa...