Fünf.

2.5K 324 6
                                    

Yeonjun dan Soobin kembali berjalan berdampingan di sepanjang jalan setapak menuju halte di pinggir jalan besar beberapa meter dari posisi mereka sekarang. Namun tidak seperti sore tadi, kali ini keduanya berjalan dalam diam, sibuk dalam pikirannya masing-masing. Yeonjun melirik dengan sudut matanya pada Soobin yang kini diam memandang ke depan dengan totebag di genggaman.

Soobin memandang jauh, teringat perkataan Eunbi yang masih terngiang di benaknya.

"Belum, Soobin. Takdir memang hal mutlak, tapi gak dengan perasaan. Kamu gak bisa dong nilai sesuatu hanya dari permukaan aja. Kalian baru sebentar bareng, terlalu cepet buat kamu untuk beranggapan."

Soobin menghembuskan napas pelan kemudian kembali menggeleng. "Kak, kamu gak ngerti."

"Karena ini bukan ceritaku. Bukan kuasaku untuk ngubah jalannya." Eunbi tersenyum hangat, tangannya terangkat untuk menyentuh lengan Soobin. "Aku tau aku bukan di posisi yang tepat untuk ngomong gini apalagi kita baru ketemu hari ini. Tapi Soobin? Saranku, biarin rasa itu ada, biarin ia tumbuh. Then let him know when you are sure yourself."

"Penny for your thoughts?" Lamunan Soobin pun pecah karena suara Yeonjun dan sebuah koin yang tiba-tiba muncul di depannya. Soobin menoleh dan berkedip cepat pada Yeonjun yang tertawa pelan sambil kembali memasukkan tangannya ke dalam coat. "Mikirin apa? Serius banget."

Soobin menggeleng pelan sebelum melempar senyum ke arah yang lebih tua. "Gak penting kok Kak."

"Kalo gak penting pasti gak akan kamu pikirin."

"Ah." Soobin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Bener juga."

"Cerita aja, kalo kamu mau. Aku dengerin."

"Bukannya gak mau, cuma memang gak perlu untuk diceritain aja, Kak. Sekedar pikiran-pikiran selintas aja."

Yeonjun menggumam, ia sebetulnya penasaran; mengingat bagaimana seriusnya raut muka Soobin beberapa saat yang lalu. Namun Yeonjun memilih untuk tidak menekan lebih lanjut. "Okay kalo gitu."

Mereka kembali diam, larut dalam pikiran masing-masing sebelum Soobin yang kali ini memecah keheningan ketika mereka sampai di halte bus.

"Kakak keberatan gak kalo kita pulang agak malem?"

"Kenapa?"

"Ada tempat yang mau aku tunjukkin ke Kakak."

Yeonjun tersenyum kemudian mengangguk. "Yuk."

🍀


Mereka lalu berhenti tiga halte lebih jauh dari apartemen mereka, kemudian menelusuri pedestrian menembus malam dan melewati orang-orang yang juga menikmati hari minggu malam seperti mereka. Totebag dengan isi kontainer plastik kosong terayun ringan ketika Soobin berjalan sambil menggoyangkan tangan, mencoba menghilangkan rasa dingin yang mulai terasa di ujung jari-jarinya.

Yeonjun bersiul pelan di sebelah Soobin sambil menoleh ke kiri dan ke kanan ke beberapa poster yang tergantung di sisi jalan yang mereka lewati. Yeonjun memang suka jalan-jalan namun ia jarang mengunjungi sisi kota ini karena hanya penuh dengan gedung perkantoran dan pemerintahan saja. Yeonjun melirik singkat ke arah Soobin. "Masih jauh?"

"Hmm, sedikit lagi Kak."

Yeonjun mengangguk. Kepalanya menunduk lalu matanya menangkap tangan Soobin yang tidak memegang totebag terlihat pucat dari biasanya. Yeonjun menimbang sebentar sebelum mengeluarkan tangannya dari saku coat dan menggapai milik Soobin. Yeonjun dapat merasakan Soobin menegang sesaat dengan kepala yang menoleh kaget ke arah tautan tangan mereka, sebelum pandangannya terangkat pada sisi wajah Yeonjun yang mencoba yang terlihat tidak acuh dengan melihat ke depan. Alih-alih melepaskan, Yeonjun semakin menggenggam tangan Soobin dan memasukkan tangan mereka ke dalam saku coatnya.

YEONBIN • THE SOULMATES' MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang