Budayakan Vote sebelum membaca cerita
Happy Reading!
~~~~~~~~~"Jangan dekat-dekat lagi sama Sania."
Justin mengerutkan dahinya, padahal dia baru saja duduk di sofa ruang tengah dan wanita paruh baya itu langsung melontarkan kalimat yang jelas-jelas tidak mungkin Justin turuti.
"Ma, kalau mama nggak suka sama Sania itu urusan mama, jangan libatin Justin dalam ketidak sukaan mama sama dia."
Airin melipat kedua tangannya di depan dada, dia benar-benar tidak habis fikir dengan anak laki-lakinya ini. "Justin sekarang mama tanya sama kamu, pilih Sania atau Aluna?"
Justin semakin tidak mengerti, kenapa kali ini mamanya malah membawa Aluna dalam percakapan mereka? "Kenapa jadi Aluna sih ma?"
"Tadi mama ketemu sama Aluna dan Sania, perempuan yang selalu kamu bela itu benar-benar nggak tahu malu, dia mengatakan hal-hal buruk kepada Aluna dan mama dengar ini bukan yang pertama kalinya, mama jugaa dengar kamu bahkan sanksinya, itu benar Justin?"
"Ma, Sania nggak akan kayak gitu lagi kok."
Airin menggelengkan kepalanya. "Satu kali masih bisa di toleransi, dua kali kamu harus mulai berfikir yang ketiga kali, kamu harusnya sadar Justin! Nggak ada orang yang akan melakukan kesalahan yang sama, kalau dia memang tidak sengaja! Kamu jangan bodoh dong Justin! Kamu laki-laki!"
"Sania pasti bisa berubah Ma."
"Berubah? Kamu kira semudah itu manusia bisa berubah? Memangnya kamu siapa Justin? Sania bahkan hanya menganggap kamu sebagai batu loncatan, tidak lebih dari itu! Sadar Justin. Mama pokoknya nggak akan pernah setuju kalau kamu sama Sania! Mama akan bilang sama papa!"
Justin berdiri dari sofa, kalau papa nya sampai tahu tentang hal ini, mungkin Justin bakalan kena masalah yang lebih besar. "Ma ini kan cuma masalah sepele."
"Masalah sepele yang akan mengganggu masa depan kamu! Tinggalin Sania atau mama, benar-benar akan mengatakannya kepada papa!"
Sepeninggal Airin, Justin hanya bisa mengacak-acak rambutnya kasar, kenapa juga Sania harus melakukan itu di depan mamanya, masalahnya kan jadi runyam!
Drrttt drrttt ….
Justin mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya, layar ponselnya menunjukkan deretan nama yang tentu selalu dia hubungi. Sania.
"Kenapa San?" Justin nggak tahu semarah apa pun dia kepada Sania, dia tidak bisa meninggikan nada suaranya.
"Tante buat gue malu! Dia belaain cewek itu dari pada gue!"
"Lo kenapa lagi sih San? Lo nggak capek ngusik Aluna terus? Dia bahkan nggak pernah balas untuk mengusik lo duluan."
"Lo belain dia? Yang salah itu dia! Dia yang ngusik guee duluan! Dia bahkan mau ngerusak hubungan kita Justin! Dia masalahnya."
Justin memejamkan matanya, suara teriakan Sania tiba-tiba jadi mengganggu indera pendengarannya. "Aluna nggak pernah melakukan hal itu Sania, nggak pernah, lo cuma nyalahin dia karena kamu nggak pernah bisa nerima kalau yang lo lakukan memang salah."
"Justin, harusnya lo belain gue! lo kenapa sih? Kenapa sekarang lo lebih banyak ngebelain dia? Lo bilang selamanya bakalan selalu ngedukung gue!"
"Gue pikir lo butuh istirahat San, semua yang lo denger jadi terasa salah, mending lo istirahat sekarang."
"Gue nggak butuh istirahat Justin! Lo cuma mau lari aja kan! Bilang aja lo emang lebih bela cewek itu! Gue benci sama lo!"
Sambungan itu diputus secara sepihal oleh Sania, sementara Justin tidak melakukan apapun untuk menghubungi cewek itu.
~
"Tahun depan kak Sonya nikah, gue dateng sama siapa ya?" tanya Satriya.
"Masih tahun depan Sat, lo kan bisa cari cewek."
"Emangnya siapa yang mau jadi pacar gua?"
Cindy mencibir, lalu berkata,"Gue bilang cari cewek bukan cari pacar, lo bayar aja dia buat nemenin lo kondangan."
"Ah monyet."
"Elu gorila!" balas Cindy sewot.
"Udah deh lo dateng aja berdua, pas banget kan? Cindy jomblo, Satriya juga jomblo," ucap Virgo mencoba menengahi.
"Makasih, nanti gue nyewa yang lebih gantengan aja, ogah sama berang-berang."
"Gue juga ganteng! Muka pas-pasan mau cari yang ganteng!"
"Siapa yang mukanya pas-pasan? Berani lo sama gue!"
Cindy udah mau maju, namun Satriya langsung bersembunyi di balik tubuh Yogi, yang sebenarnya tidak juga bisa melindungi dia.
"Malah berantem ya bocah." Jeremy menggelengkan kepalanya.
"Sini lo! Ngapain lo sembunyi!"
"Lo serem kak, kayak ibu tiri!"
Aluna menghela napas, padahal biasanya kalau sudah mulai ada yang ribut-ribut dia bakalan jadi tim hore, tapi sekarang dia benar-benar tidak mood.
Perasaannya sangat kacau, campur aduk antara marah, kecewa, sedih, namun ada juga hal yang membuat Aluna berharap.
"Aluna. Kalau kamu suka sama Justin, tante bakalan dukung kamu."
Aluna menoleh ke arah Yuna yang menunjukkan senyum dan menganggukkan kepalanya, sementara saat dia menoleh ke arah Jeremi, kakak laki-lakinya itu menunjukkan wajah tidak setuju.
Membuat Aluna jadi semakin bimbang, mungkin jika dia sekali lagi berjuang dan tidak mendapatkan hasil, ini akan menjadi yang terakhir.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~
Masih bingung Justin mau diapain, btw kayaknya ini bakal agak lebih banya dari Cerita Kita atau Tanpa tergesa partnya, jangan salah sangka atau berfikiran kalau aku nggak adil ya? Aku cuma menuangkan ide aku aja, nggak bermaksud membeda-bedakan sumpah.
😞😞😞
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊 0.3 [𝑬𝑼𝑵𝑲𝑶𝑶𝑲 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅] [Romance/Drama] [Bisa dibaca terpisah dari Series sebelumnya, tapi lebih baik dibaca dari awal Series, biar lebih paham] Aluna menyukai laki-laki itu, entah sejak kapan perasaan kagumnya selama ini berubah jadi perasaan Cinta. S...