Datang Untuk Pergi #6

572 162 44
                                    

Budayakan Vote Sebelum membaca
Happy Reading!
~~~~~~~~

    "Sat, sini-sini."

    Cowok itu mendekat ketempat Aluna berada, Satriya harus turun dari mobil karena Aluna tidak membawa payung. Untung saja ada payung yang cowok itu simpan di dalam mobil.

    "Deras banget gila, padahal cuma dari depan aja, sepatu sama celana gue udah basah."

    "Makanya itu, kalau lo nggak jemput bisa-bisa gue nunggu sampai malem ini, mendadak banget lagian hujannya."

    Cowok itu menganggukkan kepala setuju. "Ya udah ayo kak."

    Aluna merapatkan jaraknya dengan Satriya, jika sekilas dilihat mereka berdua kayak seumuran, apa lagi Satriya itu tinggi banget sementara Aluna sebaliknya.

    Akhirnya mereka sudah masuk ke dalam mobil, ada Yoga di sana yang sibuk main game di ponselnya.

    "Udah kan?"

    "Udah Sat, jalan."

    Mobil itu melaju meninggalkan kantor Aluna, sementara pikiran cewek itu masih saja terfokus kepada Justin yang tadi menelepon dirinya. Jadi dia mencoba mengalihkan fokusnya dengan berbicara kepada dua orang lain yang berada di dalam mobil.

    "Kalian dari mana sih?"

    "Satriya abis cari cewek … cari barang maksud gue kak, mulut gue typo banget."

    Aluna yang sempat kaget mendengar omongan Yoga, langsung menoleh ke arah Satriya. "Bagus udah pinter lo ya?"

    "Sumpah nih si Yoga asal ngomong, gue kaga gitu bener dah."

    Yoga menoleh ke arah Aluna. "Salah ngomong gue kak, ini tadi ada yang chat terus ada tulisan cewek gitu, gue jadi salah sebut deh."

    "Hilih, ngeles aja lo berdua. Satu aja nggak kelar-kelar mau cari cewek lain."

    "Satu?" tanya Yoga.

    "Itu loh si Lia, masih sama lia kan?"

    "Lah kalau sama Lia sih dia udah putus, diputusin lebih tepatnya."

    "Serius? Sumpah? Demi apa? Kenapa anjir?"

    Satriya menghela napas. "Biasa aja kali, alasan dia klise banget, mau kuliah dulu yang benar."

     "Yaelah, nanti pas udah lulus kerja, nanti apa dia bakal bilang juga, mau kerja dulu yang bener biar bisa menghasilkan duit? Dan bla bla bla, gitu aja terus."

    "Gue bilang kayak gitu, dia malah marah. Ya udah putus gitu aja, capek juga nyoba bertahan tapi cuma sendiri yang mau bertahan, dia nya udah nggak mau."

    "Sadboy," ucap Yoga diiringi dengan seruan kecewa.

    Padahal di mata Aluna, Satriya masih aja keliatan kayak anak kecil, yang masih sering di bully sama kakak-kakaknya. Tapi ternyata mereka semua memang sudah berubah, tumbuh jadi dewasa.

    "Omong-omong tadi ada yang liatin kita di pintu masuk lobby, jangan bilang itu yang namanya Justin?"

    "Hah? Mana gue tau nggak liat gue."

    "Masih muda gitu sih, dia lagi ngeliat ke arah kita tadi."

    "Nggak tau, mikirin banget siapa itu."

    "Kan gue cuma nanya."

~

    "Yuna."

    Cewek itu menoleh, raut wajahnya datar, dia tahu pasti cowok itu mau bertanya tentang temannya. Yuna udah males banget bahkan cuma liat wajah cowok itu Yuna rasanya udah mau ajakin berantem aja.

    "Kenapa? Aluna lagi? Udah gue bilang tanya langsung orangnya, itu juga kalau Aluna mau ngasih tau."

    "Gue udah nyoba, tapi Aluna masih jaga jarak."

    "Ya wajar lah, kalau gue jadi Aluna, udah gue acak-acak muka lo. Udah deh Justin, lo nggak capek apa? Aluna udah berusaha ngelupain perasaan dia, lo nggak usah ganggu dia lagi. Keberadaan lo cuma buat dia sedih terus, lagian lo juga nggak ada rasa apa-apa buat dia, lo cuma kasian sama dia, lo ngerasa bersalah."

    "Nggak gitu, gue beneran nanya keadaan Aluna. Bukan kasihan atau apapun."

    "Terus apa? Kayaknya semua yang Aluna lakuin nggak ada hubungannya sama lo? Lo bukan siapa-siapa Aluna."

Tok tok tok

    Suara benturan antara high heels dan lantai membuat mereka berdua menoleh, ada seorang cewek yang berjalan ke arah mereka berdua.

   "Tumben liat kalian ngobrol berdua, ada apa nih."

    Yuna tidak menjawab hanya mengangkat bahu, sementara Justin terlihat bingung.

    "Ayo pulang, Nyokap gue mau ketemu sama lo," ajak cewek itu.

    "Gue lagi bicara sama Yuna."

    "Nggak tuh, bukannya kita udah selesai bicara? Gue duluan." cewek itu langsung berjalan pergi, toh dia memang tidak mau membela Justin.

.
.
.
.

    "Mama udah bilang kan? Mama nggak suka sama Sania!"

    "Tapi aku Cinta sama dia ma."

    Wanita paruh baya itu memijat dahinya. "Kamu jadi laki-laki harus bisa pegang kendali, kamu sadar nggak sih selama ini mereka cuma manfaatin kamu? Sania nggak benar-benar ada rasa sama kamu Justin!"

    "Mama cuma belum kenal Sania dengan baik."

    "Justru karena mama kenal dia dan keluarga nya dengan baik, makanya mama nggak setuju kamu sama dia. Sadar Justin! Kamu sendiri tahu dia sudah di jodohkan sama orang lain. Kamu tau nggak kenapa? Karena laki-laki yang dijodohin sama Sania, lebih kaya dari keluarga kita, lebih mapan hidup nya dari kamu!"

.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~~
Sesuai janji 50 Vote update
:)

   

𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang