05

1.5K 106 1
                                    

Shani menghantarkan gracia pulang, dia yakin jika orang tua gracia pasti cemas apa lagi gracia tidak membawa apa pun bersama dengannya..

Sampai rumah gracia mendapatkan pelukan erat dari veranda "hahh.. Bunda khawatir, kenapa sih harus kabur gitu? Kenapa engga cerita sama bunda"

"Udah ajak anaknya masuk dulu"ucap arya

"Ya udah tante om gracia.. Shani pamit pulang.. Sampai jumpa ge"ketika shani akan pergi gracia menahannya

"Engga kamu kan pertama kalinya kerumah aku jadi kamu engga boleh pulang capat.. Kemarin kamu udah jamu aku dengan baik, sekarang giliran aku.. Lagian sekolah liburkan"

"Iya shan.. Jangan buru-buru masuk aja dulu"ucap ve

Shani tidak bisa menolak, dia pun meminta supir pulang duluan dan dia pun mulai menginjakan kakinya dirumah gracia..

Pertama kalinya yang shani lihat dirumah gracia adalah foto keluarga yang cukup besar diruang tamu.. Memasuki ruang tengah terlihat foto gadis cantik yang mirip dengannya dan dia yakini jika itu maminya gracia..

"Sama persiskan"ucap gracia

Shani hanya tersenyum, gracia mengajak shani kembali melihat beberapa foto-foto maminya diruangan khusus yang dulunya ruang perpustakaan kini menjadi tempat menenangkan diri..

Diruangan itu banyak sekali foto mendiang maminya gracia, shani seperti memasuki ke ruang memori masa lalu.. Dia seperti melihat dirinya ada dimasa lalu..

"Aku benarkan jika mami itu mirip kamu banget.. Kenapa aku selalu mengatakan kamu seperti mami terus dan lihat ini kenyataannya "gracia memang menunjukan foto-foto maminya yang begitu banyak

"Ruangan ini sengaja opah buat untuk mengenang atau rindu mami.. Apa lagi mami itu anak paling kecil tapi paling mandiri"

Shani mendekati satu foto yang membuatnya masuk kedalam zaman itu.. Foto dimana papinya shani dulu memfoto shani ketika terbaring sakit walaupun sedang dalam keadaan hamil besar..

Air mata shani tiba-tiba jatuh, gracia yang melihat hanya diam dan membiarkan shani melihat moment berharga..

"Ibu yang luar biasa hiks.. "Isak shani

Gracia merangkul shani"ya.. Tampanya aku aku tidak bisa ada disini.. Mami berjuang untuk mempertahankan aku walaupun dia sedang menderita penyakit yang serius.. Kata bunda mami itu sangat kuat, mami bisa bertahan selama 9 bulan tampa minum obat demi aku.. "

Gracia kini hanyut dalam sedihnya.. Shani memeluk sahabatnya "mami kamu jika lihat kamu sekarang.. Beliau akan bangga melihat kamu tumbuh menjadi anak yang diimpikannya, aku yakin harapan seorang ibu tidak lain tidak bukan inginkan anaknya selalu bahagia "

Dari luar ve melihat pemandangan Indah itu.. Mereka memang seumur tapi ve merasa jika adiknyalah yang kini memeluk gracia..

Setelah bersedih-sedih kini waktunya mereka sarapan.. Gracia menarik shani kemeja makan dan meminta shani duduk dibangku yang sering maminya duduki..

"Ge.. Aku duduk dekat kamu aja ya"

"Engga.. Duduklah disitu"

Mana bisa menolak permintaan sahabatnya tapi dia jadi canggung karna di sampingnya ada daddynya gracia.. Gracia cukup bahagia karna dia merasa keluarganya kembali utuh..

"Uhuk.. Uhuk.. "Alvin tiba-tiba batuk dan spontan shani memberikan air putih

Alvin melihat shani dengan dalam.. Mungkin inilah yang gracia rasa dekat dengan shani.. Dia memang merasakan istrinya hadir..

"Om minumlah.. "

"Terima kasih"alvin menerima gelasnya dan meminum airnya

Gracia hanya senyum-senyum melihat isteraksi daddy dan shani.. Ve mulai paham niat gracia dengan mendekatkan Shani pada daddynya..

"Shan ayok ambil lagi makanannya.. " ve menunjukan makanan pedas didepannya

"Bunda.. Shani itu tidak bisa makan pedas"informasi dari gracia

Ve terkejut karna dulu adiknya pun tidak menyukai pedas"uhmm.. "

"Aku lihat kamu didekat daddy seperti aku lihat mami daddy menjadi satu.. "

"Uhuk.. "Alvin kembali tersendat, shani langsung menoleh

"Om tidak apa? "

"Ya.. "Alvin minum lagi

"Semirip apa pun aku.. Aku tidak bisa dibandingkan dengan wanita luat biasa seperti mami kamu"jawaban shani membuat alvin tersentuh

Sedang asik dimeja makan tiba shani merasa dadanya tiba-tiba sesak sekali..

"Ci.. Cici kenapa? "

"Uhuk.. UhuK"shani batuk-batuk

Gracia mengecek makanan shani dan ada remahan kacang"ini kan.. Ci.. Cici bawa obat engga.. "

"Ge kenapa? "Tanya ve

"Shani alergi kacang bun.. Di makanannya ada remahan kacang juga"

Merah-merah muncul dikulit putih bersih shani, "shan.. Maaf aku lupa bilang jika makanan yang kamu ada kacangnya.. "

Shani tiba-tiba sesak nafas.. "Bunda ini gimana? "

Alvin yang disamping shani langsung memangku shani ke kamarnya karna dikamar itu ada oksigen yang tersedia dan ada dilantai 1 juga.. Alvin dengan sigap langsung memasangkan tabung oksigen itu dia juga menghubungi dokter..

Gracia yang panik melihat shani hanya memeluk ve dengan takut..

Sekitar 15 menit dokter keluarga datang, dokter sempat terkejut juga melihat wajah shani tapi ketika ve menjelaskan barulan dokter memeriksa shani..

"Sesuai dengan kemiripan wajahnya.. Adek ini memiliki alergi yang sama dengan mendiang non shani"ucap dokter

"Saya sudah menyuntikkan obat.. Mungkin dia akan istirahat.. Tapi jika belum ada perubahan tolong segera bawa kerumah sakit"

"Baik dok.. "Ucap ve

Gracia langsung memeluk shani "maaf ci.. "

"Tidak apa ge.. Aku sudah mendingan" shani cukup lemah

Melihat kedekatan anaknya dengan shani, sifatnya, ketidak sukaannya dengan sambal, alerginya.. Alvin melihat mereka memang satu orang yang sama namun hidup dizaman yang berbeda

Bersambung

Hopes SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang