🍭 End

270 45 3
                                    

Evanescent

.

.

.

Junkyu kembali menyadarkan ku dari lamunan panjang ku. "Rapatnya udah selesai. Lo jangan ngelamun terus heh" dia berdiri, membungkuk hormat pada orang-orang. Aku mengikutinya.

Rapat panjang itu tak terasa panjang bagiku. Bahkan aku tak tahu apa hasilnya. Tak apa, nanti junkyu akan memberitahu ku. Junkyu kan sahabat ku yang terbaik.

Kulihat dia berjalan keluar. Menenteng tas laptopnya. Ya, dia Yoshi. Orang yang sudah bertahun-tahun kurindukan. Orang yang bertahun-tahun mengisi pikiranku.

'sesekali kita perlu egois untuk kebahagiaan diri sendiri' kata-kata itu mengalun di benakku. Berpegang pada ucapannya yang tak pernah ku lupa itu. Aku mengejarnya. Iya chi, akhirnya aku menemukan mu. Takkan kubiarkan lagi kamu lari.

"Yosh, eh pak yoshi" aku memanggil namanya. Ditambah embel-embel 'pak' tak etis rasanya hanya memanggil nama di kantor. Atau lebih parahnya memanggil 'ochi'.

Dia berbalik. Tersenyum ke arahku. Aku sudah dihadapannya. Aku sedikit tersengal karena tadi berlari.

Aku tersenyum. Binar kebahagiaan menyelimuti mataku. Ingin ku menghambur ke pelukannya sekarang juga. Namun....

"Chi" seorang wanita menghampiri kami, menghampiri Yoshi lebih tepatnya. Perutnya sedikit membesar. Dia segera bergantung di lengan Yoshi.

Aku terdiam mematung. Aku tak mampu mengucapkan apapun.

"Kan aku udah bilang tadi. Tungguin aja dirumah. Nanti kalo kamu kenapa napa, gimana?" Terdengar nada kekhawatiran di kalimatnya.

"Anakku kangen papanya hahaha" wanita itu mengusap perut nya. Yoshi ikut tertawa. Mereka tak mempedulikan ku. Seolah aku patung.

"Iya ada apa ya?" Dia kembali bicara padaku. Kondisi apa ini? Situasi yang memojokkan ku sedemikian rupa. Tak memberikan kesempatan padaku hanya sekedar untuk menepis semua pemikiran ku.

"I itu, sa saya cuma mau bilang selamat datang pak" isakku tertahan. Yoshi mengangguk. Dia mengulurkan tangannya.

"Salam kenal ya. Saya Kanemoto Yoshinori" aku menjabat tangannya. Sedikit bergetar tanganku menerima jabatannya. Dia memperkenalkan diri seolah aku dan dia tidak pernah saling kenal sebelumnya. Aku menyebut nama. Melakukan hal yang sama. Formalitas saja. Aku ingin pergi secepatnya dari sana.

"Hai, kenalin aku zee." Wanita tadi melambai ramah padaku, kemudian ikut menjabat tanganku. "Senang bisa kenal kamu" senyumnya manis. "Ini istri saya. Maaf ya, hari ini jadwalnya USG. Saya suruh tunggu dirumah malah nyusul kesini" wanita bernama zee itu hanya nyengir. Ingat dia tetap bergantung di lengan Yoshi. Tak usah kau jelaskan chi. Ah, tuan Yoshinori.

"Eh dicariin daritadi ternyata disini" junkyu menghampiri ku yang mematung. Dia menyempatkan membungkuk hormat pada yoshi. Kemudian mengobrol singkat. Aku sudah diam saja. Aku sudah tak punya hasrat untuk bicara.

"Yaudah kalo gitu saya pamit ya" tuan Yoshinori itu mengangguk ramah, kemudian pergi dengan nyonya Zee itu. Bahkan, dia merangkul zee seperti merangkul ku dulu. Aku hanya menatapnya nanar.

"Ayo kerjaan banyak"

***

'Aku hanya perlu memastikan kau bahagia
Meskipun bahagiamu tidak denganku'

Evanescent (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang