15

83 15 1
                                    

🌟diawal kasih bintang

_______________

Aku gak inget apapun, yang pasti pas bangun aku sedang tidur dikasur empuk kesayangannku. Sepertinya semalem ketiduran dimobil Adnan.

Hah, menang banyak kan dia jadi bisa macem macem saat aku tidur.

"Kamu mau kesekolah Ray?" Tanya mama. Kita lagi dimeja makan berdua. Kenapa cuma berdua?

Karena aku males berangkat pagi pagi. Terus bang Arsen sering berangkat pagi kekantor sama Resa karena jalan kesekolahnya searah. Papa lebih suka berangkat subuh malah, katanya biar kerjaanya cepet beres dan bisa pulang cepet.

Bilang aja gak mau lama lama jauh dari mama.

"Iya ma, kenapa kok mama tanya gitu" heranku ngera kalo pertanyaan ini tuh gak penting.

Sebelah alis mama naik keatas. "Sekolah kemana? Kamu kan udah izin seminggu disekolah kamu. Terus disekolah Lana juga udah D.O" jelas mama membuatku mengingat ketelupaanku.

Oke otakku mendadak lemot.

"Kalo gitu Luna mau jenguk Lana aja ma. Dia pasti gak ada yang jaga di RS" ucapku mengingat kegiatanku akan sedikit berisi sekarang.

Mama mengangguk dan tersenyum. "Kamu sayang Lana yah? Padahalkan kalian belum pernah ketemu" ucap mama menatapku dengan kesedihan yang disimpan.

Aku mencoba tersenyum, mengusap punggung tangan mama lembut. "Luna seorang kakak ma, mau bagaimana pun Lana adik Luna dan akan tetap begitu. Meski kami tidak dibesarkan bersama" ungkapku membuat mama berkaca.

Tuhkan mama, kalo udah gini hawanya pengen meluk.

"Maafin mama gak kasih tau kamu lebih awal, kalo kamu tahu dari awal pasti semuanya gak akan kayak gini" mata mama memancarkan rasa bersalah yang dalam.

"Ini bukan salah mama, dan Luna gak akan menyalahkan siapapun walau Bunda Sahara sekali pun".

Grep

Mama memeluku erat dan terdengar isakan ditelingaku. Mama nangis? Kalo tau papa aku bikin mama nangis yang ada bakal kena ceramah.

Aku mengusap punggung mama sayang, membiarkan mama puas. Masa bodo sama papa, kali ini mama milik Luna dulu.

"Luna-Nya mama. Tumbuh cantik dan baik hati. Apapun yang terjadi kamu tetap putri mama. Mama sayang sama Luna" bisik mama dengan sedikit tersedat sedat.

Saat itu juga air mataku jatuh seiring dengan ucapan mama yang begitu dalam. Hatiku sesak dan perasaan bahagia yang membuncah tidak bisa aku bendung lagi. Meski bukan anak kandungnya, mama tetap memberiku kasih sayang yang setara dengan bang Arsen dan Resa. Mama Deeva, bidadarinya Luna.

"Don't cry, My Angel".

_______________________

Saat ini aku sedang melihat keluar jendela kamar inap Lana. Dari sini terlihat cukup jelas gedung gedung pencakar langit dan beberapa bangunan lainnya. Kamar inap ini berada dilantai yang entah keberapa aku lupa. Yang pasti Lana di salah satu rumah sakit ternama.

Demi menjamin kesembuhan Lana Bunda rela mengeluarkan uang yang cukup banyak. Meski aku tau, Bunda tak memiliki uang yang banyak mengingat pekerjaanya hanya pegawai kantoran biasa.

Demi Lana.

Aku memandang wajah Lana yang masih enggan membuka mata. Nyenyak banget ya sampai gak mau bangun. Lana sering sakit sakitan jadi aku tidak perlu iri dengan perhatian Bunda yang lebih pada Lana.

Aku lebih beruntung darimu.

Terdengan suara sepatu dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Waktunya sembunyi, karena aku yakin itu bukan Bunda Sahara. Ini bukan waktu istirahat apalagi pulang. Aku memasuki toilet dan menutup pintunya cepat.

Samar aku mendengar pintu dibuka.

"Lihat gadis ini masih berada disini? Selang oksigennya pun masih menempel. Sudah aku katakan bahwa gadis dipesta malam itu hanya gadis yang menyamar menjadi Lana".

"Lalu apa peduliku, tugas kita hanya menculik gadis ini dan mendapatkan uang".

Sialan siapa pria pria itu.

"Tentu saja untuk melaporkannya pada Kelly bahwa gadis yang menghinanya itu bukan gadis ini".

Kelly keparat mengajak berperang rupanya gadis manja itu.

"Kau tau siapa orangnya?".

"Tidak"

"Lalu apa gunanya kau mengajaku berdebat bodoh. Ayo bawa gadis ini sebelum ada yang datang".

Sebelum mereka menyentuh Lana aku langsung menerjang mereka dari belakang. Sehingga mereka tidak siap dan tidak sempat melawan karena aku memukul mereka keras. Jangan bermain main dengan wanita pemegang sabuk hitam.

Brak

___________________

Benci Dan Cinta(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang