"Dek, mau?"Kintan melirik sebentar ke Jungmo yang menyodorkan pisang coklatnya, setelah itu menggeleng.
"Beneran?" tanya Jungmo sekali lagi.
"Iya."
Sambil tersenyum kegirangan, Jungmo berjalan ke kamarnya. Meninggalkan Kintan yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponselnya.
Asyik mengescroll ig, Kintan menemukan postingan dari Mahiro yang ia post sehari yang lalu.
Isi dari postingan tersebut adalah fotonya bersama anak futsal yang lain. Kebetulan tim futsal sekolahnya minggu kemarin memenangkan lomba di luar kota.
Fokusnya langsung ke piala yang berada di tengah. Oh bukan, lebih tepatnya ke orang yang membawa piala itu. Entahlah, dia gak tau juga kenapa jadi langsung fokus kesana.
Disana terlihat Sungchan membawa pialanya sambil tersenyum kearah kamera. Pundaknya juga di rangkul oleh Pak Changwook dari samping.
Ngomong-ngomong soal Sungchan, dia jadi kepikiran omongannya Samuel tadi.
Kintan jadi mikir, masa iya Sungchan mau ngajak kenalan dia? Tapi kalau di pikir-pikir lagi, kayaknya gak mungkin.
Tapi tunggu, kok dia jadi seneng juga ya? Ah, dia jadi pusing sendiri.
Tanpa sadar dia ngeezoom fotonya kearah
Sungchan. "Asyik banget ngelihatin fotonya."Tersentak, Kintan langsung mematikan hpnya lalu menoleh kebelakang. Menemukan Jungmo yang tengah melirik ke layar ponselnya.
Kintan menghela napas. "Lo ngapain sih Jungmo? Gue kaget!" serunya sambil menatap sinis ke arah sepupunya. Kaget plus panik banget dia kepergok ngepoin foto orang.
"Ngintip ya lo?" lanjutnya.
"Dih siapa yang ngintip? Gue gak sengaja lihat," Jungmo berjalan lalu duduk di sebelahnya.
Memutar posisi duduknya, Jungmo menatap Kintan. "Lo suka Sungchan Dek?"
Kinta mendelik. "Apaan sih kok main nuduh-nuduh?" Serius, Jungmo random banget tiba-tiba nanyain itu.
"Terus ngapain tadi pake ngezoom-ngezoom segala?"
Gak menjawab, Kintan langsung fokus kembali ke hpnya. Menghiraukan Jungmo yang tengah menatapnya.
Kintan juga gak ada niatan buat jawab pertanyaannya Jungmo. Males.
"Dek, lo bisu ya?" celetuk Jungmo kesal.
"Apa sih?"
"Lo suka Sungchan gak?"
Kintan mendecak. "Kalau iya kenapa? Kalau enggak kenapa?"
"Ck, gue serius."
"Gue juga serius."
Jungmo menghela napas. "Lo suka apa enggak?"
"Emang kenapa sih?" ujar Kintan kesal. Emang apa urusannya Jungmo kalau dia suka atau nggak? Heran.
"Gue gak suka Sungchan." finalnya.
Jungmo menghela napas. "Bagus deh."
Kintan mengerutkan dahinya. Menatap Jungmo dengan tatapan gak mengerti. "Bagus apanya?"
Jungmo diem lalu tersenyum jahil. "Ya soalnya mana mau dia sama cewek gak jelas kaya lo."
"Anjing!"
Mendengar umpatan dari Kintan, Jungmo langsung terbahak. Gak tau dimana letak lucunya tapi dia ketawa aja.
Serius, kalau misal Kintan kaya, dia mau ngelemparin Jungmo sama hpnya sekarang juga. Tapi sayangnya, dia gak mampu buat beli yang baru.
Kintan cuma mendengus. Banyak bersabar aja kalau sama Jungmo.
ㅡBetween usㅡ
"Yur cepetan dong, dua menit lagi gue mau masuk pelajaran."
Kintan ngehentakin kakinya panik. Yuri, anak kelas sebelah sekaligus teman yang lumayan dekat sama dia lagi nyalin tugas fisikanya.
Kebetulan hari ini kelasnya Yuri sama Kintan ada jadwal mapel fisika. Dan gurunya sama-sama Bu Irene.
Gak tau kenapa Yuri harus jauh-jauh nyari dia buat nyalin tugas. Padahal anak kelasnya juga ada.
"Kalau gue telat masuk kelas, gue nyalahin lo ke Bu Irene ya!" ancamnya. "Ck, iya-iya."
Sedetik setelahnya, bel pelajaran ke empat berbunyi. Dua cewek itu langsung melotot kaget dan panik.
"Tuh kan anjir udah mulai! Gue harus gimana? Ah lo mah Yur." Kintan menghela napas gusar. Dia jadi bertambah panik. Mengingat guru fisikanya itu gak pernah datang telat ke kelas, selalu awal.
Mendecak sebal, Kintan langsung menarik pelan tangan gadis yang ada di depannya. "Lo ikut gue. Nanti lo yang jelasin,"
"Habis dari mana?" tanya Bu Irene lalu melirik ke arah Yuri. "Kamu bukan anak kelas ini kan? "
Kintan mengulum bibirnya panik. Serius, dia jadi mati kaku sekarang. Mau ngomong sesuatu tapi susah.
"Kamar mandi Bu, maaf saya terlambat,"
"Kenapa gak cepat-cepat kesini? Pasti kalian tau kan kalau bel pelajaran bunyi jam berapa? Saya juga barusan dari kamar mandi siswa tapi tidak ada kalian, sepi."
Kintan dan yuri menggigit bibir bawahnya cemas. Ahhh, Kintan jadi kesal sama dirinya sendiri kenapa harus bohong.
"Yuri, kamu pelajara apa?"
"Sejarah bu,"
"Pak heechul?" Yuri menganguk.
"Masuk ke kelas kamu." perintah Bu Irene dan langsung di anguki oleh Yuri. Sebelum benar-benar keluar, ia sempat melirik ke Kintan sambil bergumam "Maaf."
Kintan gak bergeming. Dalam hati dia pasrah. Entahlah, dia gak tau habis ini dia mau diapain.
"Kamu berdiri di luar!"
Tanpa babibu, cewek itu langsung melangkahkan kakinya keluar, dan berdiri di balik pintu.
Kinta mendesah kesal. Serius, dia capek.
Melihat sekitar, Kintan langsung berjongkok, guna mengurangi rasa pegalnya.
Agak takut sebenarnya ketahuan. Tapi dia memang beneran capek.
Suara hentakan kaki memenuhi telinganya, dua orang siswa berjalan mendekat dari arah utara.
Kintan bisa melihat jelas itu Sungchan bersama seorang gadis. Gak lain adalah Minjoo.
Dua orang itu berjalan sambil membawa setumpuk buku ditangan masing-masing, lalu masuk ke dalam kelasnya.
Mungkin disuruh Bu Irene. Itu pikirnya.
"Enak ya jongkok?"
Kintan terperanjat begitu suara itu masuk kedalam telinganya. Berdiri dan menatap dua mata yang juga tengah menatapnya horror.
Dia terdiam. Kembali pasrah kalau misal hukumannya ditambah.
"Lari kelapangan tiga kali!"
Suara itu memang datar, tapi masih kedengaran horrorr di indranya.
"Untung kamu bilang. Kalau gak pasti saya gak tau. Sudah kalian boleh kembali ke kelas kalian ya. Terimakasih bantuannya."
Kintan menghentikan langkahnya, menatap sebal ke cowok jangkung itu. Entahlah apa motif cowok itu ngadu. Yang jelas, itu ngeselin banget.
"Dasar cowok cepu." gumamnya lalu berlari ke tengah lapangan.
ㅡBetween usㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ; Sungchan
Fanfiction[TAHAP REVISI] ft. jung sungchan ❝Mau minta tolong, mau gak beliin saya pembalut di koprasi? ❞ [non baku] © mccanaa ㅡ 2020