01. Tahun ajaran baru

1.3K 113 37
                                    

Tahun ajaran baru, 2022.

"Ini hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang dan kalian telat?!"

Jeno mendengus pelan. Pemandangan anggota osis yang sedang berteriak marah pada semua murid yang tengah dibariskan di tengah lapangan karena datang terlambat atau karena atribut yang tidak lengkap itu benar-benar membuat Jeno merasa muak.

"Harus banget gitu teriak-teriak di depan muka?! Hujan lokal anjing."

Jeno di tempatnya melirik ke arah Renja yang berdiri tepat di sampingnya, mengangguk setuju.  Sama-sama tak suka pada sikap sok anggota osis itu.

"Lo anak kelas sepuluh kan?"

Jeno melihat anak perempuan yang berdiri paling depan itu mengangguk pelan atas pertanyaan yang ditujukan kepadanya oleh seorang anak osis bertampang sok garang.

"Jawab iya kek, gak bisu kan lo?!"

"Iya kak, maaf."

"Lo telat di hari pertama lo masuk sekolah?! Astaga Tuhan."

"Enggak kak saya gak telat."

"Enggak telat sih, tapi lupa gak pake dasi— sama aja!!"

Jeno berdecih pelan entah untuk yang keberapa kali sejak dia berdiri di sana. Sungguhan tidak suka melihat tampang songong cewek beralmamater osis itu.

"Ada lagi gak anak kelas sepuluh yang telat atau gak pake atribut lengkap?"

Sepi, tidak ada yang mengangkat tangannya.

Osis itu melipat kedua tangannya di depan dada lantas melempar tatapan penuh intimidasi ke satu-satunya anak kelas sepuluh disana. "See? Lo doang yang udah melanggar peraturan di hari pertama masuk sekolah! Mau jadi sok jagoan hm?! Lo pikir lo keren?! Dasar suram."

"Muka lo tuh yang suram!"

Mereka semua yang ada di sana tersentak kaget lantas secepat kilat menoleh ke arah sumber kalimat tajam penuh rasa dengki itu berasal; Jeno.

"Apa maksud lo?!" Tanya salah satu anggota osis yang berada di sana.

"Gua gak ngomong sama lo, Jemian!" sahut Jeno ketus lantas mengalihkan  pandangannya ke arah osis-osis cewek yang keliatan syok dengan omongan Jeno barusan. "Kalau ngomong di jaga dong, gak malu sama almamater lo?!"

Cewek-cewek itu membeku buat beberapa saat, diam diam saling lirik menyalahkan satu sama lain. Niat hati sih ingin kelihatan keren eh malah kena bentak.

Jeno mendengus pelan melihatnya, dari tempatnya berdiri sekarang Jeno bisa melihat anak kelas sepuluh itu cuma bisa menunduk. Wajahnya agak pucat entah kenapa. Mungkin saja karena mereka sudah di jemur dalam waktu yang cukup lama atau mungkin juga karena cewek ini belum sempat sarapan sebelum berangkat sekolah.

"Apa yang Jeno bilang bener, kalian gak pantes ngomong kaya gitu apalagi ke murid baru yang jelas jelas namanya masuk sepuluh besar nilai tertinggi di angkatannya— "

Jeno menatap osis cewek yang menjeda sebentar kalimatnya, merasa lega melihat mantannya di kelas sepuluh itu tidak ikut ikutan jadi sok berkuasa seperti temen temen osisnya yang lain.

"Sekarang kalian minta maaf deh ke dia," lanjut cewek itu, nada bicaranya memerintah dan enggan di bantah.

"Apa apaan sih lo Rin?!" protes salah seorang anak osis yang merasa harga dirinya terluka.

"Minta maaf sekarang!" Sahut Karina dengan suaranya yang naik beberapa oktaf. Osis cewek itu dibuat menciut seketika, tak berani membantah mengingat jabatan Karina yang lebih tinggi. Maka dengan amat sangat terpaksa dan terkesan ogah-ogahan, cewek-cewek itu pada akhirnya melakukan apa yang Karina perintahkan—meminta maaf sementara anak kelas sepuluh itu hanya balas mengangguk sungkan sebagai jawaban.

SympathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang