S e p u l u h

25.6K 2.1K 66
                                    

'Dewasa adalah ketika kita mampu membalas namun memilih memaafkan'

***

Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari, tapi Alisa belum memejamkan matanya. Ia akan bergadang malam ini, agar nanti bangun kesiangan dan tidak jadi bekerja ditempat Raynan. Licik dan kekanak-kanakan memang tapi tidak ada cara lain. Mamanya pasti akan terus mendesaknya untuk menerima pekerjaan yang bahkan belum tahun bagaimana bentuknya.

"Duh ngantuk banget," gumamnya seraya menguap. Matanya sudah lima watt, padahal Alisa sudah meminum tiga cangkir kopi hitam untuk menahan kantuknya tapi apa daya matanya tetap tidak bisa diajak bergadang. Bukannya melek tapi malah tambah mengantuk.

"Dahlah, gue mau tidur aja," gumamnya, tanpa butuh waktu lama Alisa sudah masuk kedalam mimpi karena kantuk yang sudah tidak bisa ditahan lagi.

***

"Lisa bangun,"

Tok! Tok! Tok!

Alisa menyerit dari tidurnya, tidak didalam mimpi, tidak didunia nyata mama nya selalu saja mengganggu Alisa. Oke abaikan saja, mari kita kembali kedalam mimpi yang indah. Dimana ia bertemu dengan pangeran berkuda putih yang sangat tampan.

"ALISA, BANGUN. ASTAGFIRULLAH," teriak mama sekali lagi seraya memukul pintu kamar Alisa yang terkunci rapat. Lagi - lagi Alisa mengabaikan karena rasa kantuk yang tidak bisa ditahan lagi.

Mama hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak perempuan semata wayangnya. Entah Alisa mirip pada siapa? Katanya buah jatuh tak jauh dari pohon nya. Tapi ia tidak merasa mempunyai sifat pemalas macam Alisa. Ah sudahlah.

Mama turun menuju dapur, sebelum itu ia mengambil kunci cadangan terlebih dahulu, lalu mengambil panci dan sepatula dan membawanya kembali ke kamar Alisa.

"Lho mau ngapain ma?" Papa bertanya saat melihat istrinya membawa peralatan masa ke lantai dua. Padahal dapur ada dilantai satu.

"Mau bangunin anak kamu, kalau nggak begini dia nggak bakalan bangun juga. Kasian Raynan udah nunggu lama," ya, memang sesuai dengan ucapannya semalam, pagi tadi Raynan sudah berada dirumah Alisa dan hingga dua jam menunggu Alisa tidak kunjung turun. Bahkan Raynan sudah sarapan bersama orangtua Alisa, tetapi tetap saja perempuan itu tidak menunjukan batang hidungnya. Ternyata masih tidur, pantas saja.

Setelah menjawab pertanyaan suaminya, mama melanjutkan langkahnya menuju kamar Alisa. Membuka pintu dengan kunci yang ia bawa. Kepalanya menggeleng sekali lagi melihat Alisa masih bergelung nyaman dibawah selimut, padahal sinar matahari sudah mengenai sebagian wajahnya.

Mama membuka gorden, membuat sinar matahari masuk sepenuhnya tapi tetap tidak membangunkan Alisa.
Mama menghela napas kesal, sebelum mengangkat panci dan selatula yang ia bawa lalu menyatukan keduanya sehingga menghasilkan bunyi ha g sangat memekik telinga.

Tong! Tong! Tong! Tong!

"LISA BANGUN,"

Tong! Tong! Tong!

"Lisa bangun udah siang. Gimana rezeki mau melimpah kalau bangunnya siang terus?" Ujar mama seraya terus menabuh panci dengan sepatula.

Alisa mengeliat dari tidurnya karena terganggu dengan suara berisik juga sibar matahari yang kini mulai terasa lanas diwajahnya.

Ah! Mantan (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang