Datang Untuk Pergi #10

529 155 75
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca
Happy Reading!
~~~~~~~~~~~

    Aluna menarik lengannya dari genggam cowok itu, beberapa waktu lalu banyak hal yang membuat cewek itu akhirnya sadar, terlalu banyak hal yang membuat dia sakit hati saat bersama Justin.

    "Aluna. Sania pasti cuma lagi emosi aja, gue yakin setelah ini dia nggak akan kayak gini lagi."

     "Gue nggak peduli Justin, gue nggak peduli. Gue cuma nggak mau lagi punya hubungan sama kalian! Gue sakit hati!"

    Justin nggak tau harus gimana lagi, disatu sisi dia nggak bisa kehilangan Sania, namun di sisi yang lain ada sesuatu yang membuat Justin terus kepikiran tentang Aluna.

    "Lepasin!"

    "Gue anterin oke? Gue anterin lo pulang. Gue nggak tenang liat lo pulang tapi dalam keadaan kayak gini."

    "Semua yang akan terjadi sama gue, nggak ada hubungannya sama lo! Lo bukan siapa-siapa gue!"

    Cowok itu tidak suka saat Aluna mengatakan bahwa dia bukan siapa-siapa, sebegitu inginnya cewek itu melupakan dirinya?

    "Justin?"

    Aluna dan Justin menoleh, seorang wanita paruh baya terlihat kebingungan karena sang anak sedang bersama perempuan lain yang dia tidak pernah lihat sebenarnya.

    "Mama, ngapain di sini?" bukanya melepaskan lengan Aluna, cowok itu justru malah menarik cewek itu untuk ikut dengannya.

    Aluna agak kaget saat mendengar cowok itu menyebut kata Mama, padahal Aluna dalam keadaan mau nangis.

    "Siapa ini? Pacar kamu?"

    "Bukan, ma."

    Wanita paruh baya itu menatap ke arah Aluna yang masih menunduk. "Kelihatannya kalian lagi bertengkar? Serius dia bukan pacar kamu? Terus apa? Teman pasti nggak mungkin, kamu bukan orang yang mau peduli dengan orang lain."

    "Ma …."

    "Justin, please lepasin."

    Justin menggelengkan kepalanya, entah Aluna mau lihat atau tidak. "Mama mau ngapain ke kantor?"

    "Mau ketemu papa, kamu tuh ya mama bilang, jangan suka bikin perempuan nangis!"

    "Justin mau bicara dulu sama Aluna, mama ke tempat papa aja dulu."

    Namun wanita paruh baya itu masih tidak bergerak. "Namanya Aluna? Lucu juga. Dia pacar kamu apa bukan sih?"

    "Ma."

    "Lebih baik kamu sama dia aja, dari pada sama perempuan nggak jelas kayak Sania. Lagian sampai kapan pun, mama nggak akan pernah setuju kamu pacaran apa lagi nikah sama Sania."

~

    "Hubungan dia ditentang sama orang tuanya? Berarti emang Justin aja yang bego!"

    "Sabar Rin, lo mah marah-marah mulu. Ingat lo tuh masih sakit."

    Erin memegangi dadanya. "Duh capek banget deh, harus berurusan sama cowok-cowok kayak gitu."

    "Lo sebenarnya niat move on nggak sih Na? Kenapa lo jadi terus-terusan ketemu Justin sih? Udah gitu temen-temen lo juga nggak jauh-jauh pada kenal sama Justin, lo kayak kejebak di lingkaran setan tau nggak?"

    "Eh kak Wendy serem amat ngomongnya, pakai setan lagi dibawa-bawa." Sonya menepuk lengan Wendy.

    "Emang bener Nya."

    "Gue juga nggak mau terus-terusan ketemu Justin, tapi nggak tau apa penyebabnya aku akhir-akhir ini jadi sering ketemu dia."

    "Aneh banget deh."

    Erin menganggukkan kepalanya. "Tapi si cewek yang ngatain lo itu, nanti kalau gue udah sembuh kasih tau yang mana orangnya. Sesekali cewek kayak gitu harus dikasih tahu cara ngomong yang baik."

    "Gue setuju sama Erin, jangan lupa kasih tau ya Na."

    Aluna membuang pandangnya ke arah lain, kalau lagi begini tampang teman-temannya pasti sangat menyeramkan, kemarin sebenarnya Jeremi juga marah banget, sampai mau datang ke kantor Aluna, nggak terima lah adiknya dikatain kayak gitu.

.
.
.

    "Gue nggak peduli, masih mending sepupu gue maafin lo, kalau gue jadi dia udah gue tinggalin cewek kayak lo."

    "Rose, gue nggak kayak gitu! Udah gue bilang yang Aluna omongin tentang gue itu nggak bener!"

    Rose mengerutkan dahinya. "Kenapa lo jadi bawa-bawa Aluna sih? Kalau lo ada masalah sama Aluna nggak usah kayak gini lah, lagian gue nggak tau dari Aluna kok. Makanya kalau jadi cewek tuh yang baik aja! Centil banget sih lo."

    "Kalau nggak dari Aluna lo tau dari siapa lagi? Dia tuh pasti suka jelekin gue!"

    Cewek itu nggak terima saat temannya dijelekin kayak gini. "Lo mau minta maaf, atau lo mau ngajakin gue berantem sih? Aluna nggak tau apa! Mulut lo tuh yang bermasalah! Temen gue itu cewek baik-baik, nggak kayak lo! Dia nggak pernah ngejelek-jelekin orang lain, sementara lo? Hello,  dengan pede nya lo bilang Aluna ngomongin lo? Najis."

    Rose bahkan langsung berjalan meninggalkan Sania yang sudah sangat emosi, dia tidak bisa mengatakan apapun yang berpotensi membuat cewek itu semakin marah, karena mungkin dia bisa kehilangan sumber uangnya.

.
.
.
.
.
~~~~~~~
Sebenarnya aku mau pake cast Chayeon buat jadi Sania, tapi gak jadi wkwkwk cukup jadi nama aja dia. Soalnya jahat banget.

𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang