Aku ngakak banget, Haters nya Justin sama Aluna banyak wkwkwkw, gimana nih? Happy ending apa sad ending wkwkwkw ngakak aku bacain komentar kalian
Happy Reading
~~~~~~~~~~~"Udah deh Sania, lo tuh nggak ada kapoknya ya? Kenapa sih? Lo takut nggak dapet uang lagi dari cowok-cowok yang berhasil masuk ke dalam jebakan lo?"
"Diem lo, nggak usah ikut campur! Urusan gue itu sama dia bukan sama Lo!"
Jeremy langsung menepis tangan Sania saat cewek menunjuk-nunjuk wajah sang adik, padahal dia tadi niatnya nggak mau ikut campur, tapi cewek itu benar-benar mengusik kesabarannya.
"Nggak usah nunjuk-nunjuk bisa nggak? Nggak sopan banget sih lo."
Padahal tadi dia kira hanya akan menjemput Aluna dan Yuna karena hujan turun dengan deras, tetapi ternyata dia juga harus melihat sang adik menerima perlakuan yang tidak pantas seperti ini. Jeremy memang biasanya kelihatan santai, namun Aluna itu adik satu-satunya, perempuan yang harus dia lindungi selain mamanya.
"Eh ini urusan gue sama dia, lagian lo siapa?" Sania sepertinya tidak mengenali sosok Jeremy.
"Gue kakaknya, kalau lo ada urusan sama adik gue, berarti lo juga ada urusan sama gue. Lagian dari tadi Aluna bahkan nggak ngucapin sepatah kata pun! Lo sendiri yang ngomong nggak ada habisnya, lagian sampah banget mulut lo, bisanya cuma ngatain orang aja."
"Duh San, mending lo pergi deh, sumpah muak banget gue liat tingkah lo." Yuna masih menyembunyikan Aluna di belakang tubuhnya, sementara tangannya yang lain menahan lengan Jeremi.
"Temen lo tuh yang tingkah nya bikin muak, pura-pura lemah biar dilindungin! Lo pikir Justin bakalan suka sama lo? Cewek kayak lo nggak pantas buat Justin!"
Yuna menghela nafas, sumpah cewek ini tingkah nya kekanak-kanakan banget, dia marah-marah soal masalah pribadi di kantor, mana banyak karyawan yang liatin lagi, malu banget kan?
"Sania! Kamu buat ulah apa lagi sih? Ngapain kamu teriak-teriak kayak orang gila? Ini kantor, bukan rumah kamu! Banyak orang yang dengar di sini! Memalukan banget kamu ini."
Aluna melihat perempuan yang dia ingat sebagai ibu dari Justin, kemarin mereka bertemu di sini juga.
"Tante, dia itu jelek-jelekin aku! Dia mau ngerusak hubungan aku sama Justin! Dia juga mau ngegagalin pertunangan aku, dia cewek nggak bener!"
Wanita paruh baya itu menoleh, mencoba melihat siapa sebenarnya yang Sania maksud, namun Aluna masih bersembunyi di belakang Yuna.
"Aluna kan? Coba kamu ke sini."
Yuna dan Sania terlihat terkejut, sementara Justin tidak mengerti. Mereka berfikir kenapa ibu Justin bisa tahu nama Aluna.
Aluna akhirnya memberanikan diri untuk mendekat ke arah wanita itu, dia benar-benar terlihat seperti pengecut, sungguh.
"Tante kenapa kenal dia?"
"Justin anterin dia pulang kemarin."
"Justin? Kenapa lo bisa pulang barengan Justin? Lo nggak ada kapoknya ya!"
Aluna menatap Sania, lalu berucap,"Justin maksa buat nganterin gue pulang."
"Dia benar, Justin yang maksa buat ngaterin dia pulang, saya sanksinya."
"Tante, harusnya tante tahu, dia ini cewek …."
"Sania, jaga bicara kamu! Sebenarnya kamu ini sedang membicarakan Aluna atau membicarakan soal diri kamu sendiri? Harusnya kamu sadar, selama ini yang manfaatin Justin itu kamu! Kamu yang jadi sumber masalah buat Justin!"
"Tante, kok ngomongnya gitu? Tante kan lebih kenal sama aku. Kenapa tante kayak gini?"
"Saya dari awal memang nggak suka Justin temenan sama kamu! Saya tahu niat kamu temenan sama Justin itu buruk! Pasti ini ajaran ibu kamu!"
Seperti terkena tamparan telak, Sania tidak tahu harus mengatakan apa, pantas saja saat Sania kembali dulu, perempuan ini tidak lagi bersikap baik kepada dirinya.
"Sekarang kamu tahu kan? Kamu nggak bisa lagi manfaatin Justin, lebih baik kamu menjauh dari anak saya, lagi pula kamu hanya mengincar uang saja."
Rasanya seperti melihat sinetron di TV mereka sampai nggak tahu ini beneran atau akting? Rasanya aneh banget.
~
"Maaf ya anak-anak, kalian jadi terlibat dengan Sania."
"Nggak kok Tan, tapi tante sudah lama tahu kalau Sania hanya memanfaatkan Justin?" tanya Yuna, dia penasaran banget soalnya.
"Iya, buah jatuh nggak jauh dari pohonnya, mama Sania juga seperti itu, selalu memanfaatkan orang-orang untuk kepentingan dia sendiri."
Aluna menatap wanita paruh baya itu, rasanya seperti melihat Justin dalam versi yang berbeda.
"Aluna, kamu suka sama Justin?"
Cewek itu mengerjapkan matanya beberapa kali. "S-saya … jujur masih suka sama Justin."
"Justin minta kamu buat nggak suka sama dia ya?"
Aluna menganggukkan kepalanya, entah tahu dari mana tentang hal itu, tapi yang pasti itu adalah kebenaran.
"Justin itu anaknya keras kepala, tapi kamu harus tahu, Justin nggak mungkin semudah itu lupain kamu, apa lagi bilang cuma mau jadi teman aja, dia itu gengsi buat bilang dia ada rasa sama kamu."
"Tapi Justin bilang dia nggak bisa suka sama orang lain selain Sania."
"Mulut itu bisa aja bohong Aluna, tapi hati nggak bisa, buktinya dia masih selalu dekat-dekat sama kamu, ngaterin kamu pulang, itu bukan hal yang akan di lakukan seseorang tanpa perasaan."
"Justin anaknya gengsian ya Tan?" tanya Yuna.
Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya. "Ngikutin sifat ayahnya," lalu wanita itu tertawa kecil.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~
Follow dung, nanti di polbek serius, tapi dm aku dulu di IG, biar aku tahu akun kalian. Mayan iseng-iseng.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅] [Romance/Drama] [Bisa dibaca terpisah dari Series sebelumnya, tapi lebih baik dibaca dari awal Series, biar lebih paham] Aluna menyukai laki-laki itu, entah sejak kapan perasaan kagumnya selama ini berubah jadi perasaan Cinta. S...