33

70 14 0
                                    

🌟diawal bintang ya
____________________________

"Kekasihmu itu selalu panik bila menyangkut dirimu" kekeh Ayah saat kami makan bersama tapi mendengar ketukan pitu rumah yang sungguh dasyat.

Brak brak brak

Aku mengerutkan keningku kesal. Paham sekali dengan yang Ayah maskudkan. "Biak aku saja yang membukanya" dengusku turun daru kursi dan menuju pintu yang tinggi.

"Lo niat ngancurin..."

Grep

Kayaknya hari ini akan menjadi hari berpelukan nasional. Pelukan melulu perasaan dari tadi.

"Astaga Luna, berhenti membuatku khawatir" geramnya dengan nada yang hampir putus asa. Aku masih bisa mendengar detak jantung Adnan yang tidak bisa diam seperti habis perang badar.

Yang tadinya nie mulut mau ngomel gak jadi karena gak tega. Iyalah, kasian anak orang masa dianggurin. Untung ya ganteng, walau gantengan bang Haikal. Maklum kali ya, Bapak bang Haikalkan mafia blasteran inggris lagi. Patea aja anaknya kayak artis di tv.

Aku membalas pelukannya dan mengusap punggungnya yang masih naik turun. Siapa suruh coba lari marathon, capekan.

"Temenya aja masuk Luna" teriak Mom dari dalam. Kami sepakat memanggil tante Lilian Mom, karena bagaimanapun aku adalah putri biologisnya. Sebenarnya ini kurang disetujui oleh Ayah karena dia tidak dipanggil Dad seperti penyebutan lainnya untuk Mom.

Tapi aku beralasan ibuku sudah terlalu banyak. Jika boleh jujur, sejak pertama melihat Mom aku sudah merasakan ikatan yang erat. Ada sesuatu yang membuat kami dekat dan nyaman lebih dari saat aku dengan Bunda dan mama. Jadi bila diurutkan, Mom paling erat, kedua Bunda ketiga Mama Deeva.

Huh, dari ini aku bisa membayangkan betapa ributnya para ibu ibu itu ketika aku akan menikah. Belum camer.

"Iya Mom" balasku.

"Ayo masuk" ajakku padanya yang memasang wajah bingung.

"Mom?".

"Nanti gue dongengin kisahnya oke".

"Silahkan duduk" Mom menarik kursi untuk Adnan tepat disampingku.

Dia masih memasang wajah bingung, dan melihat kearah Ayahku tajam. "Luna kau yakin pilihamu seperti ini? Ayah memiliki banyak kenalan jika kau mau" guyon Ayah pura pura serius untuk melihat reaksi Adnan.

"Apa maksud anda?" Tanya Adnan tajam.

"Aku tidak bertanya padamu anak muda. Aku bertanya pada putriku" ucap Ayah santai dengan fokus memgupas apelnya.

"Tapi putri anda ini kekasihku".

Ayah menyerit bingung, "Benarkah begitu Luna?".

Oh ayolah. Ekting ini sangat tidak cocok dengan pak tua ini.

Aku menggeleng. "Pilihkan aku yang paling tampan Ayah" manjaku.

Adnan terbelak tangannya mengepal, sedangkan Ayah tersenyum kemenangan. Persaingan yang sungguh aneh dan gila yang pernah aku lihat.

"Luna" geram Adnan menatapku menuntut.

"Tidak boleh menggeram pada putriku, jika tidak jangan harap kau mendapat restuku anak muda" ucapan Ayah langsung membuat Adnan terdiam.

"Sudah kalian ini" decak Mom kesal melototi aku dan Ayah. "Maafkan mereka ya, jangan dimasukan kehati" ucap Mom dengan tersenyum lembut.

Aku terkekeh geli sedangkan Ayah tersenyum jenaka melihat Adnan. "Ekting yang sangat bagus bukan?" Tanyaku pada Adnan yang malah menatapku datar.

"Setelah ini kita pulang" ucapnya memerintah dan tak ingin dibantah.

"Oke".

"Luna ingat apa yang sudah kita bicarakan" tegur Mom mengingatkan.

"Siap, paling 1 bulan lagi".

"Bagus, semakin cepat semakin baik".

Aku mengangguk pasti, aku sadar jika dari tadi aku diperhatikan tapi yang jadi permasalanku sekarang adalah dari mana aku mulai menjelaskan nanti.

_________________________

Benci Dan Cinta(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang