17

149 34 6
                                    

Lima jam menunggu bukanlah waktu sebentar ketika perasaan kacau sedang menyelimuti hati. Takut, khawatir, sampai tidak ingin melihat apapun yang ada disekitar, semua itu terangkum dalam mimik wajah seorang pria, menantikan kabar baik dari kekasihnya.

Ralat.

Mantan kekasihnya.

Yoongi terduduk lemas menunggu Jessi membedah bagian tubuh Sora demi mengeluarkan sebuah timah yang bersarang diperut sang gadis, awalnya dia tidak terlalu panik, tetapi saat dia sadar ada satu nyawa tak berdosa perasaannya menjadi tak karuan.

Kini, dia hanya menunggu menanti Jessi keluar dari sana.

"Yoongi-ah. Kita harus membawanya ke rumah sakit, peralatanku tidak lengkap, aku membutuhkan alat penopang detak jantungnya."

"Apa kau bilang?" Tanya Yoongi marah setelah mendengar pernyataan Jessi yang keluar dari ruangan beberapa saat lalu. "Kau ingin membunuhnya?"

Yoongi bertanya karena berpikir Jessi tidak becus merawat Sora.

"Detak jantungnya lemah sekali, aku takut sekali, aku juga tidak mau dia mati." Balas Jessi. "Aku tidak punya alatnya maka itu aku memintamu membawanya ke rumah sakit."

Yoongi menatap Jessi tajam, lalu menggeleng.

"Aku tidak akan membawanya ke rumah sakit, nyawanya semakin terancam. Apa yang kau butuhkan? Aku akan menyediakannya."

"Tapi, aku butuh cepat."

"Secepatnya aku sediakan."

Jessi awalnya ragu, karena alat tersebut tidak sembarang diperjual belikan, alat penopang jantung hanya disediakan jika kita memesan dari jauh hari, tidak yakin Yoongi bisa mendapatkan secepat yang dia mau. Hingga akhirnya Jessi mengambil ponselnya dan memberikan sebuah gambar alat yang dia butuhkan.

Yoongi merampas ponsel tersebut, lalu menghubungi seseorang dan sekarang dia hanya menunggu jawaban dari orang suruhannya itu.

Sungguh Yoongi sangat benci menunggu.

"Bagaimana keadaan mereka?" Tanya Yoongi pelan tanpa melihat Jessi sedikitpun.

Jessi paham kata 'mereka' yang Yoongi maksud, ternyata seorang berandal seperti Yoongi juga bisa  mengkhawatirkan orang lain selain Jungkook.

"A-aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya padamu." Bisik Jessi pada lantai.

"Aku ingin melihatnya." Tanpa ragu menerobos ruang operasi, tetap masuk walaupun seandainya Jessi melarang.

Yoongi menemukan Sora terbaring lemah dengan wajah pucat diatas tempat tidur, wajah tenangnya membuat Yoongi tidak yakin jika gadis itu sedang merasa sakit, dia terus mendekat hingga tepat berada disamping tempat Sora berbaring.

Yoongi baru sadar jika ruangan tersebut mirip seperti kamar rumah sakit, ternyata Jessi mampu menyulap tempat pribadinya menjadi sebuah kamar medis, yang sekarang menjadi tempat paling aman untuk Sora.

Yoongi memperhatikan nafas Sora yang lebih teratur dari sebelumnya, lebih teratur dibanding saat dia baru saja terkena tembakan. Perasaan Yoongi semakin tak karuan membayangkan saat tersiksa Sora karena ayah kandungnya, jika saja Yoongi jauh lebih cepat datang maka hal ini tidak akan terjadi.

Kini, tangan pucat Sora diraihnya perlahan, miris sekali melihat tangan gadisnya jauh lebih pucat dibandingkan dengan tangannya. Ingin menangis, namun masih ingat dengan harga dirinya.

Tangan lemah itu dia letakkan diatas perut Sora, tangan Yoongi pun ikut merasakan gerakan naik turun tanda Sora masih bernafas. Tapi, bukan hanya itu yang dia rasakan. Seperti ada sebuah perasaan hangat ketika mengusap samar perut Sora, dia bisa merasakan ada satu nyawa didalam sana, walaupun belum ada detakan terasa tetap saja Yoongi bisa merasakannya.

The King & The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang