13

602 70 21
                                    

Jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Langit gelap dengan rembulan yang di tutupi oleh awan hitam, di tambah dengan hadirnya sebuah angin yang kuat serta petir san kilat akan meyakinkan siapapun bahwa hujan akan turun malam ini. Tapi hal itu tidak mengurungkan niat orang-orang untuk keluar dengan urusan mereka masing-masing. Termasuk Do Kyungsoo sendiri. Bahkan saat pulang kerja ia langsung menuju rumah Jihyun, dari wajah pria itu terlihat ia sangat kelelahan dan menyimpan banyak masalah dan kegundahan di hatinya. Tapi kemana ia harus bercerita? Menangis dan mendapatkan pelukan hangat dari orang terkasih? Ia hanya berharap bertemu dengan Jihyun dan mendapatkan sebuah senyuman dari bibir wanita itu, di sambut dengan Jihyun dalam keadaan sehat saja sudah membuatnya sedikit lebih tenang.

"Tuan Park, kau pulang saja. Temani ayah, Jongin dan Sehun sedang pergi ke ulang tahun teman mereka" pesan Kyungsoo sebelum ia turun dari mobil. Maklum saja, ayahnya sudah rentan, belum lagi malam ini seperti akan turun hujan. Takut sesuatu yang buruk terjadi dengan ayahnya.

"Lalu bagaimana dengan tuan?" Tanya tuan park pada Kyungsoo, Kyungsoo tersenyum tipis dan menggeleng pelan.

"Aku bisa menggunakan taxi, jadi tidak perlu mengkhawatirkan ku" kata Kyungsoo lalu turun, ruan park hanya mematuhi, toh ia hanya isa mematuhi permintaan atasannya, selagi dia bisa dan mampu kenapa tidak?

Kyungsoo yang sudah di tinggal sendirian lalu masuk ke pekarangan rumah tersebut, ia berjalan kearah pintu lalu menekan bell rumah itu. Dan tidak butuh lama, pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan wajah Jihyun. Kyungsoo merasa sedang dengan itu.

"Ada per--" ucapan Jinyun tergantung, wajahnya berubah menjadi masam melihat siapa yang datang, ia menatap datar kepada pria yang berdiri di hadapannya dengan senyuman yang mengembang.

"Selamat malam, wanita kupu-kupu" sapa Kyungsoo yang membuat Jihyun merasa mual.

"Mau apa? Dan jangan pernah lagi memanggil ku dengan nama itu"

Mendengar perkataan Jihyun serta dengan wajah ketusnya membuat Kyungsoo terkekeh gemas, entah kenapa di matanya Jihyun bukannya terlihat menakutkan malah terlihat semakin seksi.

"Uh? Sudah ku bilang kan?, hati ku ada pada mu, tentu saja ingin menemuimu," jelas Kyungsoo dengan gombalan nya lagi, Jihyun hanya meringis mendengar nya. Ayolah pria ini tidak cocok menggombal, itu terdengar mengerikan.

"Tidak penting, kau pulang saja" ketus Jihyun lalu ingin menutup pintu rumahnya, tetapi Kyungsoo langsung menahan pintu yang ingin tertutup itu.

"Jihyun, tolong berikan aku kesempatan..." Pujuk Kyungsoo dengan memelas.

"Sudah pulang saja!"

Brakkk

Akhirnya Kyungsoo mengalah. Ia membiarkan pintu itu tertutup dan terdengar bahwa pintu itu terkunci dari dalam.

"JIHYUN! AKU TIDAK PERNAH MENALAKMU! KITA MASIH SAH SECARA NEGARA! AKU AKAN MENUNGGU MU SAMPAI KAU MEMBUKA KAN KU PINTU..."

Mendengar teriakan Kyungsoo, Jihyun merasa bingung, apa dia sudah kelewatan? Tapi perlakuan Kyungsoo dulu masih membekas di hati, Kyungsoo bukan hanya menyakiti hatinya, tetapi fisik, mental dan pikiran nya.

Jihyun berlari kearah kamarnya, ia menutup pintu kamarnya keras, tubuhnya merosot kebawah dengan punggung yang tersandar di pintu itu.

Kenapa Kyungsoo harus datang lagi? Dan seperti membuat bahwa Jihyun lah yang jahat di sini. Kenapa? Kenapa Kyungsoo datang lagi? Itu hanya mengingatkan Jihyun dengan kepedihan yang ia dapat terdahulu.

Bukan Jihyun tidak mau memberikan kesempatan kedua, tetapi, bukankah kesabaran nya sudah cukup untuk memberi kesempatan untuk Kyungsoo? Apa Kyungsoo tidak sadar dengan itu semua? Kesempatan kedua? Bukankah Jihyun selama mengandung Hyunsoo sudah menunggu kehadiran Kyungsoo, tapi mana? Pria itu ternyata malah bertunangan dan menyebar berita bahwa tunangannya tengah hamil. Kurang sabar apa lagi Jihyun selama ini?

Jika kemarahan hadir di hati seseorang yang sabar, maka penyesalan sudah tidak ada gunanya.

Lima tahun hidup membesarkan Hyunsoo sendirian sudah membuatnya merasa tenang dan sangat bahagia, bahkan tanpa kehadiran Kyungsoo.

Apa Jihyun terlalu jahat? Karena memisahkan anaknya dari ayah kandungnya. Tetapi bukankah Kyungsoo dulu tidak peduli dan malah mengatai anaknya anak haram. Izinkan Jihyun untuk egois saat ini.

Tanpa Jihyun sadari, Hyunsoo berdiri di balik pintu dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ia menempelkan telapak tangannya di pintu itu seakan-akan memberikan ketenangan pada mamanya.

"Tuhan, aku tidak ingin mati jika belum mempersatukan mama dan papa"

Anak itu berdo'a di dalam hati, laku ia duduk bersandar di pintu itu. Di waktu yang bersamaan. Jihyun, Kyungsoo dan Hyunsoo tertidur dalam keadaan duduk dan bersandar di pintu dengan perasaan yang sama-sama sedih.

--------

Sinar mentari yang memasuki kamar Jihyun membuat Jihyun terbangun di tidurnya, ia mendapati dirinya sudah tertidur di kasur dengan kasur miliknya. Ia mengernyit heran, tumben sekali Jaehyun mau memperhatikan nya.

Lalu ia ingat sesuatu.

"Apa dia benar-benar menungguku?" Tanya Jihyun pada dirinya sendiri. Lalu ia langsung berlari dalam keadaan acak-acakan khas seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya.

Dengan cepat Jihyun langsung membuka pintu utama rumahnya. Tetapi ia tidak menemukan Kyungsoo di sana.

"Ck, dasar pembual"

Entah kenapa Jihyun merasa kecewa karna Kyungsoo tidak benar-benar menunggu nya.

"Cari Kyungsoo hyung?" tanya Jaehyun yang membuat Jihyun gelagapan seperti seseorang yang sudah tertangkap basah saat sedang mencuri.

"T-tidak" jawab Ji-hyun yang jelas saja itu berbohong.

"Tadi pagi dia sudah pulang. Aku mengajaknya masuk, kasihan dia tertidur di luar, ia sangat kedinginan karena hujan"

Benarkah? Jihyun diam, ia merasa sudah keterlaluan, harusnya ia tidak sejahat itu.

"Kenapa lagi noona? Obat hatimu sudah ingin mendekatimu kenapa kau menjauh? Nanti obatnya hilang dan luka itu akan menjadi besar dan membusuk. Bagaimana dengan Hyunsoo? Noona, pikirkan Hyunsoo, dia membutuhkan ayahnya, bukankah noona dan aku sudah merasakan di besarkan dengan orang tua yang tidak lengkap itu sangat menyakitkan? Tidak kah noona pernah berpikir Hyunsoo memikirkan hal yang sama seperti sewaktu kita kecil dulu? Sepeti memikirkan di mana ibu ku? Apakah dia bahagia? Apakah dia sudah makan? Apakah ia sedang tertawa? Bagaimana rasanya pelukan dari ibu dan orang tua yang lengkap? Apa pernah noona berpikir sedemikian? Obat hati noona tidak jauh. Hanya saja noona yang terlalu kalut dengan dendam, tanya pada hati kecil mu noona. Masih adakah Kyungsoo hyung di sana?"

Jihyun terdiam mendengar perkataan dari Jaehyun, benar apa yang di katakan oleh adiknya itu. Bukankah ia sudah merasa tidak enaknya tanpa orang tua yang lengkap? Kenapa ia harus membuat Hyunsoo harus merasakan itu? Bukan kah sosok ayahnya yang seharusnya memang ada sudah mencoba memperbaiki kerusakan yang ada? Bukankah ia sudah berjuang untuk kelengkapan keluarga nya?

Tapi bukankah ia yang sebelumnya menginginkan kehancuran ini?

"Dan yang memindahkan mu ke kasur semalam adalah Kyungsoo hyung"

Tbc

misi memikat hati mantan istri {Dks-Njh} Tamat ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang