Budayakan Vote Sebelum membaca!
Happy Reading!
~~~~~"Lo ke mana aja sih Justin? Susah banget ketemu lo! Di kantor nggak ada, di rumah juga nggak ada!"
"Gue sibuk." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Justin.
Sania tentu semakin kesal, Justin seperti menghindari dirinya, kenapa? Apa yang salah dari Sania? Padahal selama ini Justin tidak pernah menganggap Sania salah.
"Anterin aku pulang."
Justin menoleh. "Gue ada janji buat makan malam sama keluarga gue, waktunya mepet banget, gue nggak bisa antar lo, naik taksi aja."
"Lo tega nyuruh gue pulang sendiri? Ya udah gue ikut lo aja."
Cowok itu menggeleng. "Mama nggak akan suka kalau lo datang, gue nggak mau buat suasana makan malam keluarga gue jadi nggak enak."
"Lo kenapa sih? Sebegitunya lo mau ngehindarin gue! Biasanya juga lo yang ngajak gue buat ikut makan sama keluarga lo, tapi sekarang lo berusaha ngejauhin gue?"
"Sorry gue nggak punya waktu banyak buat ngomong sama lo, lain kali aja kita lanjut."
Setelah mengatakan itu Justin berjalan meninggalkan Sania, entah apa yang dia rasakan sekarang, dia tidak pernah merasa seperti ini kepada Sania, rasanya dia tidak ingin sama sekali mendengar ocehan cewek itu, berisik.
"Eh pak bos, buru-buru amat nih." Langkah Justin kembali tertahan saat melihat dua orang cewek sedang berdiri sekitar lima meter dari dirinya.
Aluna berdiri di sana dengan Yuna, biasanya Justin hanya akan mendapatkan tatapan tidak suka atau cewek itu mungkin akan langsung pergi, tapi sekarang berbeda. Aluna tersenyum.
"Belum pulang?"
"Nih baru mau pulang, yakan Lun?"
"Iya."
Benar ada yang berbeda dari cewek itu dan entah kenapa Justin merasa terguncang. "Ya udah hati-hati di jalan, gue duluan."
Selepas Justin pergi, Yuna menoleh ke arah Temannya itu. "Nggak susah kan? Lo nggak perlu susah-susah menghindar, pada akhirnya semua akan berjalan kayak biasa."
"Iya, gue masih berusaha."
"Mantab deh ya udah ayo kita pulang, laper banget gue."
Aluna mendelik. "Emang di rumah ada makanan?"
"Nggak ada sih, nanti mampir dulu lah ke warung makan."
"Nggak usah nanti suruh bang Jim aja yang beli, kita tinggal makan aja."
Yuna mengacungkan ibu jarinya, mereka berdua ini memang paling klop kalau urusan nge babuin Jeremy.
~
"Eh bang Jevan, akhirnya setelah ratusan Purnama kelihatan juga wujudnya."
Cowon itu hanya tersenyum. "Berlebihan banget kamu Jer."
"Gue kira bang Jevan udah ilang ditelan bumi, berada bulan nih kita nggak ketemu."
Sonya berdecak. "Ya buat apa juga calon gue ketemu sama lo, nggak usah ganjen lo Sat."
"Eh ngomong nya amit-amit, gue masih doyan cewek."
"Udah ih ngapain lo semua ngumpul di sini, nggak punya rumah lo?"
"Bang Jev, tolong ya calon istrinya di ajarin, kenapa sih galak banget, kerjaannya ngomel terus."
"Apa lo Jim."
Jeremy mundur saat Sonya melangkah maju, begitu juga Satriya walau masih cengengesan.
Aluna duduk bersama Yuna diteras rumah Sonya dan Virgo, hanya bisa nahan ketawa saat Jeremy mulai dipukulin sama Sonya, parahnya nggak ada yang bantuin, malah pada ketawa, dasar teman.
"Makan-makan kenapa sih, udah lama nggak muncul juga," ucap Virgo.
"Makan mulu pikiran lo Go, beli sana sendiri."
"Udah Nya, jangan galak-galak sama adik sendiri juga, mau makan apa? Saya traktir."
Langsung terdengar seruan kemenangan dari Virgo, Satriya, Jeremy dan Aluna, sementara Yuna hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tingkah mereka.
"Kamu tuh jangan terlalu baik, mereka nanti ngelunjak."
Cowok itu merangkul Sonya yang cemberut. "Jangan cemberut, lagian cuma sesekali aja, saya kan juga mau akrab sama teman-teman kamu."
"Iya, iya."
"Kak ajak yang lain ya?"
Sonya memutar matanya malas, tapi dia juga bukan tipe yang bisa nolak permintaan teman-temannya. "Terserah."
"Mantab."
.
.
.
."Pokoknya sampai kapan pun, mama nggak akan setuju kalau kamu sama Sania."
Justin hanya diam, tidak seperti yang sebelum-sebelumnya dia berusaha untuk membela Sania, kali ini Justin hanya dia dan mendengarkan.
"Papa kali ini setuju sama mama, Sania bukan perempuan yang cocok sama kamu, kalau dengar cerita dari mama, papa yakin sebenarnya kamu juga tahu kalau Sania itu cuma manfaatin kamu."
"Memang benar pa, dari dulu mama sudah tahu kalau keluarga itu punya pemikiran lain saat tahu Justin dan Sania berteman."
Laki-laki paruh baya itu menghela napas. "Kamu tahu kan Justin? Mama sama papa cuma mau yang terbaik buat kamu."
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~~Lagi ngebut, soalnya pengen hiatus, sampai bulan februari, jangan dicari ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅] [Romance/Drama] [Bisa dibaca terpisah dari Series sebelumnya, tapi lebih baik dibaca dari awal Series, biar lebih paham] Aluna menyukai laki-laki itu, entah sejak kapan perasaan kagumnya selama ini berubah jadi perasaan Cinta. S...