Budayakan Vote sebelum membaca
Happy Reading!
~~~~~~~~~~~~~"Nana!"
Aluna menoleh dia baru aja mau ke keluar dari gedung kantornya, untungnya hari ini nggak hujan kayak kemarin.
"Ros!" cewek itu berlari-lari kecil untungnya di sana nggak banyak orang, Aluna kalau ketemu sama teman-temannya suka nggak sadar umur, tingkahnya berubah jadi kayak anak ABG.
Rose merentangkan tangannya, lalau Aluna memeluk cewek itu, tinggi mereka tidak begitu jauh, namun Aluna memang lebih pendek dari temannya itu.
"Yuna mana? Belum keluar?"
"Udah, lagi di toilet. Lo sama siapa ke sini?"
"Tuh sama supir." Rose menunjuk ke arah mobil yang terparkir di pinggir jalan.
"Parah lo, kakak sendiri dibilang supir."
Cewek itu terkekeh. "Ribet dia tuh, kalau gue mau pergi masih aja harus dianterin. Padahal kan gue bukan anak kecil lagi."
"Baguslah, kakak lo masih perhatian. Coba kakak gue, pengen ngumpat rasanya."
"Kak Jimmy?" Rose tertawa. "Gue denger lagi deket sama Yuna, mau lo punya kakak ipar kayak Yuna?"
"Terpaksa sih, kakak gue bucin banget. Nanti nggak dapat Yuna terus dia jadi stres gue juga yang susah."
"Ya udah lo tunggu mobil sana, gue nunggu Yuna di sini …," Rose terdiam saat melihat siapa yang sedang berjalan keluar dari gedung kantor Aluna.
"Aluna."
Raut wajah Aluna langsung berubah tegang, cewek itu menoleh. Dia melihat Justin dan Sania berdiri di belakangnya, mereka Sania merangkul lengan Justin, yang mana membuat Aluna semakin sesak.
"Kami belum pulang?" cowok itu bertanya dengan nada khawatir.
"Lagi nunggu Yuna … saya lagi nunggu Yuna, pak."
Rose tidak terlalu memperhatikan interaksi antara Aluna dan Justin, pandangan malah fokus pada Sania yang terlihat kaget karena keberadaan dirinya.
"H-hai Rose." cewek itu melepaskan rangkulan tangannya.
Rose menaikkan sebelah sudut bibirnya. Lalu berjalan mendekati Sania dengan tatapan mengintimidasi. "Jadi dia cowok yang selama ini jadi selingkuhan lo?"
Sania menatap ke arah Rose, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak Rose, Justin cuma teman gue aja, kita udah temenan dari kecil."
Justin yang mendengar hal itu merasa tertohok, sebenarnya kenapa tiba-tiba Sania kelihatan ketakutan kayak gini? Beda banget sama omong dia kemarin tentang hubungan mereka berdua. Padahal cewek itu bilang Jungkook adalah cowok yang berharga untuk dia. Sementara Aluna terlalu bingung untuk mengatakan apapun, Aluna merasa dirinya benar-benar seperti pengecut.
"Gue bakalan bilang sama keluarga gue, harusnya lo tahu semua hal yang lo lakukan di sini, mereka semua tahu dan gue di sini ngeliat semuanya dengan mata kepala gue sendiri."
"Rose, sumpah ini bukan seperti yang lo kira!" namun entah karena apa cewek itu tiba-tiba melihat ke arah Aluna yang masih terdiam. "Aluna yang bilang sama lo? Dia yang ngasih tahu soal gue?"
"Aluna nggak ada hubungannya, dia nggak tahu apa-apa."
"Gue nggak percaya! Pasti Aluna yang bilang! Dia suka sama Justin! Jadi dia pasti ngomong yang buruk-buruk soal gue kan? Dia cemburu karena gue lebih sering saja Justin dari pada dia."
"Gue bilang Aluna nggak ada hubungannya! Lagian gue nggak tahu Aluna deket sama cowok ini juga, dia nggak cerita."
"Aluna suka sama Justin, tapi Justin nya enggak."
Mata Aluna terasa panas, selama beberapa hari ini dia berusaha menekan perasaannya sendiri, agar tidak lagi memikirkan tentang cowok itu.
"Sania!" Justin menegur cewek itu, karena membicarakan hal yang tidak seharusnya.
"Rose, Aluna. Kalian ngapain sih?" Jeffrey berjalan ke arah mereka, wajahnya terlihat bingung, apa lagi dia melihat Aluna tertunduk dibelakang Rose, yang terlihat emosi.
"Liat nih kak, cewek ini calon kak Egy. Tapi dia tadi rangkulan sama cowok ini."
Jeffrey melihat ke arah Sania, cewek ini pernah menjadi pembicaraan serius di keluarganya, karena ternyata cewek itu tidak sebaik yang dikira. Namun Jeffrey merasakan cengkraman di lengan jaket yang dia pakai.
"Na? Kenapa?"
"Kita pergi aja."
Justin menatap Aluna, suara cewek itu terdengar berbeda. Sedari tadi dia juga tidak mengatakan apapun lagi.
Apa Aluna nangis? Kenapa dia nangis? Gara-gara ucapan Sania?
"Aluna …."
"Justin! Kamu ngapain? Biarin aja Aluna, lagian kamu nggak suka sama dia." cewek itu menahan lengan Justin
"Eh nenek sihir! Jaga omongan lo. Harusnya lo tahu, kalau Aluna seratus kali lipat lebih baik dari lo."
Justin melepaskan tangannya dan berjalan ke arah Aluna. Cewek itu masih tertunduk. "Aluna, maaf."
Cewek itu tidak menjawab, namun mendengar suara Justin sedekat itu dengan dirinya, tiba-tiba saja isak kan nya lolos begitu saja.
Jeffrey bergeser sedikit, membiarkan Justin semakin dekat dengan Aluna.
Cowok itu mengulurkan tangannya, menangkup pipi cewek itu, agar Aluna mendongak dan memperlihatkan wajahnya. Kedua pipinya sudah basah karena air mata dan Justin semakin merasa bersalah, dia tidak ingin melihat Aluna menangis.
"Pulang sama gue ya? Kita bicara berdua?"
"Eh apaan nih? Dia pulang sama gue."
Justin menoleh ke arah Cewek pirang itu. "Hari ini biarin gue anterin Aluna pulang, gue perlu bicara sama dia."
"Ck. Terserah deh itu juga kalau Aluna mau sama lo."
"Justin!"
"Lo pulang sendiri dulu, San. Gue mau antar Aluna pulang." Justin kembali fokus kepada Aluna. "Aluna, ayo."
Cewek itu hanya menganggukkan kepalanya saja, membiarkan cowok itu membantu dirinya untuk berjalan menuju parkiran.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~
:))))
Kalau tiba-tiba nggak sesuai sama yang kalian inginkan maklumin aja ya wkwkwkBtw jangan lupa mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅] [Romance/Drama] [Bisa dibaca terpisah dari Series sebelumnya, tapi lebih baik dibaca dari awal Series, biar lebih paham] Aluna menyukai laki-laki itu, entah sejak kapan perasaan kagumnya selama ini berubah jadi perasaan Cinta. S...