🍭 Eleven

209 55 7
                                    

Evanescent

.

.

.

Yoshi masih menagih 'hutang' penjelasan padaku. Iya, hutang penjelasan kemarin ketika ia datang ke rumahku. Disinilah dia sekarang, duduk di depanku yang tengah bercerita panjang.

"Jadi itu bukan ibu kandung kamu?" Owh, aku belum terbiasa dengan panggilan itu darinya. Semenjak status kami yang berubah, panggilan darinya untukku juga berubah. Sebenarnya aku canggung, tapi mau bagaimana lagi. Aku yang tadi menerima perasannya itu.

"Iya chi, dia itu bukan mama kandungku. Mama kandungku sudah meninggal 2 tahun yang lalu" aku menunduk sedih. Aku benar-benar tak pernah menceritakan tentang ini kepada siapapun, namun gosip dalam keluarga ku begitu mudah tersebar.

Yoshi menangkup pipiku dengan kedua tangannya. "Pacarnya prince Ochi nggak boleh sedih. Ntar kalo sedih jadi jelek, ochi gamau punya pacar jelek" senyumnya meledek.

Aku mengerucutkan bibir. Berpura-pura kesal dengan pernyataannya barusan. Namun selanjutnya, dia malah menyentil bibirku. "Kamu jelek kalo gitu, jangan lagi hahahaa" aku semakin menampakkan ekspresi kesal.

"Jadi intinya kamu disakitin sama dia, tapi kamu ga pernah bilang ke papa kamu?" Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan yoshi.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang ke papa?" Yoshi bertanya lagi. Dia memandangku tajam. Seolah mengintimidasi ku.

"Hmm, mama tiriku itu disayang banget sama papa. Aku bisa liat papa sayang banget sama dia. Aku enggak mau dengan aku ngadu ke papa, kebahagiaan papa jadi berkurang" aku tersenyum kepadanya. Berusaha meyakinkan bahwa yang aku lakukan itu benar.

"Kita perlu sedikit egois demi kebahagian diri sendiri" dia mengatakan begitu sambil menatapku datar.

Aku tertawa renyah. Kemudian menggeleng lantang. "Enggak chi, kebahagiaan papa nggak bisa ku korbankan demi kebahagian ku, enggak bisa aku korbankan demi keegoisan ku. Cukup sekali aku kehilangan mama. Aku nggak mau lagi kehilangan papa" aku menunduk lagi. Kesedihan di wajahku pasti terlihat jelas.

"Aduhh, aku pusing deh. Kenapa kamu malah takut kehilangan papa? Seharusnya mama tiri yang jahat itu yang takut" dia menepuk-nepuk dahinya pelan. Pertanda bingung.

"Ya mau gimana. Dulu mama penyakitan karena kehilangan papa, karena wanita itu ngerebut papa dari mama. Nah, sekarang kalo papa kehilangan si mama tiri, aku takut dampaknya juga buruk ke papa" aku menghela napas berat. Sebenarnya aku juga tidak tahu apa langkahku ini benar atau salah, ini hanyalah keputusan yang aku ambil dalam waktu singkat.

Yoshi merangkul ku, menyandarkan kepalanya di bahuku. Kemudian menepuk puncak kepalaku pelan. "Aku taunya kamu kuat, tapi ternyata kamu lebih kuat dari yang kutahu" dia berkata seperti itu, sambil tetap menyender di pundakku. Aku biarkan saja. Lama kelamaan aku merasakan beban di pundakku semakin berat. Ternyata yoshi tertidur. Manis sekali. Aku akan biarkan hingga jam istirahat habis.

***

Evanescent (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang