Siebenundzwanzig.

1.2K 144 29
                                    

Entah sudah berapa lama Yeonjun dan Soobin berada di posisi mereka saat ini. Soobin masih mendekap Yeonjun erat, meski kini tangisnya sudah mereda dan deru napasnya tak lagi tersengal. Suasana di sekitar mereka masih gelap, tampaknya listrik bisa saja padam sepanjang malam. Soobin masih merasakan tangan Yeonjun di punggungnya, menepuk lembut dengan ketukan teratur membuatnya mengantuk. Namun setiap kali kesadarannya mulai menghilang, Soobin kembali tersentak dan membuka matanya hanya untuk memejamkannya lagi lalu mengeratkan pelukannya.

Soobin tak ingin mimpi itu kembali. Mimpi buruk yang acap kali datang dan menolak pergi. Dan malam itu, mimpi tersebut terasa begitu nyata. Perasaan hampa yang dirasakannya beberapa saat yang lalu masih terpatri jelas dalam ingatan. Sekelilingnya yang gelap ketika ia membuka mata malah memperburuk suasana.

Soobin tak dapat membedakan mana mimpi dan kenyataan karena semua terasa sama menyakitkan. Soobin yang merasa hilang arah segera mengulurkan tangan untuk meraba sisi ranjang di sebelahnya, berharap menemukan Yeonjun yang selalu ada untuknya. Namun sisi itu terasa dingin, tanda bagian itu tak ditiduri cukup lama, membuat rasa panik mulai membuncah. Kenyataan bahwa Yeonjun tak ada disana semakin membuat segala ketakutannya kembali terasa nyata. Sekujur tubuhnya terasa lemas dan menegang secara bersamaan. Rasa panik yang sudah menyelubungi seluruh badan hingga akal sehatnya membuat dadanya sesak dan suara yang tertahan di tenggorokan.

Kak Yeonjun... dimana... Kak... please... kamu janji gak akan pergi.

"Hnggh!" Soobin kembali tersentak bangun, dengan sedetik kemudian mendengar suara Yeonjun tepat di telinganya mengucapkan kata-kata untuk menenangkannya. Soobin mendorong tubuhnya semakin dalam ke pelukan Yeonjun, meletakkan kepalanya di pundak pemuda itu kemudian menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher yang lebih tua.

"Soobin?" Suara lembut Yeonjun yang memanggilnya, menyapa indera pendengarannya namun Soobin terlalu lemas untuk menjawab.

"Mau tiduran aja?"

Soobin mengangguk pelan setelah diam cukup lama. Namun ia dengan segera mengeratkan pelukannya ketika merasakan Yeonjun menarik diri darinya. "Bentar, ini aku-"

"No, don't go," lirihnya. "Kamu udah janji. Kenapa mau pergi."

"Soobin, aku gak kemana-mana." Namun Yeonjun memilih tidak melanjutkan ucapannya. Ia hanya mengelus belakang kepala pemuda itu sebelum menunduk dan menempelkan hidungnya di pelipis yang lebih muda. Dengan perlahan ia bergeser untuk bersender di sandaran ranjang dengan Soobin yang masih berada di dalam rengkuhannya. Yeonjun berharap listrik cepat menyala agar paling tidak Soobin tak perlu berada dalam gelap lebih lama.



Yeonjun terbangun ketika merasakan Soobin menggeliat dan hendak menarik diri dari pelukannya. Ia mengerjapkan mata berusaha mengusir kantuk yang masih tersisa. Listrik ternyata telah menyala menyebabkan cahaya temaram lampu tidur memenuhi sekitar mereka. Yeonjun menghela napas sambil membenarkan posisi duduknya di senderan ranjang sebelum memfokuskan pandangannya pada Soobin yang kini duduk di depannya.

"Kamu oke?"

Yeonjun melihat Soobin mengangguk dan merasakan tangannya kembali digamit oleh pemuda itu. Dengan segera ia memegang dan menggenggam balik tangan Soobin. Yeonjun melirik jam di dinding yang masih menunjukkan pukul 2 pagi. Mereka masih memiliki beberapa jam untuk kembali tidur sebelum pagi menjelang. Yeonjun pun menggeser posisinya untuk berbaring dan menyuruh Soobin untuk melakukan hal yang sama. "Ayo tidur lagi."

Soobin hanya mengangguk sebelum mengikuti Yeonjun dan berbaring di sebelahnya. Yeonjun menarik Soobin mendekat ke sisinya, menyelipkan lengannya ke belakang pemuda itu untuk mengusap punggungnya. Ia meraih tangan Soobin dan meletakkan di pinggangnya, sehingga kini yang lebih muda itu memeluknya dengan kepala kembali bertumpu di belikatnya.

YEONBIN • THE SOULMATES' MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang