4 ¦ Semoga Tidak Berubah

380 68 0
                                    

WARNING!

Cerita ini fiksi/tidak nyata, jadi jangan terlalu diseriusin ya...

Terimakasih 😉

------------------------------------

"suka banget ngurusin hidup orang, hidup sendiri aja belum tentu bener"

- Arisha

(^o^)

Bila terhitung, kini sudah tepat satu minggu Kaisar duduk di jok belakang gadis ini. Sesuai perjanjian awal, yaitu hingga Kaisar benar-benar pulih.

Arisha sendiri sebenarnya enggan jika harus melakukan ini. Tapi, yang membuat kesepakatan ini bukan Kaisar sendiri. Justru kedua orang tua lelaki itu. So, mau nggak mau ya harus dituruti daripada kena amuk.

"Lo kapan sehatnya sih?" desis Arisha saat Kaisar memberikan helm kepada nya. "Gua jadi nggak bisa telat kalo nebengin lo!"

"Sekarang gua tanya ke elo..." ini bukan terpotong lagi, tetapi Kaisar memang sedang menghela nafas, "Yang buat perjanjian sama lo sapa?"

"Bunda lo!"

"Ya lo tanya bun-"

"Tapi kan yang punya badan kan elo! Jadi yang tau udat sehat apa belum ya elo lah" potong Arisha cepat yang membuat Kaisar geram.

"Ya gua kag-"

"Lo mau ngomong kagak tau, hah? Yang punya badan elo!"

Baru saja akan membuka mulut lagi, Tyca keluar dengan senyum yang sumringah. Tentu itu membuat Kaisar menurunkan niatnya untuk membalas ucapan Arisha.

Kali ini, lagi dan lagi Arisha lah yang menang dalam adu mulut ini.

"Kamu udah nggak mau nganterin Kaisar lagi?" tanya Tyca dengan lembut sambil mengeluarkan senyum yang seakan-akan menggoda Arisha.

"Nggak gitu tan, kalo sama Kaisar... aku nggak bisa ngebut"

"HEH, LO NGEBUT YA SETIAP HARI!"

"NGEBUT DARIMANA? GUA BAWA MOTOR CEPET, BUKAN NGEBUT!"

"APA BED-"

"DIEM! Kenapa sih kalian itu kalo ketemu isinya perang dunia mulu?" potong Tyca cepat-cepat sebelum perang mulut antar Kaisar dan Arisha tidak membuat telinganya sakit.

"Maaf tan, si Kaisar tuh yang mulai duluan!"

"Enak aj-"

"Kaisar! Sama cewek harus ngalah!"

Ucapan pemotong dari Hadev yang tiba-tiba datang membuat lelaki pecinta bubble tea itu cemberut. Kadang dia suka bingung.

Yang anaknya itu dia atau Arisha. Sejak gadis ini menumpanginya pulang pergi sekolah, bunda atau tidak ayahnya selalu siap di depan. Dan tentu saja itu untuk menyambut Arisha bukan dirinya.

"Kayaknya si Kaisar udah sehat kok, Sha!" ungkap Tyca dengan senyum lembut. Hal itu pun juga menerbitkan senyum manis Arisha.

"Beneran tan? Kalau begitu besok aku aku nggak usah jemput-jemput Kaisar kan?"

Wanita paruh baya itu mengangguk tulus. Gadis di hadapan nya ini sudah seperti putrinya sendiri. Begitupun yang dirasakan Hadev.

"Tapi kamu sering-sering mampir loh ya!" sahut Hadev cepat-cepat.

𝐊𝐀𝐈𝐒𝐀𝐑 [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang