Cerita ini hanya fiksi dan semua yang ada di dalamnya adalah imajinasi penulis
----------------------------------
“sesulit apapun hidup tak akan berubah karena kau tak ingin ada perubahan“
⛅
Bensin motor habis. Uang jajan nggak ada. Ini tadi dia berangkat pake ngerayu abangnya. Yup, mungkin hari ini bukan harinya Arisha.
Semalam Ardiaz mengancam jika besok ia membolos di ruang olahraga, maka tak ada uang jajan lagi untuknya. Alhasil, sekarang gadis itu sedang memaksa matanya untuk terus terjaga. Memperhatikan guru.
"Arisha kamu baik-baik saja?"
Gadis itu hampir terjatuh jika gurunya tidak bertanya. Dengan kikuk ia tersenyum hambar. Menganggukkan kepala, seakan mengucapkan jika ia baik-baik saja. Mungkin.
Ding... Dong... Ding... Dong...
Bel istirahat menyelamatkan Arisha. Dengan segera ia meletakkan kepala diatas lipatan tangan. Sesegera mungkin ia pergi dari alam bawah sadar.
"Arisha di kelas?"
Seseorang masuk dengan senyum khas. Lelaki itu tampak sekali tertarik dengan Arisha. Siswi yang ditanya olehnya pun bisa dengan jelas merasakan aura itu.
"Hai, lo nggak ngantin?"
Hening. Tak ada sahutan dari gadis ini. Sepertinya ia sudah tak bisa diganggu.
"Ngapain lo disini?"
Itu orang lain. Orang yang tak terima dengan kehadiran lelaki ini. Aura dingin yang biasa ia bawa langsung menyebar ke sudut-sudut kelas.
Kaisar. Dia lelaki yang baru datang. Dan Emrick adalah lelaki yang pertama datang serta menyerukan ajakan ke kantin.
Saat ini keduanya bertatapan sengit. Merasa jika mereka tak akan mengalah satu sama lain. Disaat itu juga, Arisha bangun.
Matanya masih buram khas-khas orang bangun tidur. "Sar, gua laper"
"Kantin yuk ama gua!" Ini bukan Kaisar yang menjawab. Tapi Emrick. Arisha mengernyit. Tak mengenali lelaki ini. Dan merasa tak akrab dengan dia.
"Tapi kan, gua ngajaknya Kaisar"
"Kita pergi aja yuk dari sini"
Kaisar sengaja langsung menarik tangan Arisha untuk segera pergi dari Emrick. Lelaki bagaimana? Tentu saja ia kesal saat ini.
⛅
"Kaisar, kepala gua pusing"
"Pusing kenapa? Lo sakit?"
"Kan gua baru bangun"
"Aduh pasti gegara gua tarik tadi ya?"
"Iyalah"
Arisha berjalan lesu menuju ruang olahraga. Fyi, ruang olahraga yang biasanya dikunjungi Arisha tuh deket banget sama kantin.
"Katanya lo laper"
"Nggak jadi, abang gua narik uang saku gua hari ini"
"Gua jajanin deh"
"Big no!"
Kaisar yang memilih mengekori gadis itu daripada ke kantin pun ikut bermain basket dengannya. Lelaki itu tampak menemukan kenyamanan jika bersama Arisha.
Bagi Kaisar, gadis ini adalah energinya. Mungkin ia sudah jatuh ke dalam pesona Arisha. Tapi, ia juga belum pasti dengan apa yang ia rasakan saat ini.
"Huh, gua capek Sar"
"Hehehe... Sama" Kaisar ikut membaringkan tubuhnya di samping Arisha. Tak lama ia ingat, "Ikut gua beli minuman ion yuk!"
Baru saja ingin menolak, lelaki ini sudah menarik tangannya ke kantin. Suasana tempat ini tidak se sepi tadi. Sekarang sudah ramai.
Karena keadaan yang berdesakan, Kaisar menarik pundak Arisha dan membuat nya aman disampingnya.
Sementara itu, secara spontan pula jantung Arisha berdegup kencang. Tak terkendali. "Harus gini banget ya Sar?"
"Biar lo nggak kesamber orang"
Adegan romantis itu disaksikan beberapa penggemar Kaisar. Tak tertinggal pula Denita. Ia sudah meremas botol plastik di tangannya.
"HEH CEWEK BASKET!"
Jangan tanya suara siapa. Yang sedari tadi sudah memanas hanya Denita. Sekarang ia jadi tontonan seisi kantin.
Bagaimana dengan Arisha?
.... Jawabannya, dia biasa aja dan tidak merasa dipanggil. Prinsip hidup gadis ini "jika dia memanggilku tidak menggunakan namaku, maka ia tidak memanggilku" dan itulah yang terjadi.
Tuk!
Botol remasannya ia lempar ke Arisha dengan sengaja. Dengan kepribadian yang mudah terbawa emosi, gadis ini langsung menatap Denita tajam.
"Punya nyali berapa lo ngelempar gua?"
Denita yang tidak merasa terancam maju dengan percaya diri. Tatapan matanya pun tak kalah sengit dari Arisha. Di dekat sana, Karsa sudah was-was dengan apa yang akan dilakukan Denita.
Tentu ia mengenal gadis itu lebih dari siapapun.
Berbeda dengan orang-orang. Kaisar merasa jika yang dalam berbahaya jika terjadi pertarungan adalah Denita. Menurutnya, Arisha bukan tipe gadis yang memiliki belas kasihan.
"Nyali gua? BANYAK!"
"Oh, banyak ya? Sini lo maju!!"
Kaisar mencegah gadis ini. Ia tak ingin jika Arisha terlibat masalah. Meski seisi kantin berfikir jika Denita yang berbahaya, lelaki ini justru berfikir sebaliknya.
⛅
Wooow... Denita ama Arisha bakal war di kantin nih? Atau gimana?
Ikutin terus ya ceritanya readers... Jangan lupa jejak bintang / vote ⭐ nya... Biar author lebih semangat nulisnyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐀𝐈𝐒𝐀𝐑 [end]
أدب المراهقين𝑵𝒂𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝑲𝒂𝒊𝒔𝒂𝒓 𝑺𝒂𝒎𝒖𝒅𝒓𝒂 𝑯𝒂𝒅𝒆𝒗, 𝒉𝒐𝒃𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒌𝒊𝒕𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒘𝒂 𝒅𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏. 𝑱𝒖𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 "𝑬�...