Budayakan Vote sebelum membaca
Happy Reading!
~~~~~~~~"Abang gue nggak ngomong aneh-aneh kan tadi?"
"Nggak."
Aluna menganggukkan kepalanya. "Masuk dulu sini, biar enak ngomongnya."
Justin menurut saja, lalu mengikuti Aluna yang duduk di kursi yang ada di teras. Mereka berdua terlihat biasa saja, tidak seperti dua orang yang sebelum memiliki masalah.
"Gue mau minta maaf."
Aluna mengerutkan dahinya. "Buat apa?"
"Buat semuanya, gue pasti banyak salah sama lo."
"Ya ampun, apaan deh, kalau gitu gue juga pasti banyak salah sama lo, gue juga minta maaf dan gue maafin lo."
Justin menganggukkan kepalanya. "Aluna."
"Apa?"
"Terimakasih."
"Buat apaan lagi nih?"
"Buat semuanya, makasih karena lo gue tahu rasanya ada orang yang tulus sama gue, tapi sampai akhir gue nggak bisa ngebalas semuanya."
Aluna menarik kedua sudut bibirnya. "Nggak apa-apa, lagian gue dulu terlalu berharap dengan sesuatu yang nggak mungkin, gue jadi banyak belajar dari hal kemarin."
Lalu keduanya bingung untuk membicarakan apa lagi, kemarin-kemarin rasanya canggung banget, kalau ketemu Justin rasanya cewek itu selalu aja mau nangis, sekarang udah nggak apa-apa.
"Sania keluar dari kantor, dia bilang bakalan pindah keluar kota, nggak ngasih alasan yang jelas dan gue denger dia nggak jadi tunangan."
"Gue juga udah denger, keluarga cowoknya nggak nerima Sania."
"Mungkin ini yang terbaik."
"Terus sekarang lo gimana?"
"Gue bakal pindah, bokap bilang gue terlalu dimanja sampai bikin ulah kayak gini, dia minta gue ngurus perusahaan baru yang ada di Jerman, setidaknya gue bisa jauh dari masalah yang ada di sini."
Entah kenapa ada perasaan tidak rela saat Justin mengatakan dia akan pergi, walau sudah tidak apa-apa, tentu saja ada perasaan kehilangan.
"Jadi lo datang buat pamitan?"
"Iya, gue ngilang beberapa waktu kemarin buat ngurusin soal ini, tapi gue nggak bisa pergi sebelum minta maaf sama lo."
"Udah kayak sama siapa aja deh lo."
Justin tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Aluna dengan lembut. "Makasih buat semuanya ya Na, gue harap lo bisa ketemu sama cowok baik yang bisa buat lo bahagia, gue bakalan selalu berdoa yang terbaik untuk lo."
"Gue harap lo juga bisa nemuin orang yang terbaik buat lo."
Justin menarik tangannya kembali, menyisakan rasa hangat yang mungkin untuk terakhir kalinya Aluna rasakan, cowok itu akan pergi dan menemukan kebahagiaan nya yang lain, begitu juga dengan dirinya.
"Ya udah, udah malem nih, gue pulang dulu."
"Eh, sebentar banget nih?"
"Iya, nanti abang lo nggak suka gue kelamaan di sini."
Aluna tertawa. "Maafin ya dia emang kayak gitu, suka nggak jelas."
"Nggak papa lagian gue paham banget kenapa dia kayak gitu, dia pasti nggak mau ada yang nyakitin adik kesayangannya."
Cewek itu menganggukkan kepalanya. "Ya udah hati-hati di jalan ya Justin."
"Iya, bye Aluna."
~
"Ngapain dia? Kok muka lo kusut gitu?"
"Cuma mau minta maaf sama pamit."
"Pamit apaan? Lagunya Tulus?"
"Gak gitu anjir! Dia mau pindah ke luar negeri!"
"Ya ngomong dong, kan gue nggak tau, lagian bilang pamit doang."
"Kan emang pamit Bambang! Bikin gue emosi aja lo ya."
Jeremy malah cengengesan. "Terus tuh muka lo kenapa? Sedih dia mau pergi?"
"Iya lah."
"Ya udah, sabar aja lama-lama juga terbiasa."
Aluna mendudukan dirinya di sofa. "Gue masih ngerasa ada belum lega aja gitu, masih ada yang ganjel."
"Apaan? Beha lo ngeganjel?"
Cewek itu langsung melemparkan bantal sofa tepat ke arah wajah sang kakak. "Mulut lo kotor!"
"Sakit anjir, kan gue nanya!"
"Pertanyaan lo nggak wajar, udah deh males gue ngomong sama orang gila."
Aluna langsung berlari ke dalam kamar nya meninggalkan Jeremy yang sedang misuh-misuh, soalnya tadi lemparannya pas banget kena muka.
"Kalau gue nggak ganteng lagi, gue suruh dia bayarin perawatan muka gue."
.
.
.
.Aluna
> Kapan berangkat nya?
> Gue boleh ikut anter?
> Sama Yuna jugaHari Sabtu <
Boleh, gue berangkat penerbangan jam< satu siang> Oke deh nanti gue ke sana sama Yuna
Makasih Aluna <
Justin tersenyum saat mendapati cewek itu masih mau mengantar dirinya pergi, Aluna cewek baik selama ini dia udah nyia-nyiain cewek itu, sekarang dia hanya bisa berharap akan ada laki-laki yang bisa menjaga Aluna selamanya.
Yang pasti itu bukan dirinya, karena sebenarnya perasaan Justin masih sama, dia tidak bisa mencintai Aluna dan berharap akan ada laki-laki lain yang lebih berhak menerima Cinta dari cewek itu.
[END]
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Masih ada satu part lagi buat bonus, btw mau curhat dikit
Sebenarnya dari awal aku emang mau buat Aluna sama Justin nggak jadian dan pisah, cuma di pertengahan ragu, karena kayaknya bakalan pada kecewa, tapi udah menuju akhir, banyak yang minta Aluna jangan sama Justin, soalnya Justin jahat banget dan aluna nya bego, menye-menye dan harus move on dari justin, di situ akhirnya aku lebih milih buat bikin mereka pisah aja dan kembali ke alur pertama aku buat, makasih udah nyadarin aku. Akhirnya jadi deh endingnya kayak gini hehehe.
Di book ini Aluna nggak akan sama siapa-siapa, toh aku nya nggak punya feel kalau Aluna nggak sama Justin, jadi lebih baik aluna mencari jati diri nya sendiri dan mendapatkan jodoh terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅] [Romance/Drama] [Bisa dibaca terpisah dari Series sebelumnya, tapi lebih baik dibaca dari awal Series, biar lebih paham] Aluna menyukai laki-laki itu, entah sejak kapan perasaan kagumnya selama ini berubah jadi perasaan Cinta. S...