T i g a p u l u h

41K 1.5K 81
                                    

Warning! Versi lengkap sudah tersedia di google play store!

'Ibu adalah mahkota keluarga, dan ibu membawa surga ditelapak kakinya,'

***

"Raynan..."

Raynan hanya diam mematung dengan tangan yang terus terkepal erat. Ia tidak ingin berbalik, ia tidak ingin melihat orang itu sekarang. Hatinya sedang patah untuk yang ke empat kalinya, Raynan takut jika ia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Raynan maafkan papa. Papa nggak tau akibat kesalahan papa, semua akan seperti ini." Orang yang menghentikan Raynan memang papanya -- Rayhan -- yang entah mengapa bisa ada disini, karena Raynan sama sekali tidak memberitahu prihal mamanya  kepada orang itu.

"Raynan, papa menyesal. Maafkan papa nak," ujar Rayhan putus asa.

Raynan membalikan badannya, lalu menatap tajam laki - laki paruh baya itu. "Penyesalan anda sudah terlambat. Anda sudah berhasil membuat saya kehilangan orang yang sangat saya sayangi," ujar Raynan dingin.

Rayhan menatap anaknya sedih, "Apa nggak ada kesempatan kedua untuk papa? Papa hanya ingin menebus semua kesalahan papa Rayna. Izinkan papa bertemu dengan mama kamu. Papa ingin meminta maaf atas semua kesalahan papa,"

"Anda tak perlu repot - repot untuk meminta maaf pada mama saya. Saya yakin sekarang mama saya sudah bahagia. Lebih baik anda pergi dari rumah saya, saya tidak ingin melihat wajah anda." Ujar Raynan datar.

"Raynan, jangan kurang ajar, ini papa lo." Setelah sekian detik melihat pertengkaran papa dan anak ini. Akhirnya Alisa bisa membuka suaranya. Alisa tahu ini bukan haknya untuk ikut campur perkara kehidupan Raynan dan papanya. Tapi Alisa tidak tahan melihat Raynan berkata tajam, tanpa memikirkan perasaan om Rayhan.

Alisa tahu jika Raynan kecewa pada papanya. Tapi Alisa ingin Raynan berpikir dewasa, jangan mengutamakan ego dibandingkan logika, yang bahkan bisa menyesal pada akhirnya.

Sejujurnya Alisa takut, apalagi saat melihat Raynan hanya diam seraya menatap Alisa dengan dingin. Tapi Alisa tidak mungkin membiarkan harha diri om Rayhan diinjak - injak, apalagi oleh anaknya sendiri.

"Raynan, lo boleh kecewa sama papa lo. Tapi lo harus tetap menghargai om Rayhan, mau seburuk apapun beliau, itu nggak akan mengubah keadaan jika dia adalah papa lo." Ujar Alisa, tapi tetap saja Raynan hanya diam. Alisa menghela napas kasar.

"Raynan--"

"Alisa, kamu nggak perlu menasehati saya. Saya tau apa yang harus saya lakukan. Ini hidup saya, Alisa dan ini urusan saya dengan dia. Kamu jangan ikut campur, karena kamu nggak tau apa - apa tentang hidup saya," jawab Raynan datar membuat Alisa mengepalkan tangannya.

Alisa menatap tajam Raynan, hatinya sakit mendengar perkataan Raynan. "Gue memang nggak tau apa - apa tentang hidup lo Raynan. Tapi gue peduli, gue nggak mau lo menyesal pada akhirnya. Dan lo akan menyalahkan diri lo sendiri jika semua itu terjadi," Alisa berusaha untuk terlihat baik - baik saja.

"Yang saya sesali dalam hidup saya hanya tentang dia yang menjadi papa saya, Alisa." Alisa menoleh kearah om Rayhan, laki - laki paruh baya itu tengah menatap Raynan dengan tatapan sendu. Bahkan kedua matanya sudah berkaca - kaca.

"Raynan--"

"Kamu pulang aja Alisa, saya ingin sendiri." Setelah mengatakan itu Raynan berbalik meninggalkan dua orang yang hanya diam seraya menatap punggung kokoh Raynan yang menghilang dibalik pintu rumahnya.

"Om nggak apa?" Tanya Alisa pada Rayhan yang tengah menundukan kepalanya.

Rayhan menganggukan kepalanya, "Saya baik - baik saja. Tapi hati saya sakit melihat anak saya sendiri membeci saya. Saya tau saya salah, tapi saya ingin menebus kesalahan saya. Saya ingin bertemu dengan Karina," ujarnya lirih.

Alisa mengusap punggung pria paruh baya itu, "Om, tante Karina..." Alisa tidak melanjutkan ucapannya. Ia ingin memberitahu jika orang yang dicari oleh Rayhan sudah pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Tapi apakah Alisa berhak memberitahu itu?

Rayhan menatap Alisa bingung, "Karina kenapa?"

Alisa mengerjabkan matanya. Ia sedang bergelut dengan keputusan antara memberi tahu atau tidak.

"Karina kenapa, nak?" Tanga Rayhan sekali lagi karena melihat Alisa hanya diam.

"Om, tante Karina baru aja meninggal."

Rayhan menggelangkan kepalanya, "Apa! Nggak mungkin...." Racaunya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengan. Alisa hanya diam saat melihat pria paruh baya itu menangis.

"Maafkan saya Karina. Saya menyesal, harusnya saya yang menderita. Harusnya saya nggak ada didunia ini. Maafkan saya Karina," racau Rayhan terus menerus.

"Udah om. Tante Karina pasti udah bahagia disana," ujar Alisa menenangkan saat melihat Rayhan kian terisak.

"Saya memang tak pantas untuk dimaafkan. Saya brengsek," setelah mengatakan itu Rayhan berdiri dari duduknya, lalu mengusap kedua sudut matanya yang mengeluarkan air mata.

"Beritahu saya dimana Karina dimakamkan?"

"Biar saya antar om,"

Rayhan menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu, saya bisa sendiri. Tolong beritau alamatnya."

Alisa menghela napas pelan, "TPU tanah merah, om."

Rayhan menganggukan kepalanya, "Terimakasih, Alisa." Alisa menganggukan kepalanya. Matanya terus menatap punggung kokoh yang sudah termakan usia itu dengan tatapan kasihan.

Penyesalan memang selalu datang belakangan!

***

Alisa baru saja selesai mandi. Tangannya terkulur kearah ponsel yang sendari tadi ada dimeja. Mendesah kesal saat tidak menemukan satu pesan pun dari Raynan. Jika biasanya laki - laki itu akan mengirimkan pesan, entah hanya menanyakan hal - hal yang terkesan tidak penting, maka kali ini tidak ada sama sekali.

"Dia marah ya?" Gumam Alisa seraya menatap pantulan wajahnya dicermin.

Karena penasaran dengan kemana perginya Raynan, akhirnya Alisa berjalan kearah balkonnya. Setelah sampai dibalkon, Alisa menoleh kearah kamar Raynan, kali ini Alisa tidak akan mengelak jika Raynan memergokinya tengah menatap laki - laki itu.

Alisa mendesah kasar saat melihat kamar Raynan tertutup rapat, bahkan gordennya pun tertutup.

"Dia ada dirumah nggak ya? Kok gue khawatir!" Gumam Alisa seraya terus menatap kearah kamar Raynan.

TBC

Sampai juga di bab 31 ya guys.

Terus support cerita ini ya. Vote, coment dan tandai typo.

Oh ya, aku mau tanya dong. Please jawab dengan jujur ya.

Apa cerita ini layak jika aku ikut sertakan dalam kompetisi?

Please, kalian harus jawab jujur se jujurnya ya!!!

Oke, bye. Salam hangat peternak sapi 2020💜

Bye dear💜

Ah! Mantan (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang