Sechzehn.

1.6K 224 38
                                    

"Dulu aku suka kesini. Sering banget," ungkap Soobin seraya menoleh pada Yeonjun di sebelahnya. Mata dan hidungnya masih tampak merah sehabis menangis tadi. "Bahkan gelap pun gak bikin aku takut untuk datang biar bisa sama mama."

"Nenek gak ngelarang?"

"Gak, tapi ngomel sih." Soobin terkekeh, matanya memandang jauh berusaha mengingat momen beberapa tahun silam yang dilewatinya. "Aku memang belum pernah ketemu mama tapi kayaknya aku ngerasa paling dekat sama mama."

Yeonjun lalu menggeser tubuhnya ke sisi Soobin sebelum melingkarkan lengannya pada punggung pemuda itu. Ia meremat lengan Soobin sebelum mengusapnya beberapa kali. "Aku yakin kalo mama kamu masih disini dia juga akan merasa yang sama. Mama kamu pasti akan sayang banget sama kamu, ngejagain kamu dengan sangat baik karena kamu terlalu manis buat gak nerima itu semua."

"Mmm, tadi kamu juga ngomong gitu di makam mama."

"Because I meant what I said, Bin," ucap Yeonjun. "Aku gak masalah kalo harus ngomong itu berulang kali sampe kamu percaya. Kalo kamu juga berharga, Soobin."



"Mama, Soobin kesini lagi," ujar Soobin sembari meletakkan sebuket karangan bunga anyelir putih di atas makam. "Soobin lagi ulang tahun, jadi mau sama Mama kayak biasa. Maaf ya Ma, Soobin gak bisa sering-sering kesini kayak dulu karena kuliahnya jauh."

"Tapi tahun ini Soobin gak sendiri Ma. Soobin udah punya tanda Ma, Soobin kenalin sama Mama ya." Soobin menoleh ke belakang ke arah Yeonjun yang berdiri tidak jauh darinya. Ia tersenyum lalu mengulurkan tangannya meminta Yeonjun mendekat. Yeonjun pun melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Soobin dan berlutut di depan makam.

"Mama, ini Kak Yeonjun. Dia orang yang berbagi tanda sama Soobin," Soobin menoleh ke arah Yeonjun yang kini tersenyum padanya, "belahan jiwanya Soobin."

Yeonjun mengalihkan atensinya pada nisan di depannya, menatap lama tulisan yang tertera disana. "Halo Tante, aku Yeonjun."

"Panggil Mama juga gak papa Kak," bisik Soobin.

"Barusan disuruh Soobin panggil Mama juga, Tan. Semoga Tante gak keberatan ya." Yeonjun menoleh sekilas pada Soobin tersenyum. Ia lalu meremat tangan Soobin di genggamannya. "Soobin anak baik banget Ma, aku bersyukur dia yang ditakdirkan semesta untuk jadi bagian dari hidup aku.

"Mama kalo masih disini pasti sayang banget sama Soobin deh. Trus nanti rebutan sama aku soalnya Mama pasti juga gak mau jauhan dari Soobin." Yeonjun terkekeh pelan pada ucapannya sendiri. "Tapi Mama tenang aja, aku akan jagain Soobin Ma. Soobinnya udah gak akan sendiri lagi karena selain aku banyak banget yang sayang sama Soobin."

Yeonjun merasakan kepala Soobin kini bertumpu di pundaknya. Ia mengeratkan genggamannya sebelum membawa tautan tangan mereka ke pangkuan dan mengelus tangan Soobin dengan miliknya yang bebas. "Aku juga akan selalu ngingetin Soobin kalo dia disayang banyak orang, Ma, soalnya Soobin suka lupa. Aku juga akan mastiin Soobin gak memendam ceritanya sendirian lagi ya Ma, jadi Mama gak perlu khawatir. Aku akan bantu Mama untuk jagain Soobin, aku akan datang kesini juga untuk ketemu Mama bareng Soobin. Aku-"

Yeonjun tidak melanjutkan ucapannya tatkala dirasanya Soobin bergetar di sebelahnya dan sebuah isakan yang teredam terdengar. Yeonjun pun melepaskan genggamannya lalu melingkarkan tangannya di tubuh Soobin, menarik pemuda itu untuk direngkuhnya. "Kok nangis?"

Yeonjun dapat merasakan Soobin menggeleng di pundaknya. Ia mengusap belakang kepala Soobin berusaha menenangkan pemuda itu. "Sssh, apa gak malu sama Mama nih? Hehehe becanda, waduh Ma bayi gedenya nangis," adu Yeonjun ketika Soobin mencubit perutnya dan semakin terisak.

YEONBIN • THE SOULMATES' MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang