D u a p u l u h t i g a

16.7K 1.4K 26
                                    

'Datang karena penasaran, pergi karena sudah tahu kekurangan, itulah manusia,'

***

Kini mereka dalam perjalanan pulang, Alisa hanya bisa diam dengan wajah merahnya. Alisa malu sungguh. Semejak keluar dari rumah sakit hingga sekarang, tangan Alisa masih digenggam erat oleh Raynan. Bahkan saat menyetir pun Raynan tidak melepaskan gegamannya.

Alisa hanya manusia biasa, bisa baper pada waktunya.

"Lepasin tangan gue. Lo emang nggak pegal dari tadi genggam tangan gue terus?" Cicit Alisa seraya menoleh kearah Raynan.

Raynan menggelengkan kepalanya, "Nggak. Saya senang Alisa, ini adalah hal yang selalu saya tunggu. Nggak mungkin saya melepaskan kamu."

"Ya gue bilang kan tangannya Raynan, bukan gue nya." Pekik Alisa kesal, dengan cepat ia berusaha melepaskan genggaman tangannya, tapi Raynan dengan sengaja mengeratkan genggaman itu. Alisa menatap tajam Raynan, laki - laki itu hanya tersenyum kecil.

"Tangan maupun kamu, saya nggak akan melepaskan keduanya." Alisa tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Bahkan mungkin kini kedua pipinya sudah memerah seperti tomat. Mengapa Raynan pandai sekali menggombal?

"Ck! Terserah," Alisa membuang pandangannya kearah jendela, tentu saja untuk menutupi rasa malunya. Raynan yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ternyata perempuan jika sedang salah tingkah itu menghindar.

Akhirnya mereka sampai didepan rumah Alisa.

"Yuk keluar," ajak Raynan.

"Ya lepasin dulu lah, gimana mau keluar kalau dari tadi lo genggam tangan gue!" ujar Alisa ketus.

Raynan menggaruk kepalanya, lalu dengan cepat ia melepaskan tautan tangan mereka, mengapa ia bisa lupa jika sendari tadi ia menggenggam tangan Alisa? Mungkin sangking nyamannya!

Alisa berdiri tepat di pagar rumahnya.

"Mau mampir dulu?" Tanya Alisa pada laki - laki dihadapannya saat ini. Raynan menggelengkan kepalanya.

"Rumah kita hanya berjarak lima langkah Alisa. Kalau saya kangen saya tinggal ketuk pintu balkon kamu," Alisa mengangkat Alisnya, mengapa harus mengetuk pintu balkon?

"Kok balkon?"

"Karena kalau saya mengetuk pintu rumah kamu, saya mempunyai batas waktu. Tapi jika saya mengetuk pintu balkon kamu, saya puas tanpa ada yang mengganggu," Alisa membulatkan matanya mendengar ucapan Raynan.

"Mesum," pekik Alisa.

Raynan hanya mengangkat Alis nya bingung, "Kok mesum? Maksud saya tak ada yang mengganggu acara mengobrol kita Alisa. Memang kamu berpikir apa?" Tanya Raynan bingung.

Alisa gelagapan mendengar ucapan Raynan, lalu dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.

Raynan tersenyum lalu menggeleng kecil, tangannya terulur guna mengelus pipi orang yang sangat ia sayangi. Alisa mendongkak saat merasakan elusan dipipinya, menatap kearah Raynan yang lebih tinggi darinya.

"Saya senang kamu mau memberikan saya kesempatan Alisa. Saya nggak akan menyia - nyiakan kesempatan ini." Ujar Raynan dengan senyum yang mampu menyihir Alisa. Alisa hanya bisa diam seraya menatap boxsmile milik laki - laki itu.

"Alisa."

Alisa mengerjabkan matanya, "Ya,"

"Malam ini saya akan mengajak kamu dinner. Saya jemput pukul 7 malam jangan dandan terlalu cantik,"

Alisa menyerit, orang lain jika mengajak dinner akan menyuruh berdandan secantik mungkin, tapi kenapa Raynan sebaliknya? Apa laki - laki ini waras?

Ah! Mantan (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang