Kintan menghembuskan napasnya beberapa kali. Netranya memandang lurus kearah depan. Masih dua putaran lagi. Itu monolognya.Hendak melangkahkan kakinya kembali, dia langsung berhenti, menoleh ke perempuan yang baru saja memanggilnya.
"Kenapa Bu?" tanyanya kala guru fisikanya itu berjalan mendekat. "Kamu berhenti lari ya,"
"Masih ada dua putaran." lanjut Kintan. Dia agak bingung gurunya ini tiba-tiba nyuruh dia berhenti lari. Padahal baru aja dia ngelakuin hukumannya.
"Kamu lagi sakit kan?"
"Gausah dilanjutin gak papa." lanjut Bu Irene sambil menatap khawatir gadis di depannya itu.
Cewek itu masih menyatukan alisnya bingung. Gak tau kenapa gurunya ini ngeklaim kalau dia sakit.
Memang dia kelihat lagu gaenak badang?
Belum juga bertanya, Bu Irene sudah dahulu menjelasakan. "Tadi Sungchan bilang, kamu jongkok sambil ngerintih sakit perut. Sekarang ke uks saja ya?"
Kintan diam. Masih mencerna perkataan guru fisikanya barusan. Serius, dia kaget plus bingung banget.
Gak tau tujuan cowok itu bilang dia sakit apa. Perasaan dia gak ngerintih sakit sama sekali.
Belum juga bicara, badannya sudah dulu di bawa guru fisikanya ke uks. Di sepanjang jalan, dia cuma diem aja sambil ngerutin dahi bingung. Persis orang kagok.
"Kamu istirahat disini. Ibu kembali ke kelas dulu ya, nanti kalau butuh apa-apa bisa telpon." Kintan menganguk dan langsung merebahkan badannya di kasur setelah melihat badan gurunya menjauh.
"Nikmat banget ternyata ya," ucapnya. Dia dari pertama kali masuk sekolah ini, belum pernah ngerasaain tidur di kasur uks. Syukur, memang dia orangnya jarang sakit.
Lima menit, dia cuma tiduran sambil menatap keatas. Gabut. Gak ada kerjaan.
Sesekali dia mikir, kenapa Sungchan bilang itu ke Bu Irene. Jadi galau banget, mau marah atau bilang terimakasih.
Karena cowok itu, dia dihukum, karena cowok itu juga dia bebas dari hukuman.
Fokusnya buyar karena mendengar pintu dibuka. Menampakkan gadis yang sekarang tengah menatapnya khawatir.
"Lo ngapain kesini sih?" ucap Kintan ke cewek itu.
"Oh anjing ya lo, gue temenin malah gak bilang makasih!"
Kintan hanya menyengir. "Iya makasih, cuma bercanda doang,"
"Lo gak dimarahin Bu Irene kesini?"
Chaeryeong menggeleng. "Gue malah yang disuruh kesini." jawabnya sambil fokus melihat-lihat sudut uks. "Gak papa emang? Nanti lo ketinggalan pelajaran."
Chaeryeong membalikkan badannya lalu duduk di kursi sebelah kasur. "Gak ah males, mau sesekali bolos."
"Lo sakit apa? Kok tiba-tiba banget?"
Kintan diam, lalu menggeleng. "Gak sakit apa-apa."
Chaeryeong mengernyit. "Hahh? Tapi kok lo bisa kesini sih?"
"Lo bohong ya?" Chaeryeong memincingkan matanya. "Ketauan Bu Irene kapok lo ya!"
Kintan diam. Dia gak tau juga kalau nanti ketahuan bohong dia bakal gimana. Tapi kayaknya gak mungkin kalau ketahuan.
"Chaer,"
"Apa? Mau makan?" Chaeryeong yang sibuk ngotak-ngatik kotak P3K jadi menoleh.
Kintan menggeleng. "Bukan, gue mau nanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us ; Sungchan
Fanfiction[TAHAP REVISI] ft. jung sungchan ❝Mau minta tolong, mau gak beliin saya pembalut di koprasi? ❞ [non baku] © mccanaa ㅡ 2020