44

86 14 0
                                    

🌟bintang di awal ya

__________________________


"Mom, jangan kasih tau mereka plis" ucapku memeluk Mom memasang wajah teraniyayaku supaya Mom mengabulkan permintaanku.

Dengan acuhnya Mom menggeleng pedas. "Mom kasih kamu 3 hari, kalo sampe mereka masih tanyain kamu. Mom gak akan izinin kamu ikut keSingapur" ucap Mom tanpa melihatku fokus dengan kue nya.

Kalian bisa tebak aku dimana, yup. Rumah tuan Rudi Asfalah yang terhormat. Aku memutuskan untuk tinggal dirumah ini karena aku merasa sudah terlalu lama merepotkan Mama dan Papa. Sudah semestinya aku tinggal dengan orang tua kandungku, meski kenyataanya aku bukan lahir dari rahim Mom.

Aku sudah mengatakan ini pada Mama dan Papa. Mereka setuju dengan syarat setiap satu bulan sekali aku wajib menginap dirumah mereka.

Bunda gak mempersalahkan aku tinggal dimana. Dia malah setuju aku tinggal disini tempat semestinya. Karena dengan begitu aku akan merasakan keluarga lengkap tanpa kata asing dipikiranku.

Untuk Lana dia tetap bersama Bunda. Setiap satu bulan sekali Ayah akan mengirim uang untuk kebutuhan Lana. Ayah dan Bunda resmi bercerai setelah Bunda berbaikan dengan Om Dama. Bunda juga sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi dan fokus hidup berdua dengan Lana. Bang Haikal mungkin akan lebih sering menginap kali ini.

Dan sekarang ceritanya aku sedang merayu Mom untuk tidak memberitahu siapapun tentang keputusanku untuk kuliah di Singapur dan menetap disana hingga selesai. Karena kebetulan Ayah juga sedang mengembangkan bisnisnya kesana. Negara yang aku sukai karena tempatnya sangat aman dan bersih dengan teknologi yang hampir 80% menyerupai Jepang.

"Kamu sendiri yang mengatakanya atau Mom yang mengumumkan langsung pada mereka" ancam Mom membuatku terbelak.

Oh, No.

Aku menggeleng keras. "Baiklah, aku yang melakukannya" pasrahku.

"Gadis pintar".

_______________________

Menurut informasi dari koko ganteng alias koh Jerry. Mama dan Papa sedang berada dikantor karena Mama dengan membantu Papa dalam beberapa hal.

"Ups, Sorry" cengengesku bersalah ketika datang yang disaat tidak tepat.

Mama yang sedang memijat kepala Papa yang berada dipangkuannya langsung mendorong tubuh Papa agar duduk tegak. Mereka mengerutkan kening melihat kedatanganku yang terkesan dadakan.

"Tumben kekantor Papa, ada apa sayang" ucap papa menepuk nepuk tempat duduk yang berada ditengah tengah mereka.

Jadi ceritanya, jadi nyamuk dulu.

"Ada hal penting yang mau Luna katakan sama Papa dan Mama" Ucapku sedikit gugup melihat mereka saling melempar pandangan dan memandagku bertanya.

"Apa itu?" Tanya Mama lembut.

"Luna mau kuliah ke Singapur" ucapku cepat.

Mama mengelus rambutku lembut. "Kenapa harus jauh jauh sayang kan disini juga banyak Universitas bagus?" Bingung Mama.

"Mama benar sayang, kenapa harus luar negeri" tambah Papa.

"Ini cita cita Luna Ma, Pa. Biar bisa kuliah di salah satu universitas Singapur" ucapku memelas.

Mama terdiam, "Kamu yakin?" Ragu Mama.

Aku mengangguk pasti. "Ayah juga sedang mengembangkan bisnis kesana, jadi aku tidak sendiri. Ayah akan sering menjenguk" ucapku meyakinkan mereka.

Papa menghela nafas berat. Kemudian melangkah mendekati mejanya. Mama memandangku dengan mata berkaca.

Uh... gak tega.

"Hak asuh kamu sudah dipindahkan, sesuai permintaan kamu Luna. Tapi kenapa sekarang kamu meminta permintaan yang berat buat Mama" lirih mama memegang bahuku erat.

Aku menggigit bibir bawahku, lidahku kelu jika melihat Mama yang seperti ini. "Kamu tau, alasan kamu memiliki gagal ginjal Luna?" Tanya Mama.

Aku menggeleng. "Itu karena Mama".

Deg

Otaku blank.

"Mak.. maksud Mama apa? Luna gak ngerti" lirihku dengan mata memanas.

"Biar Papa yang cerita" seru Papa dibelakangku membuat aku berbalik. Melihat Laki laki yang pertama kali mengajarkan aku cinta. Dia cinta pertamaku, sosok Ayah yang selalu diidamkan anak diluar sana. Aku beruntung menjadi putrinya.

"Saat itu kandungan Mama berusia sekitar 8 bulan. Mama berjalan ditangga, tapi tangganya sedikit licin membuat tubuh Mama oleng dan hampir tergelincir jika tidak kamu yang menahanya. Mama selamat karena kamu menahan tubuh Mama yang saat itu kamu berusia 4 tahun. Namun naas, kamu jatuh mengelinding ditangga hingga bagian sebelah ginjal kamu menabrak siku cuncing peti kayu. Sehingga kamu terluka tepat dibagian ginjal".

"Sebenarnya ginjal kamu tidak mengalami gagal ginjal, tapi sedikit kebocoran akibat kejadian itu. Ginjal kamu bertahan cukup lama, sampai kami temukan kamu pingsan dikamar waktu itu. Disitulah, perasaan bersalah tidak pernah hilang dalam hati kami, Luna" ungkap Papa dengan mata berkaca.

"Kamu adalah anungrah keluarga kami. Tanpa kamu, mungkin Resa tidak akan pernah ada didunia ini" tambah Mama yang sudah menangis, Papa menarik Mama dan menengkanya.

Aku terdiam, pikiranku blank kembali. Begitukah ceritanya, apakah ini yang disebuat pahlawan tanpa jasa. Kenapa sekenario ini tak pernah terlintas dalam pikiranku. Umur empat tahun kurang cukup untukku mengingat.

"Mama gak boleh nangis lagi, Luna gak suka liat Mama nangis apalagi itu karena Luna" ucapku menarik tangan Mama.

"Luna janji bakal sering kabarin Mama dan Papa, tapi untuk kuliah disini... Lana gak bisa" ucapku lembut.

Mama berhenti menangis dan beralih menatapku sendu. "Jika ada waktu, Mama dan Papa akan jenguk kamu.  Mama gak akan marah, itu keputusan Luna" ucap Mama membuatku bernafas lega.

Aku sudah deg degan karena takut mereka tak mengizinkanku pergi. Aku tersenyum senang, "Sayang Mama" pekikku meneluk Mama.

"Papa gak disayang nih" ucap Papa dengan mimik sedih.

"Enggak, wle" ucapku menjulurkan lidah membuat Mama terkekeh. Tapi tak urung setelahnya aku memeluk Papa.

"Ambil ini" titah Papa menyerahkan sebuah kartu yang sangat familiar diingatanku.

"Black Card" pekikku tak percaya menutup mulut.

"Ini dari Papa sama Mama, buat Luna".

Aku mengeleng keras. Ini salah, gak seharusnya aku memiliki ini dari mereka. "Gak, ini bukan hak Luna. Rasa terima kasih Luna untuk segala pengorbanan Mama dan Papa aja gak cukup Luna balas meski dengan rumah, berlian atau permata".

"Tapi ini tidak akan cukup untuk membayar ginjal dan hidup Resa, Luna. Terimalah" ucap Mama memohon.

"Tapu Luna ti...".

Brak

___________________________

Benci Dan Cinta(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang