Datang Untuk Pergi #1

1K 188 52
                                    


    Cewek itu mendongak saat seorang cowok yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, melewati meja tempat dirinya makan siang bersama teman kantornya.

    "Biasa aja lihat nya. Kenapa naksir?"

    Aluna berdecak kesal, ucapan teman sekantornya itu membuat fokusnya teralihkan. "Apa sih? Gue cuma penasaran aja, belum pernah lihat soalnya."

    Cewek ponytail itu tersenyum mengejek,  padahal selama ini Aluna jarang sekali tertarik dengan yang namanya lawan jenis, mungkin karena cewek itu sudah terbiasa melihat cowok-cowok tampan. Di sini yang Yuna maksud adalah kakak dan para cowok tetangga Aluna.

    "Namanya Justin. Justin Karisma lebih tepatnya. Dia teman satu kampus gue dulu, kebetulan kenal masih satu lingkup pergaulan."

    Aluna mengerutkan dahinya, karena sebenarnya dia tidak menanyakan hal itu.

    "Mau gue kenalin nggak? Dia CEO baru kita ngomong-ngomong."

    "Hah serius? Semuda itu? Dia seumuran kita kan?"

    "Halah, kayak nggak tau aja. Perusahaan ini punya bokapnya doi. Bebas."

    Aluna membulatkan bibirnya mendengar penjelasan Yuna.

    "Tapi dia anaknya selalu serius, semua bakalan dia lakuin dengan sungguh-sungguh. Dia itu lulusan terbaik di universitas gue."

    Lagi-lagi cewek itu di buat takjub dengan penjelasan Yuna. Ganteng, kaya, pinter. Dunia se cinta itu ya sama dia? Sampai ngasih semua buat dia?

    "Dia baik, cuma sayang. Saingan lo nggak cuma satu orang, tapi satu kantor. Lo liat deh." Yuna menunjuk dengan dagunya, membuat Aluna menoleh, saat ini dia bisa melihat cowok itu duduk bersama beberapa orang dan meja-meja di sampingnya banyak sekali karyawan perempuan yang memperhatikan cowok itu.

    Aluna menggelar napas, lalu kembali menoleh ke arah Yuna.

    "Gimana? Mau?"

    Cewek itu kembali menoleh dan tepat saat itu tatapan keduanya bertemu, sekon kemudian Aluna memutus kontak mata mereka. Saat itu Aluna tersadar bahwa setengah hatinya sudah tercuri.

~

    Aluna itu mengusap air matanya, dia tidak bisa terus menangis seperti ini, dia harus berhenti. Menangis tidak akan merubah apapun, mereka memang tidak ditakdirkan bersama.

    "Udah nangis nya?"

    Cewek itu menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. "Lama-lama air mata gue kering deh kalau gini."

    "Ya udah jangan nangis lagi lah, yang capek bukan lo doang. Gue juga capek dengerinnya."

    Aluna tertawa kecil. "Sorry, gue udah sering jadiin rumah lo buat tempat nangis."

    "Bentar lagi lo saingan sama mba Key yang di depan."

    "Ah! Males gue, jangan ngomongin itu dong gue takut!" karena yang dimaksud Yuna adalah hantu mba-mba yang suka ketawa di depan rumahnya, lebih tepatnya di pohon mangga milik rumah di depan Yuna.

    "Makanya udah berhenti, kalau dia ikutan bisa bahaya."

    "Iya-iya ini berhenti kok, udah nih."

    "Nah gitu dong, udah yuk cari udara.  Nggak capek lo nangis terus?"

    "Mau ke mana? Ini mata gue jadi sipit."

    "Mampus, makanya nangis lagi. Biar nggak bisa melek lo sekalian."

    "Amit-amit,  ngomong suka ngasal aja lo."

    Yuna hanya tertawa, lalu bangkit dari lantai tempat dia duduk sambil mendengarkan curhatan temannya itu. Yuna membantu Aluna berdiri. "Sana cuci muka, nanti gue make up, biar nggak ketara abis nangis. Terus kita jalan deh. Dugem mau nggak?"

    "Eh nggak usah ngasal kalau ngomong ya, kakak gue nggak suka cewek nakal."

    Wajah Yuna langsung terlihat panik. "Becanda keleus! Jangan bilang-bilang kak Jeremy dong!"

    "Iya kalau mulut gue bisa diajak kerja sama."

~

Justin Karisma

> Aluna?
> Besok setelah pulang kantor ada waktu?
> Gue mau ngomong sesuatu

Ada <
Nggak bisa lama tapi pak<
Saya ada janji <

> Aluna
> Ini bukan jam kerja
> Panggi gue Justin kayak biasa aja

Oke <
Besok mau bicara di mana? <

> Cafe samping kantor?

Oke <

> Lo lagi sibuk ya?
> Tumben balasan lo singkat

Iya <
Lagi di luar <

> Jam segini?
> Sudah larut sekarang

Saya tahu <
Ponsel saya juga ada jamnya <

> Kalau lo tahu kenapa masih di luar?
> Besok lo masih harus kerja Aluna

Saya hanya perlu bekerja <
Saya tidak akan merugikan siapapun <

> Posisi lo di mana?
> Gue jemput

Nggak perlu Justin <
Kita cuma perlu bicara untuk besokkan? <


    Tidak ada lagi balas untuk pesan itu membuat Aluna kembali fokus ke pada pertunjukan di depan.

    Ada seorang cewek sedang bernyanyi, sementara di belakangnya, ada seorang cowok yang memainkan gitar.

    Aluna tahu lagu yang sedang cewek itu nyanyikan, lagu yang akhir-akhir ini selalu Aluna dengarkan.

Jangan pernah lagi singgah.
Jika tak punya sungguh-sungguh.

    Cewek itu tahu dari awal dia yang pertama kali memulai.

Jangan menyakiti.
Jika tak mengobati.

    Aluna memejamkan matanya, seandainya dulu dia tidak pernah memulai, rasanya tidak mungkin dia merasa sakit seperti ini.

Jangan pernah datang lagi.
Jika hanya berujung pergi.

Tak perlu lagi perbaiki.
Kau datang hanya untuk pergi.

   Cowok itu datang bukan untuk menetap, bukan juga untuk memberikan kebahagiaan untuk dirinya. Cowok itu datang untuk memberikan dirinya sebuah pelajaran yang sangat berharga. Bahwa selalu ada yang namanya patah hati disetiap hubungan.

.
.
.
.
.
~~~~~~~~~
:)
Nyesek anjrit :)

𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang