10. Sore di seberang gedung sekolah

526 89 13
                                    

Andai saja Lia dan Juna tak berpapasan dengan Pak Juhdi saat hendak menuju ke parkiran, mungkin Lia sudah tiba di rumah dan bermalas-malasan saat ini, bukan duduk di pos satpam menunggu Juna selesai membantu Pak Juhdi mengurusi bola-bola. Tapi mau bagaimana lagi, Juna tak mungkin menolak permintaan tolong dari Pak Juhdi, Lia juga kelewat malas pulang sendiri naik ojek online atau bus. Maka di sanalah dia, duduk dan menunggu dengan sabar.

Lantas lima belas menit kemudian,
sebuah pesan masuk, Lia pikir itu chat dari Juna , tapi dirinya malah dibikin mengerutkan alis waktu mendapati yang mengirim pesan padanya adalah Jenovan yang sudah dua hari tak nampak di kelas. Katanya sih di skors gara-gara masalah waktu itu dan jujur saja, Lia sedikit merasa tak enak karenanya.

Gua tunggu di gerbang

Begitu isi chat dari Jeno,
Lia tak berpikir macam-macam, langsung membalas;

Gerbang mana?

Gerbang rumah lo? Hahaha

Lucu

Gerbang sekolah lah

Jangan bilang lo lupa?!!

Gak jelas banget lo

Lo lupa?

Lupa apaan sih?!

Gua kan udah bilang

Bawa jaket gua

Nanti gua ambil pas pulang sekolah

Hah?

Kapan lo bilang begitu?

Dah ah buruan ke sini

Gua di gerbang

Sumpah demi semua hutang dia ke kak Jisa yang terhitung dan tidak terhitung, Lia tak ingat sama sekali kapan Jeno bilang begitu. Lia tau sih, kemungkinan besar Jeno cuman kelewat bosan saja di rumah makanya dia memutuskan untuk ngeprank Lia, tapi entah kenapa tungkainya malah dengan sukarela melangkah menuju ke tempat yang Jeno bilang hanya buat berakhir mendengus kasar sambil menahan diri untuk tak memaki-maki Jeno detik itu juga karena tak mendapati presensi cowok itu di sana.

"Liandra!!"

Oh?!

Lia meringis, menyatukan kedua tangannya guna meminta maaf pada Tuhan karena sudah berburuk sangka. Ternyata Jeno ada di seberang jalan.

Hati-hati nyebrangnya

Lia mendengus lagi membaca pesan terbaru dari Jeno. Kenapa gak lo aja yang ke sini?! Balasnya cepat.

Males.

Dah buruan.

Duh, Lia kesal, tapi kakinya tanpa bisa di tahan malah melangkah guna menghampiri Jeno yang duduk di atas motor mamanya yang tempo hari dipakai ke sekolah.

"Kalem dong, sepet amat muka lo."

Lia berdecih tak peduli, menatap Jeno sengit. "Ngapain lo di sini?"

"Tadinya sih mau ambil jaket, tapi lo lupa, yaudah gak jadi."

"Lo gak bilang."

Jeno mengangkat bahu,"Seinget gua sih udah."

"Ngaco banget."

"A bantuan! Hese bawanya ini, buruan!"

Jeno dan Lia sontak memalingkan wajah ke sumber suara. Berbeda dengan Lia yang menyipitkan mata memperhatikan objeknya lamat-lamat, Jeno malah beranjak turun dari motor dan berjalan menghampiri laki-laki lain yang berdiri di dekat gerobak cilok kang Eman sembari menggendong seorang anak kecil, terlihat kerepotan ketika harus memegangi bungkus plastik berisi cilok dan menggendong anak itu sekaligus.

SympathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang