'Bahagia itu kita yang buat bukan orang lain'
***
"Terimakasih udah menemani saya hari ini Alisa." Mereka memang sudah sampai didepan rumah Alisa. Tapi keduanya belum turun, masih duduk didalam mobil. Jika ada orang lain yang melihat maka akan berpikir yang tidak - tidak.
Setelah acara cium kening tadi, Raynan mengajak Alisa untuk pulang. Sebelum pulang tentu saja mereka makan terlebih dahulu. Alisa tidak menolak karena memang perutnya sendari tadi sudah meronta minta diisi.
Jujur saja, didalam perjalanan pulang mereka menjadi canggung. Entah karena apa? Tapi yang pasti tidak ada yang mau membuka suara. Hanya ada suara Radio yang mengalun.
Alisa menoleh kearah Raynan, begitupun dengan Raynan.
"Sama - sama," jawab Alisa pelan.
Raynan tersenyum manis, "Saya nggak akan pernah melupakan hari ini. Hari yang sangat special menurut saya." Alisa hanya diam, tanpa mengalihkan tatapannya.
Tangan Raynan terkulur kearah kepala Alisa, guna merapikan anak rambut yang keluar dari tempatnya.
"Kamu masih Alisa yang saya kenal dulu." Ucap Raynan lembut.
Tapi sekarang udah glow - up kan? Yakali buluk terus?
"Alisa, saya sedang berusaha menata hati saya. Saya sedang berusaha untuk mempercayai bahwa takdir saya berbeda dengan dia. Saya sedang berusaha untuk membuat orang yang saya sayangi bahagia berada didekat saya. Jadi tolong tetap disisi saya, hingga saya siap untuk mengulang kisah yang pernah tertunda." Ucap Raynan lirih.
Alisa hanya bisa mengerjabkan matanya, ia bingung dengan maksud dari ucapan Raynan. Memangnya Alisa akan kemana? Kadang ia mengutuk otaknya yanh susah mencerna omongan orang lain.
Kenapa juga ia tidak diberi otak yang cemerlang? Yang tanpa perlu mikir sudah paham dengan apa yang dimaksud.
"Alisa," panggil Raynan.
"Hah," Alisa menjawab dengan spontan, karena ia tadi sedang melamun.
"Kamu paham dengan maksud saya?" Alisa hanya mengangguk kecil. Sejujurnya Alisa tidak paham, tapi tak apa nanti jika sudah sampai kamar ia akan memikirkan semua perkataan Raynan.
"Bagus," ujar Raynan dengan senyum manisnya. Lalu mengacak - acak rambut Alisa. Hal yang sudah sering Alisa dapatkan dari Regan tapi rasanya berbeda, sangat berbeda.
Rambut gue yang diacak - acak, kenapa hati gue yang ambyar?
"Emm... K - kalau gitu gue pulang dulu," guman Alisa seraya membuka sabuk yang terpasang ditubuhnya.
Raynan mengangguk, "Alisa." Tahan Raynan, membuat Alisa yang hendak membuka pintu terhenti seketika.
"Hah,"
"Good night. Jangan tidur terlalu malam, saya tak ingin melihat kamu sakit." Ujar Raynan dengan senyum manisnya.
Jangan bertanya bagaimana keadaan jantung Alisa, tentu saja sudah ingin lepas dari tempatnya. Untung buatan Allah, bukan buatan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ah! Mantan (✓)
ChickLitFollow sebelum baca! [Chicklit - Romance - Comedy] Rank #2 in chicklit 25 Januari 2021 *** Bagaimana rasanya saat bertemu dengan mantan yang meninggalkan kamu saat sedang sayang - sayangnya? Memutuskan hubungan hanya lewat pesan singkat? Lalu muncul...