D u a b e l a s

23.4K 2.1K 126
                                    

'Dan pada akhirnya aku mulai terbiasa menghadapi luka dengan tawa seolah berkata 'aku tak apa - apa''

***

"Alisa tolong ambilkan saya kunci no.8," Alisa mengangguk. Pada akhirnya ia memang mencoba menerima pekerjaan ini. Kerja dimana saja asalkan dapat uang. Ia tidak mungkin terus meminta pada papanya.

Alisa menggaruk kepalanya tidak gatal saat melihat puluhan kunci yang bentuknya sama, hanya membedakan ada yang besar dan kecil. Lalu kunci no.8 itu yang mana? Alisa hanya diam seraya terus menatap pada puluhan kunci yang berjejer rapi. Disini kunci ditata pada tembok, setiap kunci yang ada membuat tempat nya sendiri. Seperti baju mempunyai lemari.

"Cap, cip, cup terbang kuncup, pilih mana yang mau di- cup," ini adalah sebuah permainan menebak. Dulu waktu Alisa sekolah dasar, jika ia tidak bisa menjawab soal pilihan ganda maka akan melakukan hal seperti ini. Tapi hasilnya tidak selalu benar, tergantung pada keberuntungan. Jika tidak, Alisa akan menghitung kancing, sesuai dengan pilihan gandanya. Siapa yang pernah melakukan hal bodoh seperti ini?

Alisa mengambil kunci yang tadi ia tebak, membaya ke arah Raynan yang tengah memperbaiki mobil. Mobil perempuan tadi yang Alisa tebak adalah dokter, hanya kurang air saja makanya mogok. Alisa kira hanya manusia yang membutuhkan air tapi ternyata kendaraan juga butuh.

"Nih," Alisa mengulurkan kunci yang ia bawa dan Raynan mengambil tanpa melihat kunci tersebut.

Raynan berdecak, lalu pergi meninggalkan mobil itu menuju kunci - kunci. Alisa meringis karena seperti nya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, ia mengambil kunci yang salah.

"Kamu duduk aja, sebentar lagi istirahat. Tolong pesankan makanan untuk semua karyawan yang ada disini. Pesan ayam dan nasi, kamu bisa kan?" Alisa menganggukan kepalanya mengerti, lalu dengan cepat ia memesan makanan itu.

Makanan datang saat Azan berkumandang.

"Yang mau makan, makan dulu. Yang mau langsung sholat, sholat dulu," ujar Raynan dengan suara keras agar semua anak buahnya bisa mendengar.

"Iya bos," jawab mereka serempak.

"Saya keruangan dulu," Alisa hanya diam seraya menatap punggung kokoh itu yang dipenuhi oleh kotoran berwarna hitam serta keringat dimana - mana.

"Mbak kita makan duluan aja," Alisa menoleh ke asal suara, melihat Bambang dan yang lainnya sudah berdiri dihadapan Alisa. Alisa mengangguk lalu mempersilahkan mereka untuk mengambil makanan masing - masing.

"Emm... Kalian duduk dibawah?" Tanya Alisa saat mereka membuka nasinya. Memang sih tidak bersentuhan dengan tanah karena sudah diberi semen tapi tanpa keramik. Karena Alisa paham jika diberi keramik maka pekerjaan mereka bertambah dua kali lebih berat karena harus membersihkan.

"Iya mbak, nggak apa - apa. Kita udah terbiasa begini kok," Alisa mengangguk mengerti.

***

"Akhirnya bisa rebahan," gumam Alisa saat ia berada didalam kamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 7 malam tapi ia belum mandi. Membuka ponsel yang sejak siang belum ia sentuh sama sekali karena sibuk membantu Raynan ini dan itu.

Ada pesan dari nomer yang tidak ia kenali. Akhirnya dengan rasa penasaran Alisa membuka pesan tersebut.

+6283813835XXX

Hallo, ini Alisa?

Alisa menyerit, ia berpikir apakah ia pernah memberikan nomernya pada seseorang? Tapi sepertinya ia tidak pernah. Lalu ini siapa? Karena rasa penasaran yang sudah sampai di ubun - ubun. Alisa dengan cepat membalas walaupun pesan tersebut sudah diterima sejak pukul 5 sore.

Ah! Mantan (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang