05. Fisika dan surabi

537 90 19
                                    

"Fix banget gua penasaran sama rupanya si Sea Sea itu."

Lia yang tengah asik mengunyah cilok kang Eman yang dibeli dengan penuh perjuangan oleh dirinya dan teman satu club broadcastnya alias kak Juna langsung menoleh ke arah Una begitu mendengar nama yang tak asing ditelinganya itu disebut sebut.

"Sea?Anak kelas sepuluh kan?"

Una mengangguk semangat, "Kok tau?"

"Tau lah, itu tuh cemcemannya si Jeno."

"Emang iya?!" sahut Una heboh membuat Juna hampir tersedak cilok dibuatnya.

Lia mengangkat bahu, dia hanya menebak saja sebetulnya, "Emang kenapa Na?" tanyanya.

"Ini..." Una pindah duduk di samping Lia, menunjukkan layar ponselnya, "Hampir tiap hari selalu ada yang titip pesan sama request lagu buat si Sea Sea ini. Sea jangan lupa makan lah, Sea pulangnya hati-hati lah, Sea ini Sea itu— secantik apa sih dia?"

Juna terkekeh, menelan cilok terakhirnya sebelum berujar. "Iri lo?"

Una berdecak pelan, menatap Juna sebal. "Enggak ya!"

"Ngomong-ngomong lo lagi deket sama si Hafiz Hafiz itu ya?"

"Iya," Lia yang menyahut, menyela Una yang hendak mengelak. Begitu saja pembicaraan soal Sea terlupakamn.

"Yang anak basket itu kan ya? Yang agak coklat itu?"

"Iya."

"Udah jadi?"

"Belum, pdkt terus, pdkt terus sampe mampus— aduh!!"

Juna meringis pelan kala kepalan tangan Una mendarat di kepala Lia tanpa belas kasihan, bersungut-sungut, melipat kedua tangan di depan dada sambil membanting punggungnya bersandar pada punggung sofa yang memang ada di ruang broadcast.

"Lo sendiri Li— udah move on?"

"Move on apaan deh kak, jadian aja enggak— upss!!" kali ini Una yang menyahut, menatap Lia puas.

Ting!!

Belum sempat merespon ucapan Una, sebuah pesan dari seseorang yang amat sangat dihindarinya masuk.

Pak Ugang

Tugas punya IPA 3 dimana ya?

Belum mengumpulkan?

Lia mendengus, merutuki Bagas dan segala omong kosongnya.

"Tenang Li kali ini gua kok yang ngumpulin," begitu katanya tadi waktu Lia bersiap pergi ke ruang broadcast. Bullshit! Lia muak rasanya punya ketua yang tak berguna macam Bagas.

Pak Ugang

Ingat ya waktunya sampai 12.45

Terlambat tugas kalian tidak saya terima

Lia

Baik pak

"Loh Li mau kemana?" tanya Juna begitu Lia tiba-tiba beranjak dari posisi duduknya, sedikit panik mengira adik kelasnya itu marah akibat pertanyaannya barusan.

"Gua ke kelas duluan."

"Ini cilok lo masih banyak."

Lia menatap kakak kelasnya malas. "Abisin aja kak, dah ya gua duluan. Bye!"

SympathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang